Own Uniqueness (New Year Resolution)
“…. mengenal kelebihan dan kelemahan diri sendiri dan belajar tidak merasa kekurangan atau berlebihan, dengan kata lain “embrace my own uniqueness”.
Setiap tahun, saya mempunyai resolusi yang sama, yaitu selalu memperbaiki diri lebih baik dari tahun yang lalu. Contohnya seperti jangan berpikiran negatif, makan lebih sehat dan lainnya.
Tapi untuk tahun 2022 ini, hati saya terketuk untuk lebih mengenal diri sendiri, mengenal kelebihan dan kelemahan diri sendiri dan belajar tidak merasa kekurangan atau berlebihan, dengan kata lain “embrace my own uniqueness”.
Tuhan menciptakan setiap manusia dengan pribadi yang unik dan menurut gambar dan rupaNya. Kita diciptakan dengan kemampuan, kelemahan, bakat and sifat masing-masing. Saya diciptakan menurut rencanaNya dan tugas saya adalah untuk lebih mengapresiasi & mensyukuri segala yang telah diberikanNya. Selamat Tahun Baru!
A New Perspective - (Sebuah Resolusi Tahun Baru)
Aku harus tahu bahwa melakukan kesalahan dan dosa-dosa meskipun kecil dan kelihatan sepele - tidaklah bisa dibilang oke-oke saja.
Tahun lalu saya bertekad ingin hidup sehat di tahun 2021, lebih banyak berolahraga dan hanya makan makanan yang sehat. Dan yang terutama, saya ingin selalu mampu mematuhi firman Tuhan dan selalu bersikap baik terhadap orang lain.
Sekarang untuk tahun baru 2022, saya berharap agar terhindar selalu dari segala sakit penyakit, dan menghindari konsumsi makanan yang tidak sehat. Menjauhi segala dosa, dan 'memperlakukan' orang lain layaknya sebagaimana saya ingin diperlakukan.
Sekilas keduanya mungkin terdengar sama, hanya cara mengatakannya yang berbeda.
Tapi jika benar sama saja, apa perlunya mengatakannya secara berbeda ?.
Saya mencari jawabannya. Dan berbekal dari keyakinan bahwa apa yang terucap adalah keluar dari hati, maka saya membiarkan suara hati menguraikan apa yang menjadi resolusiku untuk tahun yang baru ini, dan untuk juga fokus pada cara pencapaiannya.
Sebagai contoh, cara untuk menjaga kesehatan adalah dengan mengetahui jenis makanan yang tidak sehat (meskipun terlihat enak dan memang enak). Mengkonsumsinya, tidaklah oke-oke saja.
Aku harus tahu bahwa melakukan kesalahan dan dosa-dosa meskipun kecil dan kelihatan sepele - tidaklah bisa dibilang oke-oke saja.
Mementingkan hal duniawi dan tidak seutuhnya bertumpu akan kasih Tuhan, tidaklah oke saja.
Kurang memberi perhatian kepada orang tua dan saudara, bukanlah sesuatu yang oke.
Dan menghakimi orang lain dalam hati dan pikiran, meski tak ada yang tahu, itu pun tidaklah oke-oke saja.
Mendiamkan orang lain dan selalu ingat kesalahan mereka, itu tidaklah oke-oke saja.
Mengambil sesuatu yang bukan hak saya dan tidak ada yang tahu, itu sangat tidak oke.
Tidak bermurah hati kepada mereka yang berkekurangan dan berhak, itu jauh dari oke.
Dan iri, menginginkan milik orang lain dalam hati,...sangatlah tidak oke.
Saya harus tahu dan sadar dari sekarang, mumpung belum terlambat, bahwa semua itu tidaklah oke-oke saja.
Semoga Tuhan selalu mengajariku untuk senantiasa bergantung dan bertumpu hanya pada kasihNya saja. Hanya berkat dan kasih sayangmu, Ya Tuhan, cukuplah itu bagiku.
Dan arahkanlah mata hatiku, untuk memandang harta duniawi yang tak seberapa ini, sebagai alat semata, bukan sebagai jaminan hidupku. Karena jaminan hidupku adalah kasih dan rahmatMu saja.
Ingatkanlah aku jangan mencari kenikmatan badani dan duniawi, melainkan yang rohani dan Surgawi.
Agar aku terhindar dari keinginan akan rumah sesamaku, atau istrinya, atau apapun yang dipunyainya.
Dan ajarilah aku untuk selalu berkata benar dan suci, meskipun itu pahit dan dibenci.
Semoga dengan menghindari segala sesuatu yang tidak baik, aku akan manjadi pribadi yang lebih baik.
Begitupun dengan mengikis segala egoisme, perlahan namun pasti semoga aku bisa menjadi pribadi yang lebih bijaksana.
Happy New Year 2022.
Proses Pemberian Gelar Santo/Santa
Gelar Santo / Santa adalah bagi mereka yang hidupnya ditandai oleh pelaksanaan kebajikan yang mencapai titik heroik, dan kekudusan mereka dapat dibuktikan dengan argumen-argumen / mujizat dari Tuhan yang diperoleh melalui perantaraan doa orang kudus itu. Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa ia adalah benar sahabat Allah.
Maka proses kanonisasi dan beatifikasi bukanlah proses ‘pembuatan’ seseorang menjadi Santo/ santa, namun hanya merupakan deklarasi bahwa orang itu adalah orang yang hidup kudus bahkan sejak sebelum proses kanonisasi dimulai.
Proses penentuan seseorang menjadi Santo/ Santa dalam Gereja Katolik memakan waktu yang panjang dan memerlukan bukti yang kuat berupa mujizat-mujizat yang harus ada, bahkan setelah orang tersebut meninggal, untuk membuktikan bahwa Allah memang berkenan kepada perantaraan doa orang tersebut.
Bukan uskup atau Paus yang menentukan seseorang menjadi kudus; Paus hanya menyatakan seseorang menjadi Santa / Santo setelah melalui proses penyelidikan panjang. Prosesnya itu sendiri melibatkan banyak orang, dan harus dibuktikan dengan mukjizat (minimal 2), dan mukjizatnya pun harus diperiksa secara objektif oleh dokter yang ahli.
Proses kanonisasi bukan sesuatu yang mudah, dan memakan waktu bertahun-tahun. Namun justru dalam proses itulah terlihat apakah sungguh Tuhan berkenan menyatakan seseorang tersebut sebagai orang kudus-Nya, melalui mujizat-mujizat yang terjadi setelah bertahun-tahun orang itu meninggal dunia, yaitu melalui permohonan doa syafaat orang kudus tersebut.
Secara garis besar, proses kanonisasi adalah sebagai berikut:
Servant of God (Hamba Allah): Proses yang dimulai di level keuskupan. Uskup (atau ordinaris) membuka kesempatan penyelidikan ‘calon’ para kudus itu, yaitu dalam hal kebajikannya, sebagai respons dari permohonan umat kaum beriman. Penyelidikan umumnya dilakukan setelah lima tahun orang tersebut meninggal dunia, walaupun untuk kasus tertentu, Paus dapat mempercepat proses ini, seperti dalam kasus Ibu Teresa dan Paus Yohanes Paulus II. Setelah informasi lengkap, uskup mempresentasikannya kepada Roman Curia, lalu kemudian ditunjuk seorang postulator (umumnya dari kongregasi- jika itu dari kalangan religius) untuk sungguh-sungguh menyelidiki informasi selanjutnya tentang kehidupan sang Servant of God/ hamba Allah ini.
Declaration ‘Non Cultus’ (Pernyataan tak ada tahyul): Pada suatu saat dapat diizinkan untuk memeriksa jenazah sang Servant of God, dan pernyataan bahwa tidak adanya tahyul/ pemujaan yang ditujukan pada sang pelayan Tuhan ini.
Venerable/Heroic in Virtue (Yang Terhormat/ Heroik dalam kebajikan) : Setelah segala informasi yang diperlukan terkumpul, Bapa Paus mengumumkan teladan kebajikan dari pelayan Tuhan ini (yaitu yang berhubungan kebajikan ilahi dengan iman, pengharapan dan kasih, dan juga kebajikan pokok, yaitu, kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan pengendalian diri, hingga sampai pada tingkat yang heroik.
Pada saat ini dapat dicetak kartu doa yang dibagikan pada umat, sehingga umat dapat memohon doa perantaraan mereka, mohon agar mukjizat dapat diperoleh dari perantaraan doa mereka, sebagai tanda persetujuan Tuhan, untuk menyatakan pelayan Tuhan tersebut sebagai orang kudus.
Blessed (Yang Terberkati): Beatifikasi adalah pernyataan dari Gereja yang menyatakan bahwa kita dapat percaya bahwa sang pelayan Tuhan tersebut berada di surga, dan memandang Allah dalam Beatific Vision. Pesta nama Santa/ Santo tersebut ditentukan, dan boleh dirayakan.
Jika ia seorang martir, maka tidak diperlukan mukjizat lebih lanjut. Namun jika seorang non-martir, maka diperlukan sebuah mukjizat melalui doa yang ditujukan dengan perantaraan sang Venerable ini, untuk membuktikan bahwa ia benar-benar telah berada di Surga, dan Tuhan menjawab doa syafaatnya dengan memberikan mukjizat.
Sekarang ini yang dapat dianggap mukjizat adalah yang melibatkan: 1) pasien yang sakit, 2) yang tidak diketahui bagaimana cara penyembuhannya, 3) doa ditujukan agar Venerable mendoakan kesembuhan pasien, 4) pasien tersebut disembuhkan, 5) Kesembuhannya spontan, instan/ pada saat itu, menyeluruh, dan “lasting“/ tidak berubah, 6) dokter tidak dapat menjelaskan penjelasan normal.
Para orang kudus (Santo, Santa) adalah orang-orang yang semasa hidupnya meneladani Kristus sampai ke titik yang heroik, demikian pula martir, yang bahkan mencontoh Kristus sampai kepada menyerahkan hidupnya demi iman mereka kepada Kristus. Oleh karena itulah, maka gelar Santa- Santo dan martir itu dapat dikatakan diperoleh karena hubungan mereka dengan Kristus, dan yang telah menerima kepenuhan misteri Paskah Kristus, yaitu wafat, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga.
Para nabi di Perjanjian Lama memang dapat juga disebut sebagai orang kudus, namun karena mereka hidup sebelum Kristus, maka mereka tidak mengalami kepenuhan misteri Paskah Kristus. Dan karena para kudus itu adalah menjadi teladan bagi kita dalam hal kekudusan setelah kita dibaptis, maka banyak orang Katolik mengambil nama Baptis dari para orang kudus itu, yang kekudusannya telah diakui sebagai buah dari hidup mereka di dalam Kristus, setelah mereka [para kudus itu] dibaptis di dalam Kristus. Dengan memilih nama seorang Santo/a sebagai nama Baptis/ Pelindung, maka artinya kita memohon agar Santo/ Santa itu berdoa bagi kita agar kita pun dapat bertumbuh di dalam kekudusan, dan dilindungi dari pengaruh kejahatan.
Source:
https://katolisitas.org/kriteria-seorang-diberi-gelar-santosanta/
https://www.catholicregister.org/
Santa Monika (Teladan Para Ibu)
Sungguh teladan hidup St. Monika menyatakan bahwa doa dan tangisan yang tidak kunjung putus akan didengarkan oleh Tuhan. Ia menjadi teladan istimewa para ibu dalam membesarkan anak-anaknya dan sebagai istri yang setia kepada sang suami.
Monika, juga dikenal sebagai Monika of Hippo, adalah ibu Santo Augustine of Hippo.
Dia lahir pada tahun 331 M di Tagaste, Afrika Utara.
Ketika dia masih sangat muda, Monika menikah dengan seorang bernama Patrisius, kafir yang tidak percaya kepada Tuhan, dan juga seorang yang sering marah, tidak setia, dan peminum. Monika yang saleh terus berdoa dan memohon Tuhan memberikan rahmat pertobatan kepada Patrisius.
Kehidupan Monika dan suaminya jauh dari kebahagiaan. Monika adalah seorang yang lemah lembut dan penuh ketabahan menghadapi sifat dan tingkah laku suaminya. Monika selalu mengatakan bahwa seorang suami yang sedang marah, sebaiknya jangan dilawan, baik dengan kata-kata maupun perbuatan. Bila suami sudah tenang, itulah waktu yang tepat untuk diajak berbicara dengan baik-baik. Monika menasihati para ibu agar mengingat selalu untuk taat pada suami dan tidak bersikap angkuh. Banyak ibu yang menjalankan nasihat itu dan mereka berhasil. Monika juga seorang ibu yang menjadi penegak yang bijak dan pendamai dalam setiap perselisihan dengan orang lain. Berkat doa Monika yang tidak putus, akhirnya Patrisius dibaptis sesaat sebelum ia meninggal pada tahun 370.
Tiga anak lahir dari Monica dan Patricius: Agustinus, Navigius, dan Perpetua. Agustinus lahir pada tanggal 13 November 354. Ia seorang anak yang nakal, malas dan sering berbohong. Tetapi Agustinus adalah seorang anak yang pandai dan selalu berdoa. Monika mendidik anaknya dengan rasa keibuan, kasih sayang dan kesabaran. Monika adalah seorang ibu yang senantiasa mengikutin perjalanan hidup anaknya dan tidak pernah meninggalkannya. Sesuatu saat Agustinus menjauh dari Gereja dan dikemudian hari dia mengatakan, “Karena kebaikan ibuku, aku bisa mendapatkan segala yang terbaik yang telah kuperoleh.”
Pada masa remajanya, Agustinus sering melakukan kejahatan dan percabulan. Tidak ada yang mengingatkan Agustinus akan dosa. Bahkan, ayahnya sendiri bangga akan hal itu. Sebaliknya Monika terus berdoa dan menasihatinya.
Suatu ketika Agustinus membaca buku yang berjudul “Hortensius” dengan tujuan agar dia bisa pandai berbicara. Ternyata dia tersentuh bahwa bukan hawa napsu yang dicari, tetapi kehidupan rohanilah yang memberikan ketenangan. Akan tetapi, dia tidak puas dengan ajaran Kitab Suci, maka dia berkenalan dengan sebuah aliran, Manikheisme. Manikheisme adalah merupakan agama besar yang melihat dunia sebagai terang dan gelap, dan ketika seseorang meninggal, mereka dikeluarkan dari dunia materi dan kembali ke dunia terang, dari mana kehidupan berasal.
Monica menemui seorang uskup dan meminta untuk membantu Agustinus melepaskan dirinya dari aliran Manikheisme. Selama sembilan tahun Agustinus mengikuti aliran itu. Disertai deraian air mata, Monika tidak berhenti berdoa dengan tekun dan setia untuk pertobatan anaknya.
Selama mengikuti aliran itu, Agustinus tidak mendapatkan kepuasan. Kemudian dia berencana untuk ke Roma.
Agustinus juga tidak betah dan merasakan seperti orang asing di Roma. Pada tahun 384 Agustinus pergi ke Milan. Disana dia bertemu dengan uskup Ambrosius, seorang ahli pidato yang terkenal.
Uskup Amborius menyambut Agustinus dengan baik dan penuh perhatiaan. Agustinus menjadi rajin dan setia ke gereja untuk mendengarkan khotbah dari Uskup Ambroius.
Monika menyusuri jejak Agustinus dari Roma hingga ke Milano. Ketika Agustinus bertemu dengan ibunya, dia menceritakan bahwa dia telah lepas dari aliran Manikheisme. Monika berkata bahwa ia percaya demi Kristus bahwa sebelum ia meninggal ia akan melihat puteranya bertobat dan menjadi Katolik. Itu keyakinan dari Monika, seorang ibu yang penuh kepercayaan.
Pergulatan terjadi pada Agustinus setelah dia bertemu dengan uskup Ambrosius. Uskup mengatakan bahwa jalan keselamatan manusia terdapat dalam Tuhan Yesus Kristus dan dalam Kitab Suci. Kata-kata inilah yang mengusik hati Agustinus.
Setelah jangka waktu enam bulan, Agustinus dibaptis oleh Uskup Ambrosius pada tanggal 25 April 387. Monika meneteskan airmata kebahagiaan. Setelah itu mereka kembali ke Afrika.
Monika merasakan bahwa ia telah menyelesaikan pekerjaan yang Allah berikan kepadanya, yaitu mempertobatkan Agustinus. Pada usia 56 tahun, Monika meninggal dunia karena serangan demam yang hebat. Hati Agustinus sedih luar biasa. Dalam kesendiriannya Agustinus mengenang kembali kebaikan dan kesetiaan ibunya yang sangat suci.
Sungguh teladan hidup St. Monika menyatakan bahwa doa dan tangisan yang tidak kunjung putus akan didengarkan oleh Tuhan. Ia menjadi teladan istimewa para ibu dalam membesarkan anak-anaknya dan sebagai istri yang setia kepada sang suami.
Pada setiap tanggal 27 Agustus menjadi hari penghormatan Santa Monika.
Doa untuk anak-anak kita
Santa Monika yang kami hormati, pelindung bagi semua ibu dan ayah, tolong peliharalah anak-anak kami, terutama mereka yang telah menjauhi jalan Allah dan gereja-Nya. Naungilah mereka, lindungilah mereka. Buatlah agar mereka tetap setia dalam janji baptis mereka.
Berilah kekuatan kepada mereka agar selalu menjalani jalan-jalan Tuhan, sekalipun mereka harus mengalami godaan nilai-nilai kehidupan yang palsu yang memenuhi dunia kami sekarang ini. Biarlah mereka ikut menikmati segala sukacita kehidupan abadi. Amin.
Doa untuk ketenangan dalam keadaan Malang
O Santa Monika yang luhur, engkau telah menerima kebahagiaan karena setelah kehidupan yang penuh kesedihan serta doa-doa yang penuh air mata; akhirnya engkau mengalami pertobatan dari suami dan putera engkau.
setelah puteramu, Agustinus, kembali kepada imannya, engkau berkata : Allah telah mengabulkan ini kepadaku dengan kelimpahan. Apalagi yang harus kukerjakan disini! Beberapa hari kemudian engkau meninggal dunia dengan bahagia, damai dengan Allah dan dunia-Nya.
Berilah kami damai yang sama serta kepasrahan dalam kehendak Allah. Supaya kita hidup dalam ketenangan dan sukacita. Kembali kepada rumah surgawi kita, sadar dan yakin akan keselamatan abadi. Amin.
Doa ucapan syukur
Santa Monika yang baik dan lembut hati, kami berpaling kepadamu dengan rasa berterimakasih untuk pengantaraanmu yang ampuh. Kami yakin, bahwa dengan bantuan engkau itu, Tuhan yang terkasih akan mengabulkan permohonan kami dengan yang terbaik bagi kami dan anak-anak kami.
Sambil kami berterima kasih dengan hati yang tulus, dengan rendah hati kami mohon agar engkau melanjutkan bantuanmu sebagai pengantar keluarga kami dengan Tuhan, dalam kebutuhan kami yang spiritual maupun yang duniawi. Ilhamilah kami selalu supaya kami menerima kehendak Allah di dalam segala hal. Amin.
————— 000 —————
Sumber: https://www.catholic.org/
http://www.hkytegal.org/2011/10/santa-monica-teladan-para-ibu.html
https://kumpulandoakatolik.wordpress.com/
Peringatan Diangkatnya Santa Perawan Maria ke Surga
Tanggal 15 Agustus ini, umat Katolik dan banyak umat Kristen lainnya merayakan pesta Diangkatnya Santa Perawan Maria ke Surga. Hari raya yang penting ini mengingatkan kepergian rohani dan fisik ibu Yesus Kristus dari bumi, ketika jiwa dan tubuhnya dibawa ke hadirat Allah.
Pada tanggal 1 November 1950, Paus Pius XII mendefinisikan secara formal Pengangkatan Maria ke Surga menjadi sebuah dogma iman: “Kami menyatakan, mendeklarasikan dan mendefinisikannya sebagai dogma yang diwahyukan secara ilahi bahwa Bunda Allah yang tak bernoda, Perawan Maria yang kekal, telah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, dan terangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” Paus memproklamirkan dogma ini setelah melalui konsultasi luas dengan para uskup, teolog, dan awam. Apa yang dinyatakan dengan sungguh-sungguh oleh paus sudah menjadi kepercayaan umum di Gereja Katolik, meski waktu itu ada beberapa suara yang tidak setuju.
Homili tentang Terangkatnya Maria ke Surga bisa kita telusuri kembali ke abad keenam. Pada abad-abad berikutnya, Gereja-Gereja Timur berpegang teguh pada doktrin tersebut, walaupun beberapa penulis di Barat ragu-ragu. Namun pada abad ke-13 ada kesepakatan universal. Pesta itu dirayakan dengan berbagai nama yang berbeda-beda: Peringatan, Tertidur Nya, Berpulang, Diangkat ke Surga - setidaknya dari abad kelima atau keenam. Sekarang dirayakan sebagai kekhidmatan.
Meskipun pengangkatan tubuh Maria tidak secara eksplisit dicatat dalam Kitab Suci, namun dalam Wahyu 12 ada tertulis tentang seorang wanita yang terjebak dalam pertempuran antara yang baik dan yang jahat. Tradisi Katolik mengidentifikasi Dia dengan "wanita berselubung matahari". Perikop itu menyebut penampakan wanita itu sebagai “suatu tanda besar” yang “muncul di surga,” menunjukkan bahwa dia adalah ibu dari Mesias Yahudi dan memiliki “bulan di bawah kakinya, dan di atas kepalanya sebuah mahkota dari dua belas bintang.” Dengan demikian, ikonografi Katolik tradisi Barat sering menggambarkan pengangkatan Perawan Maria ke surga dengan cara ini.
Selanjutnya, dalam 1 Korintus 15:20, Paulus berbicara tentang kebangkitan Kristus sebagai buah sulung dari mereka yang telah tertidur.
Karena Maria terkait erat dengan semua misteri kehidupan Yesus, tidak mengherankan bahwa Roh Kudus telah memimpin Gereja untuk percaya akan bagian Maria dalam pemuliaan-Nya. Begitu dekat dia dengan Yesus di bumi, dia pasti bersamanya dengan tubuh dan jiwanya di surga.
Orang Kristen Timur juga secara tradisional menganggap pengangkatan Maria ke surga sebagai komponen penting dari iman mereka. Pius XII mengutip beberapa teks liturgi Bizantium awal, serta teolog Kristen Arab abad kedelapan St. John dari Damaskus, dalam definisi otoritatifnya sendiri tentang asumsinya.
“Itu adalah sebuah kepantasan,” tulis St. Yohanes dari Damaskus dalam sebuah khotbah dengan asumsi, “bahwa Dia, yang telah menjaga keperawanannya tetap utuh saat melahirkan, harus menjaga tubuhnya sendiri bebas dari semua kerusakan bahkan setelah kematian,” dan “bahwa dia, yang telah menggendong Sang Pencipta sebagai seorang anak di dadanya, harus berdiam di dalam tabernakel Ilahi.”
Dalam tradisi Kristen Timur, pesta yang sama dirayakan pada tanggal kalender yang sama, meskipun biasanya dikenal sebagai Tertidurnya Maria (tertidur). Perayaan Dormition Katolik Timur didahului dengan periode puasa dua minggu yang mirip dengan Prapaskah. Pius XII, dalam “Munificentissimus Deus,” menyebutkan periode puasa yang sama ini sebagai milik warisan tradisional Kristen Barat juga.
Hari Raya Diangkatnya Maria ke Surga selalu merupakan Hari Suci Kewajiban bagi umat Katolik Roma dan ritus Timur, di mana mereka diwajibkan untuk menghadiri Misa atau Liturgi Ilahi.
Sumber :
https://www.catholicnewsagency.com/saint/the-assumption-561
https://www.franciscanmedia.org/saint-of-the-day/assumption-of-the-blessed-virgin-mary
Maria Magdalena
Santa Maria Magdalena adalah salah satu santa terbesar dalam Alkitab dan menjadi contoh legendaris akan belas kasihan dan kasih karunia Allah.
Siapakah Santa Maria Magdalena? Ada banyak pernyataan yang kontroversial tentang sosok ‘Maria Magdalena’. Mari kita melihat bagaimana pandangan Gereja Katolik tentang ini, dan membandingkannya dengan pandangan lain dari luar Gereja Katolik.
Gereja Katolik
Hari Raya: 22 Juli
Pelindung: Santa untuk kehidupan kontemplatif, mualaf, penata rambut, pendosa yang bertobat, orang-orang yang diejek karena kesalehan mereka, apoteker, godaan seksual, wanita pada umumnya.
Santa Maria Magdalena adalah salah satu santa terbesar dalam Alkitab dan menjadi contoh legendaris akan belas kasihan dan kasih karunia Allah. Tanggal pasti kelahiran dan kematiannya tidak diketahui, tetapi kita tahu bahwa dia hadir bersama Kristus selama pelayanan publik, di saat kematian Kristus dan kebangkitan-Nya. Namanya disebut sedikitnya 12 kali dalam Injil.
Maria Magdalena telah lama dianggap sebagai pelacur atau tidak bermoral dalam kehidupannya, tetapi paham ini tidak didukung dalam kitab suci. Dia diyakini sebagai seorang seorang wanita Yahudi yang hidup di antara orang-orang bukan Yahudi, hidup layaknya seperti mereka.
Injil setuju bahwa Maria pada mulanya adalah seorang pendosa besar. Ketika Yesus bertemu dengannya, Yesus mengusir tujuh setan keluar darinya. Setelah peritiwa itu, Maria memberi tahu teman-teman wanitanya, dan wanita-wanita ini kemudian juga menjadi pengikut Yesus.
Ada perdebatan apakah Maria Magdalena yang itu adalah sosok yang sama dengan seorang wanita pendosa yang namanya tidak disebutkan, yang menangis dan membasuh kaki Yesus dengan rambutnya seperti yang ditulis dalam Injil Yohanes. Para ahli Alkitab skeptis bahwa ini adalah orang yang sama.
Namun terlepas dari perdebatan tentang latar belakangnya, perubahan apa yang terjadi dalam kehidupannya setelah bertemu Yesus, adalah jauh lebih penting. Dia adalah seorang berdosa yang diselamatkan oleh Yesus, dan ini menjadi bukti bahwa tidak seorangpun luput dari rahmat dan belas kasih Allah.
Selama kehidupan pelayanan Yesus, diyakini bahwa Maria Magdalena (Maria) mengikuti Yesus, dan menjadi bagian dari rombongan yang melayani Yesus dan murid-muridnya.
Maria kemungkinan besar menyaksikan penyaliban dari kejauhan bersama dengan para wanita lain yang mengikuti Kristus selama pelayanan-Nya. Maria hadir ketika Kristus bangkit dari kematian, mengunjungi makam-Nya untuk mengurapi tubuh-Nya namun ternyata menemukan batu makam yang sudah terguling dan melihat Yesus yang hidup. Dia adalah saksi pertama akan kebangkitan Yesus.
Setelah kematian Kristus, sebuah legenda menyatakan bahwa Maria Magdalena tetap berada di antara orang-orang Kristen awal. Setelah empat belas tahun, dia diduga diseberangkan dalam sebuah perahu oleh orang-orang Yahudi, bersama dengan beberapa orang suci lainnya dari Gereja mula-mula, dan terombang-ambing tanpa layar atau dayung. Perahu itu mendarat di Prancis selatan, di mana dia menghabiskan tahun-tahun sisa hidupnya hidup dalam kesendirian, di sebuah gua.
Menurut Injil
Maria Magdalena, kadang-kadang disebut Maria Magdala, atau hanya Magdalena atau Madeleine, adalah seorang wanita yang, menurut empat Injil, bepergian dengan Yesus sebagai salah satu pengikutnya dan menjadi saksi penyaliban-Nya dan sesudahnya. Dia disebutkan namanya dua belas kali dalam Injil, lebih dari kebanyakan rasul dan lebih dari wanita lain dalam Injil, selain keluarga Yesus sendiri. Julukan Maria Magdalena mungkin berarti bahwa dia berasal dari kota Magdala, sebuah kota nelayan di pantai barat Laut Galilea di Yudea Romawi.
Injil Lukas 8:2–3 mencantumkan Maria Magdalena sebagai salah satu wanita yang bepergian bersama Yesus dan membantu mendukung pelayanannya "di luar sumber daya mereka", menunjukkan bahwa dia mungkin relatif kaya. Bagian yang sama juga menyatakan bahwa tujuh setan telah diusir keluar darinya, sebuah pernyataan yang diulangi dalam Markus 16. Dalam keempat Injil kanonik, Maria Magdalena adalah saksi penyaliban Yesus dan, dalam Injil Sinoptik, dia juga hadir di pemakamannya. Keempat Injil mengidentifikasi dia, baik sendiri atau sebagai anggota dari kelompok wanita yang lebih besar yang mencakup ibu Yesus, sebagai yang pertama menyaksikan kubur yang kosong, dan yang pertama menyaksikan kebangkitan Yesus.
Karena alasan ini, Maria Magdalena dikenal dalam beberapa tradisi Kristiani sebagai "Rasul bagi para rasul".
Penafsiran Lainnya
Maria Magdalena menjadi tokoh sentral dalam tulisan-tulisan Kristen Gnostik termasuk Dialog Juru Selamat, Pistis Sophia, Injil Thomas, Injil Filipus, dan Injil Maria. Teks-teks ini menggambarkan Maria Magdalena sebagai rasul, sebagai murid Yesus yang paling dekat dan paling dikasihi dan satu-satunya yang benar-benar memahami ajarannya. Dalam teks-teks Gnostik, atau Injil Gnostik, kedekatan Maria Magdalena dengan Yesus mengakibatkan ketegangan dengan Petrus, karena kecemburuan Petrus terhadap ajaran-ajaran khusus yang diberikan kepadanya. Beberapa fiksi menggambarkannya sebagai istri Yesus.
Penggambaran Maria Magdalena sebagai pelacur dimulai setelah serangkaian khotbah Paskah yang disampaikan pada tahun 591 ketika Paus Gregorius I menggabungkan Maria Magdalena, yang diperkenalkan dalam Lukas 8:2, dengan Maria dari Betania (Lukas 10:39) dan "pendosa" yang tidak disebutkan namanya. “Perempuan" yang mengurapi kaki Yesus dalam Lukas 7:36-50. Hal ini mengakibatkan kepercayaan luas bahwa dia adalah seorang pelacur yang bertobat atau wanita bebas. Legenda abad pertengahan yang rumit dari Eropa Barat menceritakan kisah berlebihan tentang kekayaan dan kecantikan Maria Magdalena, serta dugaan perjalanannya ke Prancis selatan. Identifikasi Maria Magdalena dengan Maria dari Betania dan "wanita berdosa" yang tidak disebutkan namanya adalah kontroversi besar pada tahun-tahun menjelang Reformasi dan beberapa pemimpin Protestan menolaknya. Selama Kontra-Reformasi, Gereja Katolik menekankan Maria Magdalena sebagai simbol penebusan dosa.
Penetapan
Pada tahun 1969, identifikasi Maria Magdalena dengan Maria dari Betania dan "wanita berdosa" telah dihapus dari Kalender Umum Romawi oleh Paus Paulus VI, tetapi pandangannya sebagai mantan pelacur telah bertahan dalam budaya populer.
Maria Magdalena dianggap sebagai orang suci oleh gereja Katolik, Ortodoks Timur, Anglikan, dan Lutheran. Pada tahun 2016 Paus Fransiskus menaikkan tingkat kalendar liturgis pada tanggal 22 Juli dari hari ‘peringatan’ ke ‘pesta’, dan Maria Magdalena disebut sebagai "Rasul para rasul". Gereja-gereja Protestan lainnya menghormatinya sebagai pahlawan iman. Gereja-gereja Ortodoks Timur juga memperingatinya pada hari ‘Minggu Pembawa Mur’, peringatan yang setara dengan dengan salah satu tradisi dunia Barat sebagai hari ‘Tiga Maria’.
Terjemahan dan saduran bebas dari Catholic Online : https://www.catholic.org/saints/saint.php?saint_id=83
Hari Raya Kelahiran Yohanes Pembaptis
Dia melonjak di dalam kandungan ketika Bunda Maria mengunjungi ibunya.
Dia membaptis banyak orang, dan dia jugalah yang membaptis Yesus
Kata Yesus tentang sepupunya: “Di antara mereka yang lahir dari perempuan, tidak ada yang lebih besar dari Yohanes”
Setiap tahun pada tanggal 24 Juni gereja Katolik merayakan Hari Kelahiran Yohanes Pembaptis. Sungguh menakjubkan bahwa selama berabad-abad, gereja Katolik selalu merayakan hari ulang tahun Santo Yohanes Pembaptis. Apa sebetulnya yang begitu penting tentang Yohanes Pembaptis sehingga gereja Katolik menghormati peristiwa kelahirannya? Kita menghormati kelahiran Yesus pada hari Natal dan kita menghormati kelahiran Maria pada Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria, tetapi mengapa Yohanes Pembaptis?
Kita ingat, Yesus pernah berkata: "Aku berkata kepadamu, di antara mereka yang lahir dari perempuan tidak ada yang lebih besar dari Yohanes" (Luk 7:28). Yesus menghormati Yohanes di atas semua orang lain dan oleh karena itu sudah sepatutnya kita menghormati dia juga.
Dalam kisah Injil Lukas, Maria, yang mengandung Yesus, pergi mengunjungi saudaranya Elisabet, yang sedang mengandung Yohanes selama enam bulan. Saat Maria menyapa, Elisabet "dipenuhi dengan Roh Kudus" (Luk 1:41) dan putranya yang belum lahir "melompat kegirangan" di dalam rahimnya. Baik Elizabeth dan anaknya sedang menanggapi kenyataan yang luar biasa dari kehadiran Tuhan dalam daging.
Peristiwa ini merupakan penggenapan nubuat yang sebelumnya diucapkan oleh malaikat Gabriel kepada Zakharia (ayah Yohanes) bahwa anak itu akan "dipenuhi dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya" (Luk 1:15). Oleh karena itu, dianutlah kepercayaan yang sudah umum sejak zaman dahulu, bahwa sejak saat itu Yohanes telah disucikan - yaitu, dia dibersihkan dari dosa asal, seolah-olah dia "dibaptis" di dalam rahim ibunya.
Perlu kita perhatikan bahwa ini berarti Yohanes dibebaskan dari dosa asal di dalam rahim, dan kemudian dilahirkan tanpa dosa, tetapi bukan berarti ia dikandung tanpa dosa. Dikandung Tanpa Noda adalah hak teristimewa bagi Bunda Maria di antara orang-orang kudus; dia dilindungi dari dosa asal sejak saat pertama keberadaannya.
Perbedaan besar lainnya antara Bunda Maria dan Yohanes Pembaptis adalah bahwa Maria dilindungi dari semua dosa di sepanjang hidupnya, sedangkan Yohanes tidak.
Maka, pada tanggal kelahirannya, kita menghormati Yohanes Pembaptis, yang dipenuhi dengan Roh Kudus ketika di dalam rahim ibunya, dipilih oleh Allah untuk mewartakan Putra-Nya, menjalani kehidupan teladan kekudusan dan menjadi martir karena imannya.
Mengapa Ditetapkan Tanggal 24 Juni?
Tanggal 24 Juni dipilih sebagai tanggal hari raya karena Kitab Suci memberitahu kita bahwa Yohanes dikandung enam bulan sebelum Yesus (lihat Luk 1:36). Agaknya, kemudian, Yohanes lahir sekitar enam bulan sebelum Kristus, dan kelahiran Kristus dirayakan pada Malam Natal, 24 Desember.
Sebuah Model Kekudusan
Yohanes adalah pewarta Kristus, "suara seseorang yang berseru di padang gurun, 'Persiapkan jalan Tuhan'" (Mat 3:3). Tapi tidak hanya sesederhana itu.
Yohanes memberikan model kekudusan heroik. Dia secara terbuka mengutuk kemunafikan dan amoralitas, menyerukan pesan pertobatan kepada semua orang, dan membaptis mereka. Dia menantang keserakahan dan materialisme pada zamannya, mengikuti jalan kemiskinan dan kesederhanaan, dan tidak mementingkan diri sendiri. Hal inilah yang mengilhami tidak saja orang-orang pada jamannya, tetapi juga pelopor monastisisme Kristen kemudian.
Ke mana pun Yohanes pergi, dia dikelilingi oleh banyak orang dan pengikut, sehingga ada beberapa orang yang mengira dia adalah Mesias. Namun dia tidak memanfaatkan orang-orang ini. Sebaliknya, dia memberi tahu mereka dengan jelas bahwa dia tidak seperti yang mereka kira, dan bahwa mereka harus mengalami pertobatan hati sebagai persiapan untuk Mesias (lihat Yoh 1:19-27).
Ketika Yesus memulai pelayanan-Nya, Yohanes mengutus murid-muridnya kepada Yesus dan kemudian dia sendiri menghilang ke latar belakang, dengan rendah hati menerima perannya yang semakin berkurang dengan kata-kata: “Ia [Kristus] harus bertambah; Aku harus mengecil” (Yoh 3:30). Dia melupakan dirinya sendiri dan hidup untuk Yesus.
Yohanes Pembaptis dipuji sebagai contoh yang layak tentang arti menjadi seorang pribadi pengikut Kristus. Pesan Yohanes kepada semua orang adalah bahwa kerajaan Sorga sudah dekat, jadi kita harus bersiap. Pada hari raya kelahirannya, Gereja memperbarui pesan pertobatan yang sangat penting ini.
Sources:
https://simplycatholic.com/st-john-the-baptists-birthday/
https://fatimachurchabq.org/news/the-nativity-of-saint-john-the-baptist-2018
The Feast of Our Lady of Fatima
Tiba-tiba mereka melihat kilat. Karena takut, anak-anak itu pun mulai berlari mencari perlindungan. Tepat di atas pohon ek, mereka melihat lagi perempuan yang sedang berkilauan cahaya. Perempuan yang adalah Bunda Maria itu mengatakan kepada mereka agar tidak takut. Kata perempuan itu, “Aku datang dari Surga''.
Our Lady of Fátima (secara resmi dikenal sebagai Our Lady of the Holy Rosary of Fátima), adalah a Gelar Katolik Bunda Maria, berdasarkan penampakan Maria pada tahun 1917 kepada tiga anak gembala di Cova da Iria, di Fátima, Portugal. Ketiga anak itu adalah Lúcia dos Santos dan sepupunya Francisco dan Jacinta Marto.
Menggembalakan kawanan ternak sambil bermain telah menjadi kebiasaan ketiga anak itu. Mereka membawa ternak ke rumput yang hijau dan memberi minum ternak dari sumur di rumah Lucia. Di situlah, ketika mereka hendak memberi ternak minum, seorang malaikat menampakkan dirinya sebagai Malaikat Pelindung Portugal. Itu terjadi pada tanggal 13 Mei 1917, sekitar tengah hari. Setelah itu, Lucia, Fransisco dan Jacinta melihat penampakan seorang wanita cantik sedang bercahaya, memegang rosario di tangannya.
Tiba-tiba mereka melihat kilat. Karena takut, anak-anak itu pun mulai berlari mencari perlindungan. Tepat di atas pohon ek, mereka melihat lagi perempuan yang sedang berkilauan cahaya. Perempuan yang adalah Bunda Maria itu mengatakan kepada mereka agar tidak takut. Kata perempuan itu, “Aku datang dari Surga''.
Di kemudian hari, Lucia mendeskripsikan penampakan pertama di tanggal 13 Mei 1917 itu demikian: “Seorang wanita berpakaian serba putih, lebih cemerlang dari matahari. Dia memancarkan cahaya dalam kemilaunya yang sangat jernih. Cahaya itu lebih kuat dari piala kristal yang diisi dengan air kristal dan disambar oleh sinar matahari. Cahaya yang kami lihat di hari itu adalah matahari yang paling cemerlang.”
Lúcia sendiri tidak pernah bisa menggambarkan seperti apa keadaan pada waktu itu, karena amatlah mustahil baginya untuk menatap dengan mata terpaku pada wajah surgawi yang sedang mempesona itu. Yang Lucia tahu adalah bahwa dirinya bersama Fransisco dan Jacinta berada begitu dekat dengan Bunda Maria, sekitar satu setengah meter jauhnya. Itu artinya mereka berdiri dalam jangkauan cahaya yang memancar dan menyelimuti.
Dalam penampakan itu, terjadi percakapan mereka dengan Bunda Maria demikian:
Bunda Maria: Jangan takut; Aku tidak akan melukaimu.
Lúcia: Dari manakah Yang Mulia dan penuh rahmat?
Bunda Maria: Aku dari surga (Pada waktu itu Bunda Maria mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah langit.)
Lúcia: Dan apa yang Mulia inginkan dari saya?
Bunda Maria: Aku datang untuk meminta Kalian supaya datang ke tempat ini selama enam bulan berturut-turut pada hari ketiga belas di setiap bulannya, pada jam yang sama. Nanti aku akan memberitahu kalian siapakah diriku dan apa yang aku inginkan. Setelah itu, aku akan kembali ke tempat ini untuk kali ketujuh.
Lúcia: Apakah aku akan pergi ke surga juga?
Bunda Maria: Ya, tentu saja.
Lúcia: Dan Jacinta?
Bunda Maria: Dia juga.
Lúcia: Dan Francisco?
Bunda Maria: Dia juga, tetapi dia harus banyak berdoa Rosario.
Lúcia: Apakah Maria das Neves sudah ada di surga?
Bunda Maria: Ya, benar.
Lúcia: Dan Amélia?
Bunda Maria: Dia akan berada di api penyucian sampai akhir dunia. Apakah kamu ingin mempersembahkan dirimu kepada Allah untuk menanggung semua penderitaan yang Ia kehendaki dan yang dikirimkan-Nya kepada kamu, baik sebagai tindakan perbaikan atas dosa-dosa yang telah menimbulkan murka-Nya maupun sebagai tindakan permohonan bagi pertobatan orang berdosa?
Lúcia: Ya, kami siap.
Bunda Maria: Kalau begitu, kamu akan banyak menderita. Namun Rahmat Allah akan menjadi penghiburan bagi kamu.
Setelah mengucapkan kata-kata terakhir ini, yakni “Rahmat Allah….”, untuk pertama kalinya Bunda Maria membuka tangannya. Segeralah terpancar cahaya yang sangat terang dan menembus dada kami. Cahaya itu mencapai bagian terdalam dari jiwa kami dan memampukan kami melihat diri kami sendiri dalam dalam Tuhan.
Dialah cahaya itu, yang memampukan kami melihat diri kami lebih jelas daripada yang bisa kita lihat di hadapan sebuah cermin terbaik sekalipun. Tiba-tiba ada dorongan kuat dari dalam diri kami untuk berlutut. Sambil berlutut, kami mengulang seruan ini dalam hati: “O Tritunggal Mahakudus, aku memujamu! Tuhanku, Tuhanku, aku mencintai-Mu dalam Sakramen Mahakudus.”
Beberapa saat kemudian, Bunda Maria menambahkan, “Berdoalah Rosario setiap hari untuk mendapatkan kedamaian bagi dunia dan untuk mengakhiri perang.”
Bunda Maria tiba-tiba mulai terangkat dengan tenang ke arah timur sampai dia menghilang di kejauhan. Cahaya yang mengelilinginya, bisa dikatakan, membuka jalan melalui cakrawala berbintang.
Pesan Penampakan Bunda Maria di Fatima 1917
Pesan pertama:
“Bunda Maria menunjukkan kepada kami sebuah lautan api yang besar yang sepertinya berada di bawah bumi. Yang terbenam di dalam api adalah setan-setan dan jiwa-jiwa di dalam rupa manusia, seperti bara api yang transparan, semua kehitaman atau gosong seperti tembaga, mengambang di atas lautan api, sekarang naik ke udara dengan lidah-lidah api yang keluar dari dalam diri mereka sendiri bersama dengan awan-awan api yang besar, sekarang jatuh kembali pada setiap sisi seperti percikan di dalam api yang besar sekali, tanpa berat atau keseimbangan, di tengah-tengah tawa dan erangan kesakitan dan keputusasaan, yang menakutkan kami dan membuat kami gemetar ketakutan. Setan-setan dapat dibedakan dengan kemiripan mereka yang menakutkan dan menjijikkan dengan binatang-binatang yang menakutkan dan tidak dikenal, semua hitam dan transparan. Penglihatan ini berakhir dalam sekejap. Bagaimana kami dapat bersyukur kepada Bunda Surgawi yang baik, yang telah mempersiapkan kami dengan menjanjikan di dalam Penampakan yang pertama, untuk membawa kami ke surga. Jika tidak, saya rasa kami akan sudah mati ketakutan….”
Pesan kedua:
Kami lalu melihat kepada Bunda Maria yang berkata:
“Kamu telah melihat kemana jiwa-jiwa yang berdosa pergi. Untuk menyelamatkan mereka Tuhan berkehendak untuk mengadakan di dunia devosi kepada Hatiku yang tidak bernoda (Immaculate Heart). Jika apa yang aku katakan kepadamu dilakukan, banyak jiwa akan diselamatkan dan akan ada damai. Perang [Perang Dunia I] akan berakhir, tetapi kalau orang-orang tidak berhenti menentang Allah, sebuah perang yang lebih parah akan pecah pada saat pontifikat Paus Pius XI. Ketika kamu melihat malam yang diterangi oleh sebuah terang yang tak dikenal, ketahuilah bahwa ini adalah tanda yang besar yang diberikan kepadamu dari Tuhan bahwa Ia akan menghukum dunia karena kejahatannya, dengan cara perang, kelaparan, penganiayaan terhadap Gereja dan terhadap Bapa Suci. Untuk menghindari ini, saya datang untuk memohon konsekrasi Rusia kepada hatiku yang tidak bernoda, dan Komuni untuk silih dosa pada setiap Sabtu pertama. Jika permohonanku dipenuhi, Rusia akan bertobat dan akan ada damai, jika tidak, ia akan menyebarkan kesesatannya kepada seluruh dunia, menyebabkan perang dan penganiayaan terhadap Gereja. Orang-orang baik akan dibunuh; dan Bapa Suci akan mengalami penderitaan berat, bangsa- bangsa akan dilenyapkan. Pada akhirnya Hatiku yang tak bernoda akan menang. Bapa Suci akan meng-kosekrasikan Rusia kepadaku dan Rusia akan bertobat, dan sebuah periode damai akan diberikan kepada dunia.”
Pesan ketiga:
Saya [Sr. Lucia] menulis dalam ketaatan kepada Engkau, Tuhanku, yang memerintahkan kepadaku melalui Uskup Leiria dan melalui Bunda-Mu yang tersuci dan Bundaku.
Setelah dua bagian yang telah kujelaskan, di sebelah kiri Bunda Maria dan sedikit ke atas, kami melihat seorang Malaikat dengan sebuah pedang yang berapi di tangan kirinya, mengkilat, mengeluarkan lidah-lidah api yang terlihat seperti seolah-olah akan menyalakan dunia dengan api, tetapi lidah-lidah api itu mati bersentuhan dengan kemuliaan yang Bunda Maria pancarkan kepadanya [malaikat itu], dari tangan kanannya. Menunjuk ke bumi dengan tangan kanannya, Malaikat itu berteriak dengan suara keras: ‘Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah!” Dan kami melihat di dalam sebuah terang yang besar yang adalah Tuhan: ‘sesuatu yang mirip dengan bagaimana orang orang muncul di cermin ketika mereka melewatinya’, seorang Uskup berpakaian putih ‘kami mempunyai kesan bahwa itu adalah Bapa suci’. Uskup-uskup yang lain, para imam, kaum religius laki-laki dan perempuan menanjak sebuah gunung yang terjal, pada puncaknya terdapat sebuah Salib yang besar dari batang pohon yang secara kasar ditebang seperti dari pohon perop ..; sebelum sampai ke sana Bapa suci melewati sebuah kota yang besar yang separuhnya hancur dan separuhnya gemetar, dengan langkah terhenti, terpukul dengan kesakitan dan penderitaan, ia berdoa bagi para jiwa dan jenazah yang ditemuinya di jalan; setelah sampai di puncak bukit, dengan berlutut pada kaki Salib yang besar, ia dibunuh oleh sebuah kelompok parjurit yang menghujaninya dengan peluru- peluru dan panah terarah kepadanya, dan dengan cara yang sama di sana satu persatu wafatlah para Uskup, imam dan kaum religius laki-laki dan perempuan dan bermacam orang awam dari berbagai tingkatan dan posisi. Di bawah kedua lengan Salib, terdapat dua Malaikat, masing-masing dengan wadah kristal di tangannya, yang dipakai untuk mengumpulkan darah para martir dan dengan itu memerciki para jiwa yang sedang mengambil jalan menuju Allah.”
Tahun ini, the Feast of Our Lady of Fatima diperingati tanggal 13 mei 2021.
Bahan dikutip dari : pewartasabda.wordpress.com, katolisitas.org
Fatima - Relevansinya setelah 104 tahun -
Fatima, sebuah kota kecil di Portugis yang tidak dikenal, 70 mil di utara Lisbon. Saat itu, tanggal 13 Mei 1917, dekat tengah hari di sebuah dataran bernama "Cova da Iria," tiga anak menggembalakan kawanan domba kecil mereka, awal kisah surga mengguncang dunia.
Anak-anak gembala ini melihat sosok bercahaya muncul, "lebih terang dari matahari, memancarkan sinar terang benderang, seperti piala kristal yang dipenuhi bintik air saat matahari yang membara menyinarinya." Sosok itu, seorang wanita, dan berkata, "Saya berasal dari Surga."
Tahun 1940, Pacelli sebagai Yang Mulia Paus Pius XII memberikan persetujuan Gereja atas penampakan Bunda Maria di Fatima. Tahun 2017, 100 tahun kemudian, Bapa Suci kita Paus Fransiskus, seperti para pendahulunya, menyerukan dunia untuk memperhatikan permohonan Bunda Maria di Fatima.
"Bunda meminta kita untuk tidak pernah menyakiti hati Tuhan lagi," katanya. "Dia memperingatkan semua umat manusia sebelumnya tentang perlunya menyerahkan diri kepada Tuhan, sebagai sumber cinta dan belas kasih."
Penampakan Bunda Maria di Fatima tetap relevan saat ini seperti 10 dekade yang lalu. Relevansi ini tidak boleh diabaikan karena sangat penting bagi setiap orang yang hidup saat ini.
Fatima tetap bergema dengan pesan penting dari Surga melalui "seorang wanita yang lebih cemerlang dari matahari" yang menampakan dirinya di hadapan Lucia dos Santos, 10 tahun, dan sepupunya Francisco dan Jacinta Marto, masing-masing, 8 dan 7 tahun.
Pesannya: Doa dan Bertobat
Apa yang terjadi pada tanggal 13 Mei 1917 dan selama lima bulan berikutnya, menitis peristiwa mempesona yang berpuncak pada tanggal 13 Oktober 1917.
Selama lima bulan itu, ketiga anak gembala mengalami penampakan ‘wanita dari Surga’ setiap tanggal 13 di waktu yang hampir bersamaan. Wanita itu mengungkapkan dirinya sebagai Maria, Bunda Allah.
Penampakan tanggal 13 Mei itu terjadi sekitar seminggu setelah Paus Benediktus XV memohon bantuan Bunda Maria saat Eropa lumpuh karena perang, kekacauan anarki dan ateisme, terutama di Rusia, di mana kaum Bolshevik akan menguasai pemerintahan.
Saat Maria menampakkan diri kepada anak-anaknya, dia membuka tangannya, mencurahkan mereka dengan cahaya yang masuk ke dalam hati mereka. Lucia, Francisco, dan Jacinta melaporkan efek yang sama dari fenomena Cahaya, yang menurut Fr. Robert J. Fox, seorang ahli penampakan Fatima, mengizinkan mereka untuk "melihat diri mereka sendiri di dalam Tuhan, yang adalah terang". Dengan "dorongan batin", anak-anak berlutut, mengulangi dalam hati mereka: 'O Tritunggal Mahakudus, aku memujaMu! Ya Tuhan, Tuhanku, aku mencintaimu dalam Sakramen Mahakudus!
Bunda Maria menjawab, "Ucapkan Rosario setiap hari untuk mendapatkan kedamaian bagi dunia dan akhir perang."
Dalam penampakan 13 Juli, Bunda Maria membawa pesan: pertobatan, reparasi, dan pertobatan Rusia. Dia juga meramalkan akhir Perang Dunia I, tetapi memberi tahu anak-anak bahwa jika dunia tidak berhenti menyakiti Tuhan, perang lain yang lebih buruk, akan pecah.
"Untuk mencegah hal ini," Bunda Yang Terberkati berkata, "Aku minta agar Rusia di konsekrasi terhadap Hatiku yang Tak Bernoda, dan mengadakan sakramen pertobatan pada hari Sabtu pertama." Bunda Mari berjanji untuk memberikan mujizat pada 13 Oktober, agar semua orang percaya pada kata-katanya.
Keajaiban Matahari - Mujizat yang Diabaikan
Pada tanggal 13 Oktober 1917, ada sekitar 70,000 orang berkumpul di Fatima untuk menunggu janji Bunda Maria.
Siang hari itu, seperti yang dijanjikan oleh Bunda Maria, meskipun diguyur hujan, mereka yang berkumpul melihat matahari "menari" dan "berputar" di langit. Bagai piringan yang berputar cepat, memancarkan warna merah tua, kuning, dan ungu tua. Putaran terjadi tiga kali, lebih cepat setiap kali, sebelum akhirnya terlihat menjauhi langit dan dengan gerak berliku-liku menuju bumi, lalu kembali ke posisi semula.
Syangnya, walau telah ada mujizat yang sangat mempesona ini, dunia tetap mengabaikan peringatan Bunda Maria.
Dua puluh dua tahun kemudian, Perang Dunia II terjadi dan memakan 60 juta jiwa. Pesan Bunda Maria menjadi kenyataan. Pesan tentang kelaparan, penganiayaan terhadap Gereja, kehancuran bangsa-bangsa, dan penderitaan besar Bapa Suci.
Percobaan pembunuhan terhadap Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1981 terjadi pada tanggal 13 Mei, merupakan peringatan 64 tahun penampakan Bunda Maria di Fatima. Paus Yohanes Paulus dinyatakan sebagai Paus yang "sangat menderita". Juga, perkataan Bunda Maria tentang Rusia dan pertobatannya mulai terpenuhi ketika pada tahun 1989, Uni Soviet mulai runtuh.
Suster Lucia: 'Saksi Penampakan Bunda Maria'
Lucia dos Santos hidup sampai 97 tahun, meninggal pada tanggal 13 Februari (tanggal penampakan), 2005, dua bulan sebelum kematian Paus Yohanes Paulus II. Francisco dan Jacinta telah mendahului Lucia, meninggal sebagai korban wabah flu besar tahun 1919. Paus menyatakan Francisco dan Jacinta ‘diberkati’ pada 13 Mei 2000, menjadikan Jacinta orang biasa termuda yang pernah dibeatifikasi.
Harapan untuk menyebarkan pesan doa, penebusan dosa, dan pertobatan Fatima ada pada Lucia - seorang biarawati Karmel yang hidup selama 87 tahun setelah Fatima, dan untuk mempromosikan devosi kepada Hati Bunda Tak Bernoda.
Ibu Celina, kepala biara di Coimbra, Portugal, memanggil dr. Branca Paul, MD, dokter pribadi Sr. Lucia, ketika beliau telah kehilangan keinginannya untuk hidup.
Sr. Lucia mengalami koma. Tapi kemudian mengejutkan semua orang, beliau mengangkat kepalanya dan mulai menggerakkannya, untuk melihat sekitarnya.
"Untuk Bapa Suci!" Kata Sr. Lucia. "Bunda Maria, Bunda Maria, Malaikat Suci, Hati Yesus, Hati Yesus! Kita pergi, kita pergi."
"Kemana?" Ibu Celina bertanya.
"Ke Surga," jawab Sr. Lucia.
"Dengan siapa?" Ibu bertanya.
"Dengan Tuhan kita, Bunda Maria, dan para gembala kecil," jawab Sr. Lucia. Itu adalah kata-kata terakhirnya. Francisco dan Jacinta telah datang untuk membawanya ke Surga.
Sebagai dokter pribadi Sr. Lucia, Dr. Paul menghabiskan banyak bersama St. Lucia selama 15 tahun terakhir hidupnya.
"Dia cerdas, teguh, lucu, namun praktis," kata Dr. Paul. "Dia menyukai lelucon dan permainan kata-kata. Dia juga, sangat rendah hati.
"Kami sangat dekat," lanjut Dr. Paul. "Sungguh menakjubkan bahwa dia seperti orang biasa, sederhana, dan rendah hati. Penuh kegembiraan dan tawa, selalu bercanda dan banyak tersenyum. Misalnya, ketika saya datang dengan gaya rambut baru atau pakaian baru, Sr. Lucia akan mengolok-olok saya. Orang merasa gembira bersama Sr. Lucia. Kegembiraannya menular membuat semua orang lebih bahagia. "
Sukacita seperti itu adalah hasil dari konsekrasi kepada Hati Maria Tak Bernoda, mempercayakan dengan sepenuhnya kepada Yesus melalui Maria, melayani misinya dengan setia. Seperti halnya Sr. Lucia, semoga hal ini juga berlaku untuk kita semua, melalui perantaraan para visionaries Fatima dan Bunda Maria.
Fatima setelah 104 tahun
Apakah Fatima memiliki relevansi hari ini? Ya, tapi kita harus fokus pada hal yang benar.
Sampai tahun 2005, Sr. Lucia mengungkapkan rasa frustrasinya karena orang-orang masih ingin memikirkan mukjizat dan rahasia. Dia berkata kepada Dr. Paul, "Saya tidak berfokus pada mukjizat. Saya lebih fokus pada 10 Perintah. Kita akan dihakimi berdasarkan 10 Perintah saat kita mati. Kita harus berhenti menyakiti Tuhan, tapi kita harus mengenal Tuhan."
Dia menyimpulkan hal ini dengan yang disebutnya Perintah ke-11: "Lakukan apapun yang Tuhan perintahkan kepadamu. Itulah yang diinginkan Bunda Maria."
Pada tahun 1982, satu tahun setelah upaya pembunuhannya, Paus Yohanes Paulus II melakukan perjalanan ke Fatima untuk berterima kasih kepada Bunda Maria karena telah menyelamatkan hidupnya. Di sana, dia menyebut "pesan di Fatima ... lebih relevan daripada 65 tahun yang lalu”. Saat ini menjadi sangat mendesak. Tidak hanya relevan, tetapi kritis daripada 104 tahun lalu.
Pesan di Fatima datang bersamaan peringatan konsekuensi yang mengerikan jika dunia terus menjauhi Tuhan. Kenyataannya, dunia terus menjauhi Tuhan, dapat kita lihat dari perang, aksi terorisme yang tidak pernah berakhir, aborsi, mengejar kesenangan yang berlebihan ... dan seterusnya.
Kita juga melihat dari hal lainnya yang tidak menyenangkan; dari suhu dunia yang meningkat, sampai budaya kematian, dari mengabaikan yang muda dan tua, hingga penganiayaan Gereja, dan berbagai konflik di seluruh dunia. Patut dipertanyakan: Sampai dimanakah kesabaran Tuhan?
Bunda Maria mengajak kita untuk berdoa Rosario setiap hari, dan juga berkorban agar orang-orang bertobat dan untuk menebus dosa manusia terhadap Hati Bunda Tak Bernoda.
Pesan Bunda Maria: Masih ada waktu. Tidak ada kata terlambat - sampai terlambat itu terjadi.
Kenaikan Yesus ke Sorga (Ascension of the Lord)
Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.
Kenaikan Yesus ke Sorga (Ascension of the Lord)
Kenaikan Yesus Kristus (Ascension of The Lord) adalah peristiwa yang terjadi 40 hari setelah Kebangkitan Yesus, di mana disaksikan oleh murid-murid-Nya, Yesus Kristus terangkat naik ke langit dan kemudian hilang dari pandangan setelah tertutup awan, seperti yang dicatat dalam Alkitab Perjanjian Baru.
Dalam kitab Kisah Para Rasul, para murid Yesus digambarkan belum memahami benar arti seluruh peristiwa yang mereka alami. Banyak dari mereka yang masih berharap bahwa Yesus akan memulihkan kerajaan Daud yang runtuh sejak dikalahkan oleh Kerajaan Babel. Tetapi Yesus mempunyai misi lain yang bukan dari dunia. Ia berpesan kepada murid-muridnya: "... kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Dan sesudah meninggalkan pesan itu, Yesus terangkat ke sorga, sambil disaksikan oleh murid-muridnya. Peristiwa itu membuat mereka tercengang. Namun dua malaikat Tuhan menampakkan diri dan mengingatkan mereka akan pesan yang telah diberikan Yesus kepada mereka.
Latar Belakang
Selama 40 hari setelah kebangkitan-Nya pada hari Minggu (yaitu 3 hari sesudah kematian-Nya di atas kayu salib), Yesus menunjukkan diri-Nya kepada para murid, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup.
Yesus berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.
Peristiwa Kenaikan
Injil Markus, Injil Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul mencatat peristiwa kenaikan ini secara eksplisit.
Markus mencatat bahwa sesudah Tuhan Yesus menyampaikan pesan-pesan terakhir kepada murid-murid-Nya, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. (Markus 16:19). Kata kerja "terangkat" sama dengan yang digunakan dalam Kisah Para Rasul 1:2.
Lukas mencatat: Yesus membawa mereka ke luar kota Yerusalem sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. (Lukas 24:50-52)
Kisah Para Rasul mencatat: Sesudah Yesus mengatakan kata-kata terakhirnya, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." (Kisah Para Rasul 1:9-11)
Lokasi Kenaikan
Di luar kota Yerusalem, dekat Betania, di bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya "seperjalanan Sabat" jauhnya dari Yerusalem. "Seperjalanan Sabat" itu berjarak kira-kira 2000 langkah atau sekitar 1,5 km (1 mil).
Jelas kenaikan ini bukan di dalam kota Betania, yang terletak di sebelah timur Bukit Zaitun, kira-kira 3 kilometer (2 mil) di timur Yerusalem.
Gereja "Church of the Holy Ascension" pernah didirikan di Bukit Zaitun, sebelum direbut oleh Saladin tahun 1187 dan diubah menjadi masjid "Kapel Kenaikan" (Chapel of Ascension) sampai sekarang. Menurut tradisi, ini adalah tempat kenaikan Yesus.
Kelanjutan bagi murid-murid Yesus
Injil Markus mencatat secara garis besar bahwa sesudah itu pergilah murid-murid Yesus memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.
Injil Lukas mencatat bahwa segera setelah pulang ke Yerusalem dengan sukacita, para murid senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah. Catatan kecil ini menjadi penghubung ke Kisah Para Rasul yang juga ditulis oleh Lukas.
Kisah Para Rasul mencatat bahwa rasul-rasul itu kembali ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. Setelah menunggu 10 hari di Yerusalem, para murid mengalami pencurahan Roh Kudus pada hari raya Shavuot atau Pentakosta, dan kemudian mereka mulai memberitakan Injil ke seluruh dunia. Jadi pada akhirnya sama dengan catatan dalam Injil Markus.
Mengapa Yesus naik ke Surga?
Kenaikan Yesus ke Surga (Ascension) adalah naiknya Yesus ke Surga dengan kekuatan-Nya sendiri di hadapan para muridnya, empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya. Hal ini diceritakan di Mk 16:19, Lk 24:51, dan Kis 1.
Ada dua alasan mengapa Yesus naik ke Surga:
1. Untuk mengirimkan Roh Kudus yang dijanjikan-Nya. Di dalam Yoh 16:7 dikatakan “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” Pertanyaannya, mengapa Yesus harus naik ke Surga terlebih dahulu sebelum mengirimkan Roh Kudus?
1). Kalau kita mau melihat keseluruhan Alkitab, maka kita juga melihat Perjanjian Lama dalam terang Perjanjian Baru.
Dalam studi “typology“, kita melihat sesuatu yang ada di dalam Perjanjian Lama dan kemudian dikaitkan dengan
Perjanjian Baru untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap. Dalam hal ini ada kaitan antara Musa dan Yesus.
Yesus disebut Musa yang Baru
2). Sebelum Musa mendapatkan Sepuluh Perintah Allah (decalogue), Musa harus naik terlebih dahulu ke gunung Sinai, dan tinggal bersama dengan Allah selama empat puluh hari. (Lih. Kel 34). Dan oleh karena itu, Yesus, Musa yang Baru, naik – bukan ke gunung yang bersifat fisik, namun naik ke Surga. Rasul Paulus mengatakan “Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.“(Ef 4:10). Dan pada waktu Dia telah duduk di sisi kanan Allah Bapa, maka Dia dapat menuliskan hukum Allah di dalam hati manusia, bukan di dalam dua loh batu seperti di dalam Perjanjian Lama. Penulisan hukum Allah ini dimanifestasikan dengan turunnya Roh Kudus kepada para rasul dan kemudian kepada umat Allah, sehingga Tubuh Kristus (Gereja) dapat dibangun.
2. Untuk membawa jiwa-jiwa yang berada di limbo of the just atau bosom of Abraham atau tempat penantian, ke Surga. Rasul Paulus mengatakan bahwa “8 Itulah sebabnya kata nas: “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia.” 9 Bukankah “Ia telah naik” berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? 10 Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. 11 Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, 12 untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, 13 sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,” (Ef 4:8-13)
1) Dari ayat-ayat tersebut di atas, maka sebenarnya cukup jelas bahwa ketika Yesus naik ke tempat tinggi (Surga), maka Yesus membawa jiwa-jiwa yang berada di bosom of Abraham dengan cara Yesus turun sendiri ke tempat penantian selama tiga hari (dari wafat sampai kebangkitan).
2) “Pemenuhan segala sesuatu” yang disebutkan di ayat 10 adalah pemenuhan dari janji Yesus, yaitu untuk mengutus Roh Kudus, Roh Penghibur (Yoh 14:26, 15:26, dan 16:7) yang akan memenuhkan segala sesuatu, yang memperlengkapi umat Allah dalam membangun Tubuh Kristus, yaitu Gereja. Rasul Paulus menegaskan bahwa Roh Kudus inilah yang akan memberikan kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Jadi dapat dikatakan bahwa Roh Kudus membantu umat Allah untuk menjadi mirip seperti Kristus.
Hari Raya Kenaikan Yesus Kristus
Hari raya Kenaikan Yesus Kristus atau Kenaikan Isa Almasih (Mikraj Isa Almasih) adalah nama hari raya umat Kristen untuk memperingati kenaikan Yesus ke sorga. Perayaan ini selalu jatuh pada hari Kamis, 40 hari setelah hari raya Paskah, 10 hari sebelum hari raya Pentakosta.
Tahun ini, Hari Kenaikan Yesus ke Sorga dirayakan pada tanggal 13 Mei 2021.
artikel disunting dari katolisitas.org
Hari Santo Yoseph (19 Maret)
Paus Francis: "Saya sangat mengasihi Santo Yoseph karena dia adalah seorang yang kuat dan pendiam"
Di tahun 2013, pada Hari Raya Santo Yoseph, Paus Fransiskus mempersembahkan misa dalam peresmian pengangkatannya sebagai seorang penerus tahta kepausan. Dia secara khusus memilih 19 Maret karena pada pribadi Santo Yoseph dia selalu melihat kekuatan dan kebijaksanaan Tuhan.
Paus Fransiskus dalam kata-katanya sendiri tentang Santo Yoseph:
19 Maret 2013: Homili saat Misa peresmian pengangkatannya sebagai penerus tahta kepausan:
Yoseph adalah "pelindung" karena dia mampu mendengarkan suara Tuhan dan dibimbing oleh kehendak Tuhan; dan karena alasan ini dia menjadi lebih peka terhadap orang-orang yang dipercayakan kepadanya untuk dijaga. Dia dapat melihat berbagai hal secara realistis, dia berhubungan dengan lingkungannya, dia sungguh dapat membuat keputusan yang benar-benar bijak. Dalam dirinya, teman-teman terkasih, kita belajar bagaimana menanggapi panggilan Tuhan, dengan suka hati dan rela.
Di sini saya ingin menambahkan satu hal lagi: sikap peduli dan melindungi, semua itu menuntut kebaikan, dan membutuhkan kelembutan tertentu. Dalam Injil, Santo Yoseph tampil sebagai orang yang kuat dan berani, seorang pekerja, namun di dalam hatinya kita juga melihat kelembutan yang besar, yang hendaklah tidak diartikan sebagai kelemahan tetapi lebih sebagai tanda kekuatan roh dan kapasitas untuk perhatian, untuk kasih sayang, untuk keterbukaan yang tulus kepada orang lain, untuk cinta kasih. Kita tidak boleh takut akan kebaikan, akan kelembutan !
16 Januari 2015: Ceramah kepada keluarga-keluarga di Manila
Saya memiliki kasih yang besar untuk Santo Yoseph, karena dia adalah seorang yang pendiam dan kuat. Di meja saya, saya memiliki gambar Santo Yoseph yang sedang tidur. Bahkan ketika dia sedang tertidur, dia menjaga Gereja! Iya! Kita tahu dia bisa melakukan itu. Jadi ketika saya memiliki masalah, kesulitan, saya menulis catatan kecil dan meletakkannya di bawah Santo Yoseph, sehingga dia dapat memimpikannya! Dengan kata lain saya hendak mengatakan padanya: berdoalah untuk masalah ini!
Selanjutnya, bangkit bersama Yesus dan Maria. Saat-saat istirahat yang amat berharga itu, saat beristirahat bersama Tuhan dalam doa, adalah saat-saat yang mungkin membuat kita selalu ingin berlama-lama. Tetapi seperti Santo Yoseph, begitu kita mendengar suara Tuhan, kita harus bangkit dari tidur kita; kita harus bangun dan bertindak (lih. Rom 13:11). Dalam keluarga kita, kita harus bangun dan bertindak! Iman tidak menyingkirkan kita dari dunia, tetapi menarik kita lebih dalam lagi ke dalamnya.
Sebagaimana karunia Keluarga Kudus dipercayakan kepada Santo Yoseph, demikian pula karunia keluarga dan posisinya dalam rencana Tuhan dipercayakan kepada kita. Seperti Santo Yoseph. Karunia Keluarga Kudus dipercayakan kepada Santo Yoseph agar dia bisa merawatnya. Masing-masing dari anda, kita masing-masing - karena saya juga bagian dari sebuah keluarga - ditugasi untuk mengurus rencana Tuhan. Malaikat Tuhan mengungkapkan kepada Yoseph bahaya yang mengancam Yesus dan Maria, memaksa mereka untuk melarikan diri ke Mesir dan kemudian menetap di Nazareth. Begitu juga, di zaman kita, Tuhan memanggil kita untuk mengenali bahaya yang mengancam keluarga kita sendiri dan untuk melindungi keluarga kita dari bahaya.
20 Maret 2017: Homili pagi, Casa Santa Marta
“Hari ini saya ingin meminta agar Santo Yoseph memberi kita semua kemampuan untuk bermimpi karena ketika kita memimpikan hal-hal yang hebat, hal-hal yang baik, kita semakin dekat dengan mimpi Tuhan, apa yang Tuhan impikan tentang kita. Semoga dia memberikan kepada mereka yang masih muda - karena dia sendiri masih muda - kemampuan untuk bermimpi, mengambil risiko dan untuk mengambil tugas-tugas sulit yang mereka lihat dalam mimpi mereka. Dan semoga dia memberikan segala nilai kesetiaan yang umumnya matang dalam perilaku lurus, karena dia adil, yang tumbuh dalam keheningan — dalam tidak banyak kata - dan tumbuh dalam kelembutan yang mampu menjaga kelemahan dirinya sendiri dan kelemahan orang lain.
Artikel diterjemahkan dari vaticannews.va: Pope Francis: “I love St Joseph …. ”
Hari St.Patrick (17 Maret)
Bagaimana Awal Mula Hari St. Patrick di Amerika
Setiap tanggal 17 Maret, seluruh wilayah Amerika Serikat akan berwarna ‘sehijau zamrud’ seharian. Itu karena orang Amerika akan mengenakan pakaian hijau dan meminum bir hijau. Milkshake hijau, bagel, dan bubur jagung juga akan muncul di menu. Bahkan ada kalangan tertentu di Chicago yang bahkan mewarnai sungainya menjadi hijau.
Orang-orang bersuka ria dari pantai ke pantai merayakan semua hal yang berbau Irlandia dengan mengangkat pint Guinness, dan para bagpiper akan bersorak, penari tiri, bersama dengan marching band yang berparade di jalan-jalan kota. Namun, tradisi tahunan yang sudah lama dikenal ini sebetulnya tidak diimpor dari Irlandia. Tradisi ini justru lahir di Amerika.
Hari St. Patrick, sekitar tahun 1860-an.
Berbeda dengan pesta pora di Amerika Serikat, 17 Maret lebih merupakan hari suci daripada hari libur di Irlandia. Sejak 1631, Hari St. Patrick telah menjadi hari raya keagamaan untuk memperingati peringatan abad ke-5 kematian misionaris yang jasanya dikenang karena penyebaran agama Kristen ke Irlandia. Selama beberapa abad, 17 Maret adalah hari khusuk di Irlandia dengan umat Katolik menghadiri gereja di pagi hari dan mengambil bagian dalam pesta sederhana di sore hari. Tidak ada parade dan tentu saja tidak ada produk makanan berwarna zamrud, terutama karena biru, bukan hijau, adalah warna tradisional yang diasosiasikan dengan santo pelindung Irlandia sebelum Pemberontakan Irlandia 1798.
Mitos Hari St. Patrick
Boston telah lama mengklaim sebagai kota pertama yang merayakan Hari St. Patrick pertama di Amerika. Pada 17 Maret 1737, lebih dari dua lusin Presbiterian yang beremigrasi dari utara Irlandia berkumpul untuk menghormati St. Patrick dan membentuk Charitable Irish Society untuk membantu orang-orang Irlandia yang tertekan di kota itu. Organisasi Irlandia tertua di Amerika Utara ini masih mengadakan makan malam tahunan setiap Hari St. Patrick.
Namun, sejarawan Michael Francis menemukan bukti bahwa kota St. Augustine, Florida, mungkin telah menjadi tuan rumah pertama perayaan Hari St. Patrick di Amerika. Saat meneliti catatan pengeluaran mesiu Spanyol, Francis menemukan catatan yang menunjukkan ledakan meriam atau tembakan digunakan untuk menghormati santo pada tahun 1600 dan bahwa penduduk kota garnisun Spanyol diproses melalui jalan-jalan untuk menghormati St. Patrick pada tahun berikutnya, mungkin atas perintah dari seorang pendeta Irlandia yang tinggal di sana.
Ironisnya, sekelompok Redcoats (British Soldier) lah yang memulai tradisi hijau dari parade Hari St. Patrick terbesar dan terpanjang di Amerika pada tahun 1762 ketika tentara kelahiran Irlandia yang bertugas di Angkatan Darat Inggris berbaris melalui Manhattan ke bawah untuk menikmati sarapan Hari St. Patrick di sebuah warung lokal. Parade 17 Maret oleh orang Irlandia melalui jalan-jalan di Kota New York menimbulkan kemarahan para nativis, (massa anti-Katolik) yang memulai tradisi mereka sendiri dengan membuat “padi" pada malam Hari St. Patrick dengan mendirikan patung orang-orang Irlandia yang mengenakan kain lap dan kalung kentang dengan botol wiski di tangan mereka, sampai praktik itu dilarang pada 1803.
Krisis Pengungsi Abad ke-19
Setelah umat Katolik Irlandia membanjiri negara itu dalam dekade setelah kegagalan panen kentang Irlandia pada tahun 1845, mereka berpegang teguh pada identitas Irlandia mereka dan turun ke jalan dalam parade Hari St. Patrick untuk menunjukkan kekuatan dalam jumlah sebagai jawaban politik kepada nativis.
“Banyak orang yang terpaksa meninggalkan Irlandia selama Kelaparan Besar membawa banyak kenangan, tetapi mereka tidak memiliki negaranya, jadi itu adalah perayaan menjadi orang Irlandia,” kata Mike McCormack, sejarawan nasional untuk Ordo Kuno Hibernian. “Tapi ada juga sedikit pembangkangan karena sifat kefanatikan yang berlebihan”
McCormack mengatakan sikap terhadap orang Irlandia mulai melunak setelah puluhan ribu dari mereka bertugas dalam Perang Saudara. “Mereka keluar sebagai warga negara kelas dua tetapi kembali sebagai pahlawan,” katanya. Saat orang Irlandia perlahan berasimilasi dengan budaya Amerika, mereka yang tidak memiliki darah Celtic mulai bergabung dalam perayaan Hari St. Patrick.
Makanan yang menjadi makanan pokok Hari St. Patrick di seluruh negeri — daging kornet dan kubis — juga merupakan inovasi Amerika. Sementara ham dan kubis dimakan di Irlandia, daging kornet terbukti menjadi pengganti yang lebih murah bagi imigran miskin. McCormack mengatakan daging kornet menjadi makanan pokok orang Irlandia-Amerika yang tinggal di daerah kumuh Manhattan yang membeli sisa perbekalan dari kapal-kapal yang kembali dari perdagangan teh di China.
"Ketika kapal datang ke Pelabuhan South Street, banyak wanita akan lari ke pelabuhan berharap ada sisa daging asin yang bisa mereka dapatkan dari juru masak kapal dengan harga satu sen per pon," kata McCormack. “Itu adalah daging termurah yang bisa mereka temukan.” Orang Irlandia akan merebus daging tiga kali — terakhir kali dengan kubis — untuk menghilangkan sebagian air garamnya.
Disunting dan diterjemahkan dari tulisan:
CHRISTOPHER KLEIN - https://www.history.com/news/st-patricks-day-origins-america
Message from Pope Francis
The One who “humbled himself and became obedient unto death, even death on a cross” - Phil 2:8
Dear Brothers and Sisters,
Jesus revealed to his disciples the deepest meaning of his mission when he told them of his passion, death and resurrection, in fulfilment of the Father’s will. He then called the disciples to share in this mission for the salvation of the world.
In our Lenten journey towards Easter, let us remember the One who “humbled himself and became obedient unto death, even death on a cross” (Phil 2:8).
During this season of conversion, let us renew our faith, draw from the “living water” of hope, and receive with open hearts the love of God, who makes us brothers and sisters in Christ.
At the Easter vigil, we will renew our baptismal promises and experience rebirth as new men and women by the working of the Holy Spirit.
This Lenten journey, like the entire pilgrimage of the Christian life, is even now illumined by the light of the resurrection, which inspires the thoughts, attitudes and decisions of the followers of Christ.
Fasting, prayer and almsgiving, as preached by Jesus (cf. Mt 6:1-18), enable and express our conversion. The path of poverty and self-denial (fasting), concern and loving care for the poor (almsgiving), and childlike dialogue with the Father (prayer) make it possible for us to live lives of sincere faith, living hope and effective charity.
Rome, Saint John Lateran, 11 November 2020, the Memorial of Saint Martin of Tours
Rabu Abu (17 February 2021)
Rabu Abu tahun ini jatuh pada tanggal 17 February.
Rabu Abu adalah hari pertama Masa Prapaska, yang menandai bahwa kita memasuki masa tobat 40 hari sebelum Paska. Angka “40″ selalu mempunyai makna rohani sebagai lamanya persiapan. Misalnya, Musa berpuasa 40 hari lamanya sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah (lih. Kel 34:28), demikian pula Nabi Elia (lih. 1 raj 19:8). Tuhan Yesus sendiri juga berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun sebelum memulai pewartaan-Nya (lih. Mat 4:2).
Mengapa hari Rabu?
Gereja Katolik menetapkan puasa ini selama 6 hari dalam seminggu (hari Minggu tidak dihitung, karena hari Minggu dianggap sebagai peringatan Kebangkitan Yesus), maka masa Puasa berlangsung selama 6 minggu ditambah 4 hari, sehingga genap 40 hari. Dengan demikian, hari pertama puasa jatuh pada hari Rabu. (Paskah terjadi hari Minggu, dikurangi 36 hari (6 minggu), lalu dikurangi lagi 4 hari, dihitung mundur, jatuh pada hari Rabu).
Jadi penentuan awal masa Prapaska pada hari Rabu disebabkan karena penghitungan 40 hari sebelum hari Minggu Paska, tanpa menghitung hari Minggu.
Mengapa Rabu “Abu”?
Abu adalah tanda pertobatan. Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan, misalnya pada pertobatan Niniwe (lih. Yun 3:6). Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debu tanah (Lih. Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu. Olah karena itu, pada saat menerima abu di gereja, kita mendengar ucapan dari Romo, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil” atau, “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu” (you are dust, and to dust you shall return).”
Mengapa kita berpantang dan berpuasa?
1. Tanda pertobatan
2. Silih atas dosa
3. Turut ambil bagian dalam sengsara Yesus Kristus
4. Berdoa bagi perdamaian dunia
Kapan harus puasa dan pantang?
Puasa wajib dilakukan saat Rabu Abu dan Jumat Agung.
Sedangkan pantang juga dilakukan saat Rabu Abu, Jumat Agung.
Kemudian, setiap hari Jumat selama masa Prapaskah hingga Jumat Agung.
Siapa yang harus berpantang dan berpuasa?
Wajib puasa dilakukan oleh orang Katolik yang berusia 17 tahun sampai 60 tahun. Selanjutnya, wajib pantang dilakukan seorang Katolik yang sudah berusia 14 tahun ke atas.
Adapun cara pantang puasa Katolik sebagai berikut:
- Makan kenyang hanya 1 kali. Artinya dari tiga kali makan (makan pagi, makan siang, makan malam) pilih satu kali untuk makan kenyang. Ketika waktu makan lainnya, hendaklah mengurangi porsi makan.
- Bedakan makan kenyang dengan makan sekenyang-kenyangnya. Satu kali makan kenyang bukan berarti kamu bisa ngemil atau makan asal tidak kenyang.
- Aturan pantang dalam Katolik adalah menghindari konsumsi daging dan ikan.
- Umat Katolik juga dianjurkan melakukan pantang dari segala yang disenangi, misalnya pantang main handphone, pantang jajan, pantang ngopi dan lainnya.
Mari kita memasuki Masa Prapaska dengan hati yang selalu tertuju pada keabadian hidup bersama Tuhan. Amin.
—- Sebagian tulisan disunting dari https://www.katolisitas.org/—
Februari 14 & 1 Korintus 13
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
Coklat, bunga, nice dining out
Surprise presents, cute doll
Family gets together, lots of smile and laughter
Kartu ucapan yg ditulis kata-2 indah
Looks handsome, looks pretty
Romantic music playing somewhere in the air...
Dan pertokoan pun tampak lebih sibuk dan berwarna lebih pink dari biasanya.
Valentine’s Day is here...
and some say .. ‘wish you were here’
Begitu kira-2 yang sebagian terlintas di pikiranku setiap kali sudah menjelang St.Valentine’s Day tanggal 14 Februari. Mencoba mewakili bagaimana suasana hari Kasih Sayang, dengan berbagai macam kasih sayang yang orang rayakan.
Apakah Valentine’s Day dirayakan oleh semua orang?
Itu pasti, bahwa setiap orang tentu punya someone dear in the heart, dan menjadi pula someone dear untuk orang lain, tetapi tampaknya tidak semua orang merayakannya. Tidak semua orang mau atau bisa merayakannya, betapapun sederhananya itu.
Terlepas dari dirayakan atau tidak, mungkin hari Kasih Sayang ini bisa menjadi moment yang baik untuk masing-masing kita merefleksikan diri. Merefleksi apakah saya sudah cukup berusaha untuk menunjukkan kasih sayang itu kepada orang-orang terdekat dengan saya; apakah itu kekasih, pasangan hidup, orang tua atau anak-anak, saudara-saudara atau teman-teman. Pokoknya semua yang punya relasi dengan saya.
Ataukah sebaliknya saya lebih suka menerima dan menunggu orang lain terlebih dahulu untuk menunjukkan itu kepadaku?. Intinya, kalau mereka bersikap manis kepadaku, maka aku akan membalas dengan bersikap manis pula. Kalau mereka menunjukkan sikap sayang dan care kepadaku, maka aku akan berbuat yang sama pula. It’s that simple.
But wait…, wait a minute….
tadi saya bilang ‘Pokoknya semua yang punya relasi dengan saya’. Is it really fair ?
Karena sepertinya ada ayat yang berkata ‘Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian’.
. . . . . . . . hening…., as I am now thinking…
Kalau begitu, pertanyaannya, .. apakah in celebrating hari KS ini,...saya harus menunjukkan kasih sayang juga kepada orang yang tidak related dengan saya juga ?. Seperti....pegawai kantor pos, tukang parkir, kasir supermarket, pelayan toko, dan orang yang saya temui di jalan ?. How much more time and efforts do we have to spend sekiranya kepada semua orang kita harus baik-baikin ??.
No.
Yes, the answer is no.
Terhadap sesama yang tidak kita kenal,.. tentu saja kita tidak harus bersikap sebagaimana layaknya kita mengenal mereka. Nggak juga harus dikasih bunga atau coklat, tidak perlu dikasih kartu atau ditraktir makan, that’s not the point.
Tapi setidaknya ...
Ketika seseorang bersikap salah di matamu, atau berbuat suatu kesalahan...
Bisakah kita mencoba sabar dan tidak langsung marah ?
Saat seseorang menderita, sampai harus meminta-minta dan sangat butuh bantuan…
Bisakah kita menunjukkan sebuah kemurahan hati ?
Saat kita merasa dinomor duakan, atau merasa diperlakukan tidak adil. Atau bahkan saat orang lain lebih beruntung dan lebih segalanya…Bisakah kita tepiskan munculnya rasa cemburu ?
Ketika menjadi sukses atau berkecukupan secara materi maupun non materi,..
Bisakah kita tidak menjadi sombong atau memandang rendah orang lain ?.
Atau ketika ada kesempatan untuk meraih kenikmatan sepihak atau kesempatan menguntungkan diri sendiri dengan cara yang tidak baik,..
Sanggupkah kita menepis keinginan-keinginan seperti itu?.
Katakanlah kita benar dan orang lain yang salah, seminggu yang lalu, sebulan yang lalu, dua tahun yang lalu.
Bukankah sangat lebih baik bila kesalahan orang lain tidak kita simpan ?.
Mungkin itulah makna kasih sayang yang lebih mendalam dan tidak memilih-milih, seperti tawaran keselamatan dari Yesus Kristus yang juga universal dan tidak memilih-milih bagi siapa saja yang percaya.
Mungkin dengan begitu kita bisa memaknai hari Kasih Sayang dengan hati yang lebih tenang dan pikiran yang lebih terbuka, sehingga kasih sayang itu menjadi universal, ..tertuju kepada siapa saja yang kita temui dalam hidup sehari-hari.
Happy Valentine’s Day. Semoga hati kita senantiasa dipenuhi kasih sayang yang memancar bagi sesama. Amin.
Bekerja dan Bekerja
“Berkatku selalu cukup untuk semua orang yang percaya dan berserah kepadaku”
Teringat ketika masa menjelang remaja,..dalam beberapa kesempatan saya ingin mengajak teman-teman saya bermain, tetapi mereka tidak bisa. Umumnya karena mereka harus membantu pekerjaan orang tua mereka. Jadi saya terpaksa harus bermain sendiri, sambil berpikir,.. mengapa dalam hidup ini orang harus terpaksa bekerja.
Ketika masa SMP dan SMA,.. sebaliknya saya yang tidak pernah punya waktu bermain dengan teman-teman saya. Itu karena di luar jam sekolah, setiap hari saya harus membantu pekerjaan orang tua. Saya senang membantu pekerjaan orang tua saya, tetapi setelah beberapa kali terpaksa tidak bisa ikut acara bersama teman-teman, saya kembali menjadi sering bertanya dan protes dalam hati, mengapa waktu harus dihabiskan untuk bekerja. Tentu, saat itu saya sudah mulai mengerti bekerja itu untuk menghasilkan income, dan tanpa income maka tidak akan punya uang untuk membeli makanan dan berbagai keperluan hidup keluarga.
Tetapi tetap saja saya bertanya kepada Tuhan, mengapa orang harus bekerja. Atau lebih tepatnya, mengapa pekerjaan menjadi bagian yang begitu menyita waktu dalam kehidupan seseorang.
Saya melihat pagi-pagi orang sudah terburu-buru ke pasar, membuka toko mereka. Mereka juga makan siang di sana, di tempat yang sempit bahkan sambil melayani calon pembeli. Mereka baru kembali ke rumah ketika hari sudah sore menjelang malam. Saya tahu mereka tidak pernah mengeluh, tetapi... tidak adakah yang lebih penting dari income dan pekerjaan dalam hidup ini ?. Apakah tujuan hidup yang terutama dalam hidup ini adalah bekerja ?. Apakah benar, seperti itu yang Tuhan mau ?.
Sekarang setelah dewasa, saya juga menjadi mengerti ada begitu banyak orang yang tidak bahagia dengan pekerjaanya, tetapi tetap bertahan melakukannya karena memang tidak punya pilihan lain.
Yang lebih parah lagi, ada begitu banyak orang yang kehilangan pekerjaan di saat kebutuhan hidup begitu memaksa. Juga tak terhitung banyaknya anak muda yang tidak pernah berkesempatan memiliki sebuah pekerjaan tetap padahal mereka sangat ingin sekali mulai bekerja. Padahal mereka sudah harus bekerja.
Tuhan,.. bagaimana saya harus memandang pekerjaanku di hadapanMu?.
Lembut kudengar ..
Tuhan ingin manusia bersyukur atas pekerjaan yang dijalaninya, atas peran sosial ekonominya masing-masing di dalam keluarga dan masyarakat. Dengan menyadari bahwa semua pekerjaan dan usaha adalah berkat yang datang dari Tuhan, maka selayaknyalah kita membawa pekerjaan dan semua usaha kita itu sebagai bentuk doa dan persembahan kepada Tuhan. Maka ada syukur di dalamnya, ada kedamaian. Rasa syukur dan kedamaian dalam bekerja itu, membuat kita bekerja dengan sepenuh hati. Pekerjaan yang dijalani dengan sepenuh hati sungguh mendatangkan kebahagiaan.
Tetapi Tuhan, ......?! tanyaku lagi
Saya sudah rajin bekerja,.. tetapi income saya tidak pernah cukup, uang saya jauh dari cukup. Saya belum bisa hidup aman dan terbebas dari beban finansial. Engkau juga tahu, ada begitu banyak orang yang ingin saya bantu. Mereka yang ingin bekerja tetapi tidak punya pekerjaan, mereka yang tidak punya rumah untuk berteduh, mereka yang kelaparan dan sakit. Mereka yang mau bekerja apa saja sampai-sampai tidak tahu lagi apa tujuan hidup mereka selain untuk bekerja. Tuhan, mengapa orang harus bekerja baru bisa hidup ?.
Lembut kudengar..
“Berkatku selalu cukup untuk semua orang yang percaya dan berserah kepadaku”
Buanglah angan-angan bahwa kamu patut dan berhak atas hidup yang problem-free. Sebagian darimu masih selalu mengharap mujijat agar semua kesulitan hidup dapat teratasi. Ini adalah harapan yang salah !. Seperti yang kukatakan kepada murid-muridKu, dalam dunia kamu akan mengalami masalah dan kesulitan. Tautkan harapanmu bukan untuk memecahkan permasalahan hidup di dunia, tetapi terlebih kepada janji kehidupan kekal di Sorga. Daripada mencari kesempurnaan dalam dunia yang fana ini, curahkanlah segenap hati dan kekuatanmu dalam pencarian akan daku: Yang Sempurna.
Adalah mungkin bagimu untuk menikmati berkatKu dan memuliakan Aku di tengah keadaan-keadaan yang sulit. Sesungguhnyalah, lewat orang beriman yang percaya kepadaku, sinarku akan memancar terang di tengah-tengah kegelapan. Percaya yang seperti itu sungguh supernatural: buah-buah Roh Kudus yang bekerja dan bersemayam di hati. Saat semuanya tampak tidak beres dan salah, tetaplah percayalah kepadaku. Tidaklah Aku lebih tertarik kepada keadaan yang baik-baik saja, melainkan kepada sikap hati dan tanggapan benar atas apapun yang datang dalam hidupmu.
Newark, Jan 2021
Kado Natal
Tiap kali dalam masa menjelang Natal, ada sebuah kesadaran yang selalu muncul dalam batinku. Kado apa yang layak kubawa ke hadapan Yesus. Seperti juga malam ini, diam-diam kutanya “Yesus, hadiah apa yang layak kubawa untukmu ?”
Masa menjelang Natal selalu terasa istimewa, ada sebuah kesadaran yang selalu muncul dalam batinku. Kado apa yang bisa kubawa ke hadapan Yesus yang kelahiranNya selalu dirayakan setiap tahun oleh semua bangsa yang hidup di seluruh pelosok dunia ini. Kemudian tanyaku pula, apakah di Natal tahun ini Yesus menemukanku sebagai pribadi yang lebih baik dari tahun kemarin, sudah lebih religiuskah aku sekarang, lebih akrabkah hubunganku dengan Dia. Lagi, apa kira-kira yang Yesus ingin aku perbuat, apa yang harus kuperbaiki, apa saja kekurangan dan kesalahan yang harus kutinggalkan. Hatiku bertanya, bagaimana agar menyenangkan hati Yesus, yang adalah Tuhan. Hatiku bertanya “Yesus, apa yang layak kupersembahkan ?”. Aku tidak berpikir akan menerima kado apa di hari Natal, tetapi kado Natal seperti apa yang bisa kuberikan.
Seperti juga malam ini, diam-diam kutanya “Yesus, hadiah apa yang layak kubawa untukmu ?”.
Yesus, emas aku tak punya,
tabunganku pun engkau tahu tak seberapa.
Dan membantu orang lain, hampir aku tak pernah bisa karena waktuku habis untuk kerja.
Yesus, talentaku tak seberapa,
suaraku tak cukup bagus untuk menyanyi di gereja,
dan memainkan alat musik pun aku tak bisa.
Hening......,
hati ini tak lagi bersuara,
Yesus juga tak berkata-kata.
Oh …. sejurus kemudian aku ingat,...
Dulu sebelum Yesus lahir...
bukankah Allah Bapa ingin jalan jalan diluruskan bagiNya ?.
DiutusNya seorang Yohanes pembaptis yang berseru-seru dengan suaranya yang lantang. Diserukannya pertobatan tanpa henti tanpa bosan ke semua orang. Apa yang diserukan oleh seorang Yohanes Pembaptis, pasti hakikatnya adalah suara Allah Bapa. Seruan Yohanes Pembaptis pasti adalah seruan Roh Kudus. Dan apa yang diserukannya tidak lain dan tidak bukan, adalah pertobatan. Pertobatanlah yang diharapkan Tuhan.
And I can not be an exception, Tuhan mau aku bertobat.
Maka kupusatkan pikiranku kepada arti sebuah pertobatan.
Rasa-rasanya aku sudah sering bertobat lewat sakramen pengakuan dosa. Namun sepertinya, aku selalu mengulangi dosa-dosa yang itu itu saja. Lalu aku selalu menyesali dosa-dosa itu, mengaku dosa, dan berjanji tidak akan berbuat dosa lagi.
Tetapi kemudian aku akan jatuh lagi, dalam dosa dan kesalahan yang itu itu lagi.
Aku lalu menyadarinya, dan mengaku dosa lagi.
Selalu begitu, berulang-ulang seterusnya.
Mungkin di dunia ini bukan hanya aku saja yang mengalami seperti ini.
Tetapi,… “Why ?”. Tanyaku.
Mungkinkah aku struggling dengan imanku akan Kristus Yesus?. Apakah imanku lemah dan aku kurang percaya kepada Tuhan ?.
Bukan, bukan itu. Kita tahu bahwa iman kita akan Tuhan Yesus Kristus adalah iman yang sejati yang tidak akan goyah ‘sepanjang hayat masih di kandung badan’. Jadi, apa yang salah ?, di mana letak masalahnya ?.
Lama ku termenung,...
Dan ternyata.. kuncinya terletak pada hati kita yang tidak pernah betul-betul bertobat. Orang Londo bilang it is because we’ve never met the conditions of full repentance. Kita belum mengalami sebuah pertobatan hati yang mendalam, pertobatan yang sejati, the change of heart.
Apa itu a full repentance?
Repentance dalam bahasa Yunani (Greek) di perjanjian baru berarti ‘to change your mind’, to change the way you think. Kalau selama ini cara hidup saya tertuju untuk memenuhi kebutuhan hidupku dan memuaskan keinginanku sendiri, maka saya ubah. Saya akan hidup untuk memuliakan dan menyenangkan hati Yesus, Juru Selamatku. Ini adalah suatu keputusan, bukan soal emosi. It is a decision, not an emotion.
Jadi bisa saja seseorang memutuskan untuk bertobat tanpa melibatkan atau memperlihatkan perubahan emosinya (baik ke diri sendiri ataupun kepada orang lain). Tetapi pertobatan tidak mungkin terjadi tanpa ada perubahan kehendak (a change of your will).
Dan dalam bahasa Ibrani (Hebrew) di perjanjian lama berarti “to turn around”. Kalau selama ini saya menjauhi & membelakangi Allah, maka sekarang saya membalik arah, wajah dan hidupku 180 derajat kepada Allah yang maha pengasih. Bapa, inilah aku, katakanlah apa yang harus kuperbuat, apapun, dan aku akan melakukannya.
Gabungkanlah kedua arti pertobatan di atas, maka kita akan melihat gambaran yang sempurna akan sebuah pertobatan yang sejati. Iman hanya akan datang lewat pertobatan. Pertobatan membuahkan iman. Alkitab berkata “Bertobatlah dan percaya kepada Injil” kata Yesus dalam Mrk 1:12-15.
Kisah The Prodigal Son (Lukas 15) adalah contoh yang baik akan sebuah pertobatan yang sejati. Ada moment of truth ketika sang anak menyadari semua kesalahannya, menyesal, dan mengambil keputusan untuk kembali ke rumah Bapa. Pertobatan bukanlah perkara emosi, melainkan adalah perkara kehendak hati. Pertobatan bukan lahir dari sebuah emosi atau perasaan, tetapi lahir dari kehendak dan komitmen hati yang sungguh-sungguh mau berubah.
Kalau kita bisa menyentuh hati seseorang dan mengarahkan kehendak bebasnya untuk bertobat, maka pertobatan itu akan mengarah kepada sebuah pertobatan yang permanen, yang sejati. Itulah Full Repentance.
Banyak orang kristen yang ingin sungguh-sungguh berubah dan tidak ingin mengulangi dosa-dosa mereka, tetapi teramat sering niat dan perubahan hati itu tidak permanen, tidak bertahan lama. Misalkan setelah mendengarkan khotbah atau mengikuti acara rohani,.. banyak orang yang akan merasakan dorongan untuk bertobat, merasa iman dan harapannya diteguhkan, merasa diampuni dosanya, diringankan beban hidupnya, dan hubungannya dengan Tuhan diperbaiki. Mereka mendapatkan emotional experience dan merasa wonderful, excited untuk beberapa waktu, entah itu sehari, seminggu, bahkan bertahan sebulan atau lebih. Tetapi pada akhirnya, mereka pelan-pelan mulai kehilangan semuanya itu, mengapa ? karena sesungguhnya kehendak bebas mereka belum tersentuh. Ini persis seperti yang aku alami selama ini; seringkali jatuh dalam dosa-dosa yang sama. Jelas ini bukan a Full Repentance.
Maka seperti the Prodigal Son yang rindu rangkulan dan pengampunan ayahnya; aku juga rindu akan pengampunan dan penerimaan kembali seorang Bapa atas anakNya. Aku rindu untuk mengalami pertobatan hati yang bukan sekedar menentramkan perasaanku saja, tetapi juga mengubah jiwa dan ragaku secara utuh dan sepenuhnya didasarkan akan cinta yang tulus kepada Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Pertobatanku tidak boleh sebatas demi rasa damai & rasa nyaman yang sementara, namun haruslah pertobatan itu permanen dan sungguh pantas menjadi kado Natal terbaik yang bisa kupersembahkan untuk Yesus. Aku ingin lahir baru bagi Yesus, karena bukankah Yesus telah lebih dahulu rela lahir bagiku ?.
Selamat Natal 2020,
Mari dengan rendah hati kita masing-masing mempersembahkan kado Natal yang terbaik untuk Yesus. Semoga pertobatan kita berkenan bagiNya. Amin.
Bay Area, Desember 2020.
Miracle on a Train
But things happen whenever God pleases, either we ask it or not, not according to us, but according to His will.
Dalam perjalanan kereta api dari sebuah kota di Jawa Tengah menuju Jakarta, seorang kakek duduk tenang menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan. Dia tampak begitu menikmati apa yang terlihat lewat jendela kereta; alam pedesaan, silih berganti dengan alam perkotaan, rumah-rumah penduduk dan aktivitas mereka, pepohonan, sawah dan keindahan perbukitan dan gunung-gunung yang tampak di kejauhan. Begitu menyenangkan melihat semuanya itu, membawa rasa takjub dan pelan-pelan memunculkan rasa syukur di dalam hatinya.
Dari tempat dudukku yang berseberangan, berhadap-hadapan dan hanya berjarak dua baris jauhnya, saya bisa melihat kakek itu sepertinya hendak mulai berdoa. Dia memejamkan mata, dan secara perlahan tangannya yang kiri diletakkan di dada, dan tangan kanannya membuat tanda salib: Atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Oh dia seorang Katolik, pikirku.
Saya mengalihkan pandangan keluar jendela di sebelah saya,.. memandang alam persawahan yang mulai menguning, terbentang seluas mata memandang.
Tidak terlalu keras, tetapi saya bisa mendengarnya dengan jelas. Suara seorang wanita, katanya: “Bapak berdoa kan bisa diam-diam, tidak perlu bikin tanda salib begitu. Kan ini kereta, orang tidak perlu melihat itu, mengganggu sekali”.
Kakek itu diam, tetapi karena wajahnya sedang menghadap ke seseorang duduk di hadapannya, maka saya mengerti bahwa wanita yang duduk di depannya lah itu, yang tadi bersuara.
Wah bakal ribut ini,..pikirku. Seketika suasana terasa awkward sekali, ..akankah kakek itu balas membela diri? ataukah sang ibu akan berkata-kata protes lagi ?.
Hening,.... Kakek itu tampak menundukkan kepalanya, menutup mata..dia tampak melanjutkan doanya, dan tak lama kemudian dia selesai.
Aku menunggu apa yang akan terjadi, tetapi nothing.
Good,..nothing’s bad happening, pikirku lega. Case closed. Sesederhana itu.
I was wrong.
Tangan kakek itu tampak mengambil sesuatu dari balik jaketnya, saku dalam di bagian dada. Oh my,..what is that? a gun? a knife? his wallet ..?. apakah dia akan menyakiti si ibu ?.
Oh saya hampir tidak mempercayai apa yang saya lihat… begitu familiar, begitu kecil tapi it is really something. Kakek itu hendak berdoa rosario !. Salib rosario itu diciumnya,.. Dia hendak memulai berdoa dengan membuat tanda salib…. Dan di saat itulah terdengar suara sang ibu, kali ini lebih keras dari yang tadi saya dengar, dan nadanya tidak segan-segan lagi.
“Pak !,.. bapak silakan jangan berdoa di sini, semua orang bisa melihat apa yang bapak lakukan, ini tempat umum. Jangan mengganggu semua penumpang di sini, silakan bapak pergi ke tempat lain kalau mau berdoa. Sudah tua dan sudah bau tanah, masih bertingkah seperti orang suci. Bukan sombong ya pak, saya ini juga Katolik, tapi tidak perlu seperti itu”.
Sang kakek saya lihat menutup mulutnya rapat-rapat, tapi saya tau dia kelihatan menahan emosi, karena pandangannya tertuju kepada si ibu itu.
Katanya kemudian, “Maaf ibu,..saya tidak bermaksud mengganggu siapa pun. Saya berdoa di tempat duduk saya sendiri sesuai tiket, dan saya tidak bisa pindah ke tempat duduk orang lain di kereta ini. Justru karena saya sudah tua ini,..saya perlu berdoa lebih banyak lagi untuk lebih dekat dengan Tuhan”.
Si ibu tiba-tiba berdiri sambil satu tangannya diletakkan di pinggang..”Pokoknya saya tidak mau bapak berdoa di depan saya…! Silakan perg....”
Belum selesai ucapan si ibu,.. anak remaja laki-laki yang sedari awal duduk persis di bangku depan saya tiba-tiba berteriak “Ibu ! jangan larang bapak itu berdoa. Dia orang Kudus !”.
Belum pernah saya melihat pancaran mata seseorang berubah begitu drastisnya. Sang ibu terbelalak matanya, mulutnya menganga, seperti orang bingung dia memandang sang anak, kemudian ganti berpaling ke sang kakek, kemudian ke sang anak, kembali ke sang kakek…..dia seperti orang kebingungan tapi tidak mengucapkan apa pun. Matanya seperti melihat hantu.
Aku juga ikutan bingung. Lho… lho… ternyata sang anak tahu sang kakek berasal dari Kudus ? dan ini amat mengejutkan ibunya?.
Belum sempat aku berpikir mencerna apa yang sedang terjadi,..tiba-tiba sang ibu menangis keras,..jatuh bersimpuh di depan sang kakek sambil menyentuh lututnya. Para penumpang yang lain menoleh dan seolah ingin tahu apa yg telah terjadi, beberapa penumpang berdiri untuk melihat lebih jelas siapa yang menangis. Tangis sang ibu semakin menjadi-jadi,.. Dia sesenggukan, kulihat bahunya berguncang menahan emosi yang begitu meluap.
Sang kakek berusaha menenangkan si ibu,.. “Sudahlah bu, duduklah kembali. Tidak ada yang perlu disesalkan”
Masih terisak-isak dan sapu tangannya menutup mulutnya,.. Dia berkata pelan tapi aku jelas mendengarnya..”bukan,...bukan,......anak.. .. anakku ini .. dia bisu sejak lahir. Tapi hari ini bisa bicara”.
Suara roda besi kereta api saling bersahutan, beradu dengan rel kereta,..tiap gesekannya seperti musik yang indah dalam waktu yang seolah berhenti. Guncangan dan goyangan kereta tak mampu menggerakkan bola mataku, pandanganku terpaku. Hanya terasa begitu banyak angin di tenggorokanku dan terasa dingin,.. tak sadar, entah sudah berapa lama aku menganga.
- - - -
Miracle itu sungguh mengguncang jiwanya, sehingga sang ibu merespon dengan sebuah pertobatan hati, karena kuasa Tuhan terjadi pada anaknya yang sudah 14 tahun bisu, tidak pernah bicara sejak lahir. Kejadian ini membuatnya sungguh percaya kepada Tuhan, dan kekatolikannya berubah 180 derajat sehingga sekarang dia tidak lagi malu mengakui dan mempraktekkan imannya Kristennya di depan umum. “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 10:32-33). Bapa mengijinkan mujizat ini terjadi untuk membawa sang ibu kepada pertobatan.
Sekarang, tulisan ini bukan tentang si ibu atau anaknya, bukan pula tentang si kakek yang bahkan tidak pernah menginjakkan kakinya di kota Kudus. Melainkan, tentang apakah sebagai orang Katolik, anda dan saya sudah mempraktekkan kekatolikan kita, ataukah sebaliknya kita malu menjalankannya?.
Aku juga percaya kisah ini akan membawa perenungan dan pertobatan, maka aku menuliskannya dengan kesungguhan hati. Nothing is impossible for God. Sometimes we just have to ask, seek, and knock on the door. But things happen whenever God pleases, either we ask it or not, not according to us, but according to His will.
Ingatlah bahwa the greatest miracle from God the Father sudah terjadi 2,000 tahun lalu di Bethlehem. Santa Maria Perawan Tak Bernoda telah dipilih Allah untuk melahirkan Immanuel, Sang Juru Selamat bagi kita umatNya. Merry Christmas.
Bay Area, Dec 2020
(Tulisan ini terinspirasi dari ilustrasi yang disharingkan oleh Uskup Mgr Antonius Budianto Bunjamin, OSC dari keuskupan Bandung, dalam homili misa Natal 2020)
Kasih Tuhan Sepanjang Masa; Kejarlah Keutamaan Dalam Hidup.
Selamat Natal 2020 dan Berkat Tuhan dalam Tahun 2021
(Surat Natal dari om Hok Kan)
Ola Kawan2 dan Keluarga,
Semoga surat ini menjumpai kalian sekeluarga dalam keadaan sehat walafiat.
Tahun 2020 banyak mengandung kejadian yang tidak menyenangkan. Media dan TV memuat kabar bohong dan palsu, yang kadang2 memuakkan. Pernyataan2 dan tingkah laku pembesar sering tidak sepantasnya. Dan ini berlaku dalam pandemi virus dan krisis ekonomi. Ditambah lagi ketegangan dengan China dan Russia, serta banyak daerah rusuh didunia. Menjelang pemilihan umum di Amerika Serikat keadaan menjadi semakin kacau dan demokrasi agak terancam.
Syukurlah Tuhan Maha Pengasih. Segala kegaduhan ini pada akhirnya hanya menghasilkan kekecewaan. Hanyalah satu hal yang penting: hubungan kita dengan Tuhan. Yang lainnya adalah kesiasiaan. Semoga masa Natal membawa kembali ketenangan dan Tahun Baru 2021 menyertai harapan dan perdamaian di dunia.
Segala daya-upaya mengumpulkan harta dunia, pengetahuan dan nama ; malah juga usaha memupuk hubungan baik dan cinta kasih dengen kawan dan keluarga, hanya memberi kepuasan sementara. Semuanya adalah sia- sia belaka.
Dalam beberapa bulan terakhir saya cukup waktu untuk meneropong petualangan saya dan keluarga. Kami keluarga imigran keturunan Tionghoa-Indonesia-Amerika dari tanah Dayak, yang memberanikan diri mengejar impian hidup layak di benua Amerika. Berkat karunia Tuhan keluarga kami selamat sampai sekarang.
Semoga kalian, teman dan keluarga yang terkasih, serta semua yang kalian cintai, juga masih diberi kesempatan untuk menyumbangkan jasa bagi kemuliaan Nama Tuhan.
Selamat Natal 2020 dan Berkat Tuhan dalam Tahun 2021
Dengan salam hangat serta doa dalam Kristus,
A Half-Full Glass of Life
Jadi biarlah kapal ini tenggelam bila harus tenggelam, dengan segala kail dan jalanya
Biarlah guncangan badai menceburkan ku ke dinginnya danau
Selama Yesus ada di dalam perahuku, tentramlah jiwaku
Pandemi belum berakhir, kebakaran hutan mengikuti, polusi udara dan evakuasi.
Ekonomi jalan di tempat, resesi menghantui
Kontak sosial jadi minimum, kesepian menjadi-jadi
Bagaimana juga emosi ini, kekuatiran menjadi warnanya, dan ketakutan begitu nyata.
Hari esokku bagaimana, kesuksesanku jadi tanda tanya. Rasa amanku terusik dan kian sirna.
Aku bertanya, di manakah Engkau Tuhan.
Kuraih cangkir kopiku. Yang selalu setia menemani setiap pagi, tiada henti. Ya, setia.
Seperti Mentari yang tidak pernah terlambat
Sehari pun tiada pernah dia tak datang, sejak aku lahir.
Sinarnya menerangi agar jalanku tak jatuh.
Hangatnya begitu sempurna bagaimana jadinya bila tanpa hadirnya.
Adakah yang lebih setia dari cangkir kopiku?
Adakah?.
Ya ada.. ! Dia yang mencipta, Dia Sang Pencipta.
Oh bunga bakung merenunglah
Sepanjang hidup ternyata oh baik-baik saja
Separoh jalan hidup ini oh pernahkah engkau berkekurangan?.
Jadi mengapakah kau dan aku tambahkan lagi beban di pundak, semua kekuatiran yang dunia tawarkan.
Besok akan baik-baik saja seperti kemarin dan hari ini
Kesuksesan dan rasa aman tiada lagi penting selama aku berjalan bersamamu Yesus.
Aku pilih menjadi ‘happy’, aku pilih menjadi berani dan besar hati.
Hanya rahmat dan kasihMu padaku,
yang kumohon menjadi milikku.
Bukankah limitation semata menggiring kerinduan untuk menghargai sesamaku lebih lagi?
Membawa hadirku dan hadir mereka menjadi syukur akan karuniaNya
memberi bukti dan aplikasi turutkah kami akan jalanNya
berlomba dengan waktu, sebelum hari berganti malam.
Tiadalah perlu hidup berlebih, memimpi apa yang aku tak harus punya
Apa itu resesi? Hidup ini penuh berkat, seperti kemarin dan hari ini
Buktinya gelas hidup ini telah setengah penuh terisi
In fact terlalu cukup untuk berbagi
Terlalu banyak untuk janda miskin dengan dua sen persembahannya.
Adalah mimpi di atas mimpi oh semua yatim piatu dan korban perang yang makanpun tak selalu .
Padahal aku sesungguhnyalah tiada lebih berharga dari mereka
Apa yang membuatku ?.
Jadi biarlah kapal ini tenggelam bila harus tenggelam, dengan segala kail dan jalanya
Biarlah guncangan badai menceburkan ku ke dinginnya danau
Selama Yesus ada di dalam perahuku, tentramlah jiwaku
BerkatNya cukup untuk hari ini dan esok, hidup dan matiku untuk Kristus dan bersama Dia.
We can even walk on this stormy water, and for that you may ask Peter.
Ya dan amin, semua akan baik-baik saja ketika kita percaya.
CA, Fall 2020