A Half-Full Glass of Life
Pandemi belum berakhir, kebakaran hutan mengikuti, polusi udara dan evakuasi.
Ekonomi jalan di tempat, resesi menghantui
Kontak sosial jadi minimum, kesepian menjadi-jadi
Bagaimana juga emosi ini, kekuatiran menjadi warnanya, dan ketakutan begitu nyata.
Hari esokku bagaimana, kesuksesanku jadi tanda tanya. Rasa amanku terusik dan kian sirna.
Aku bertanya, di manakah Engkau Tuhan.
Kuraih cangkir kopiku. Yang selalu setia menemani setiap pagi, tiada henti. Ya, setia.
Seperti Mentari yang tidak pernah terlambat
Sehari pun tiada pernah dia tak datang, sejak aku lahir.
Sinarnya menerangi agar jalanku tak jatuh.
Hangatnya begitu sempurna bagaimana jadinya bila tanpa hadirnya.
Adakah yang lebih setia dari cangkir kopiku?
Adakah?.
Ya ada.. ! Dia yang mencipta, Dia Sang Pencipta.
Oh bunga bakung merenunglah
Sepanjang hidup ternyata oh baik-baik saja
Separoh jalan hidup ini oh pernahkah engkau berkekurangan?.
Jadi mengapakah kau dan aku tambahkan lagi beban di pundak, semua kekuatiran yang dunia tawarkan.
Besok akan baik-baik saja seperti kemarin dan hari ini
Kesuksesan dan rasa aman tiada lagi penting selama aku berjalan bersamamu Yesus.
Aku pilih menjadi ‘happy’, aku pilih menjadi berani dan besar hati.
Hanya rahmat dan kasihMu padaku,
yang kumohon menjadi milikku.
Bukankah limitation semata menggiring kerinduan untuk menghargai sesamaku lebih lagi?
Membawa hadirku dan hadir mereka menjadi syukur akan karuniaNya
memberi bukti dan aplikasi turutkah kami akan jalanNya
berlomba dengan waktu, sebelum hari berganti malam.
Tiadalah perlu hidup berlebih, memimpi apa yang aku tak harus punya
Apa itu resesi? Hidup ini penuh berkat, seperti kemarin dan hari ini
Buktinya gelas hidup ini telah setengah penuh terisi
In fact terlalu cukup untuk berbagi
Terlalu banyak untuk janda miskin dengan dua sen persembahannya.
Adalah mimpi di atas mimpi oh semua yatim piatu dan korban perang yang makanpun tak selalu .
Padahal aku sesungguhnyalah tiada lebih berharga dari mereka
Apa yang membuatku ?.
Jadi biarlah kapal ini tenggelam bila harus tenggelam, dengan segala kail dan jalanya
Biarlah guncangan badai menceburkan ku ke dinginnya danau
Selama Yesus ada di dalam perahuku, tentramlah jiwaku
BerkatNya cukup untuk hari ini dan esok, hidup dan matiku untuk Kristus dan bersama Dia.
We can even walk on this stormy water, and for that you may ask Peter.
Ya dan amin, semua akan baik-baik saja ketika kita percaya.
CA, Fall 2020