Artikel & Renungan Redaksi E-Bulletin Artikel & Renungan Redaksi E-Bulletin

Peringatan Diangkatnya Santa Perawan Maria ke Surga

Tanggal 15 Agustus ini, umat Katolik dan banyak umat Kristen lainnya merayakan pesta Diangkatnya Santa Perawan Maria ke Surga. Hari raya yang penting ini mengingatkan kepergian rohani dan fisik ibu Yesus Kristus dari bumi, ketika jiwa dan tubuhnya dibawa ke hadirat Allah.

“bulan di bawah kakinya, dan di atas kepalanya sebuah mahkota dari dua belas bintang.”

“bulan di bawah kakinya, dan di atas kepalanya sebuah mahkota dari dua belas bintang.”

Pada tanggal 1 November 1950, Paus Pius XII mendefinisikan secara formal Pengangkatan Maria ke Surga menjadi sebuah dogma iman: “Kami menyatakan, mendeklarasikan dan mendefinisikannya sebagai dogma yang diwahyukan secara ilahi bahwa Bunda Allah yang tak bernoda, Perawan Maria yang kekal, telah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, dan terangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” Paus memproklamirkan dogma ini setelah melalui konsultasi luas dengan para uskup, teolog, dan awam. Apa yang dinyatakan dengan sungguh-sungguh oleh paus sudah menjadi kepercayaan umum di Gereja Katolik, meski waktu itu ada beberapa suara yang tidak setuju.

Homili tentang Terangkatnya Maria ke Surga bisa kita telusuri kembali ke abad keenam. Pada abad-abad berikutnya, Gereja-Gereja Timur berpegang teguh pada doktrin tersebut, walaupun beberapa penulis di Barat ragu-ragu. Namun pada abad ke-13 ada kesepakatan universal. Pesta itu dirayakan dengan berbagai nama yang berbeda-beda: Peringatan, Tertidur Nya, Berpulang, Diangkat ke Surga - setidaknya dari abad kelima atau keenam. Sekarang dirayakan sebagai kekhidmatan.


Meskipun pengangkatan tubuh Maria tidak secara eksplisit dicatat dalam Kitab Suci, namun dalam Wahyu 12 ada tertulis tentang seorang wanita yang terjebak dalam pertempuran antara yang baik dan yang jahat. Tradisi Katolik mengidentifikasi Dia dengan "wanita berselubung matahari". Perikop itu menyebut penampakan wanita itu sebagai “suatu tanda besar” yang “muncul di surga,” menunjukkan bahwa dia adalah ibu dari Mesias Yahudi dan memiliki “bulan di bawah kakinya, dan di atas kepalanya sebuah mahkota dari dua belas bintang.” Dengan demikian, ikonografi Katolik tradisi Barat sering menggambarkan pengangkatan Perawan Maria ke surga dengan cara ini.


Selanjutnya, dalam 1 Korintus 15:20, Paulus berbicara tentang kebangkitan Kristus sebagai buah sulung dari mereka yang telah tertidur.

Karena Maria terkait erat dengan semua misteri kehidupan Yesus, tidak mengherankan bahwa Roh Kudus telah memimpin Gereja untuk percaya akan bagian Maria dalam pemuliaan-Nya. Begitu dekat dia dengan Yesus di bumi, dia pasti bersamanya dengan tubuh dan jiwanya di surga.

 Orang Kristen Timur juga secara tradisional menganggap pengangkatan Maria ke surga sebagai komponen penting dari iman mereka. Pius XII mengutip beberapa teks liturgi Bizantium awal, serta teolog Kristen Arab abad kedelapan St. John dari Damaskus, dalam definisi otoritatifnya sendiri tentang asumsinya.

“Itu adalah sebuah kepantasan,” tulis St. Yohanes dari Damaskus dalam sebuah khotbah dengan asumsi, “bahwa Dia, yang telah menjaga keperawanannya tetap utuh saat melahirkan, harus menjaga tubuhnya sendiri bebas dari semua kerusakan bahkan setelah kematian,” dan “bahwa dia, yang telah menggendong Sang Pencipta sebagai seorang anak di dadanya, harus berdiam di dalam tabernakel Ilahi.”

 

Dalam tradisi Kristen Timur, pesta yang sama dirayakan pada tanggal kalender yang sama, meskipun biasanya dikenal sebagai Tertidurnya Maria (tertidur). Perayaan Dormition Katolik Timur didahului dengan periode puasa dua minggu yang mirip dengan Prapaskah. Pius XII, dalam “Munificentissimus Deus,” menyebutkan periode puasa yang sama ini sebagai milik warisan tradisional Kristen Barat juga.


Hari Raya Diangkatnya Maria ke Surga selalu merupakan Hari Suci Kewajiban bagi umat Katolik Roma dan ritus Timur, di mana mereka diwajibkan untuk menghadiri Misa atau Liturgi Ilahi.

 

Sumber :
https://www.catholicnewsagency.com/saint/the-assumption-561

https://www.franciscanmedia.org/saint-of-the-day/assumption-of-the-blessed-virgin-mary



Read More
Apa dan Siapa Redaksi E-Bulletin Apa dan Siapa Redaksi E-Bulletin

Simon Soekarno: Pengabdian dan Pelayanan adalah Salib yang dipanggulnya.

 Oleh Agem Rahardjo

 

 

konjen.jpg

Siapa mengira Warga Katolik Indonesia California Utara, WKICU bakal ketambahan umat yang menjabat sebagai Consul General of the  Republic of Indonesia?

Dalam suatu kata sambutan misa Natal WKICU tahun 2019, di depan ratusan umat yang hadir di gereja St. Justin, Santa Clara saya mengatakan bahwa kita telah diberkati dengan kehadiran umat baru di tengah-tengah kita yang menjabat sebagai Konsul Jenderal. Di hadapan beliau, istri dan kedua anak lelakinya yang duduk di deretan depan saya mengatakan dengan jelas bahwa siapapun, orang Indonesia yang beragama Katolik dan tinggal di Bay area adalah umat WKICU.

Bapak Konjen, istri beserta kedua anak lelakinya tersenyum serba salah. Para tante melirik cengar-cengir kearah keluarga konsulat itu.

“Yang membuat peraturan ini bukan saya loh, Pak. Ini sudah ada dalam AD/ART WKICU,” kata saya dengan serius saat itu. “Bapak tidak bisa menolak... sayapun tidak punya pilihan,” sambung saya lagi disusul tawa membahana umat yang hadir.

***

Untuk terbitan ebulletin kita kali ini, dalam rangka Hari Kemerdekaan Indonesia ke 76 yang kita rayakan tanggal 17 Agustus nanti, kami mengundang Pak Simon Soekarno wawancara melalui zoom. Kami ingin mengaitkan antara jabatan beliau sebagai  seorang Konsul Jenderal Republik Indonesia, seseorang yang besar dalam didikan keluarga Katolik dan bagaimana tantangan tugasnya melayani dan menjalin ikatan kebangsaan orang-orang Indonesia di Amerika.

Sebelum menuliskan hasil bincang-bincang ini, ada satu kesan mendalam yang ingin saya sampaikan. Pertama kali bertemu dengan Pak Simon, beliau pernah menyodorkan kartu namanya kepada saya dan mengatakan bahwa jangan sungkan untuk menghubungi beliau jika ada keperluan. Waktu itu saya hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih atas tawaran itu. Tidak terpikir untuk menelpon langsung Bapak Konsul Jenderal Republik Indonesia jika ada keperluan pribadi atau keperluan WKICU lainnya. Saya merasa lebih nyaman menghubungi pegawai konsulat yang ada, begitu kira-kira pikiran saya. Sampai suatu ketika ada salah satu umat WKICU yang meninggal dunia dan pihak keluarganya berencana meminta jenazahnya dibawa pulang karena ingin dimakamkan di Indonesia, atau paling tidak berharap bisa membawa abu jenazahnya saja. Kelabakan juga mendapat kabar ini. Bagaimana mengurusnya? Hanya satu yang terpikir untuk menanyakan soal itu….saya segera meraih telpon genggam untuk mencari nomor telpon KJRI SF lewat mbah google, dan entah mengapa tiba-tiba saja teringat dengan tawaran Pak Simon agar segera menelponnya jika ada sesuatu yang penting dan perlu dibantu. Saya ambil kartu nama yang terselip di dompet, memasukkan nama dan nomor telpon beliau ke telpon genggam saya. Sambil menimbang-nimbang dengan perasaan sungkan akhirnya saya memutuskan menghubungi beliau langsung. Saat itu kebetulan hari kerja dan menjelang makan siang. Karena tidak ingin mengganggu, maka saya putuskan mengirim pesan saja. Pesannya pun singkat, hanya berisi maksud keperluan serta menanyakan kapan waktu terbaik untuk bisa bicara lewat telpon.

Tak lama kemudian telpon genggam saya berdering. Muncul sebuah tulisan di layar

——-Simon Soekarno Konjen SF, memanggil…——-

Hari itu, melalui telpon beliau membantu saya dengan penjelasan rinci, kemudian memberikan beberapa nomor telpon orang-orang yang dapat dihubungi untuk segala urusan keperluan itu. Yang mengejutkan, belum sempat saya menelpon orang-orang itu, mereka telah lebih dulu menelpon saya, menanyakan masalah dan menawarkan bantuannya. Rupanya setelah bicara di telpon dengan saya, Pak Simon langsung menghubungi dan menyarankan orang-orang tadi untuk segera menghubungi saya. Bagi beliau ini soal penting dan saya perlu segera dibantu.

Begitulah Pak Simon melayani masyarakat Indonesia yang butuh bantuannya. Cepat tanggap dan sangat peduli. Beliau akan memberikan seluruh kemampuan dan bala bantuan yang ada untuk berjalan bersama kita sampai segalanya selesai tuntas. Masih banyak lagi pengalaman saya sehubungan dengan bantuan yang diberikan oleh Pak Simon. Sayangnya, halaman ebulletin kita ini membatasi saya untuk menulis panjang lebar.

Simon Djatwoko Irwantoro Soekarno SH. MA, yang disingkat Simon Soekarno dan akrab disapa Pak Simon sudah menjabat Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk San Francisco sejak 1 Maret, 2019. Lulusan University of Kent (Canterburry, England) dan Universitas Atma Jaya, Jakarta yang  telah didaulat sebagai umat WKICU ini juga pernah menjabat sebagai Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk Los Angeles (September 2017 sampai Februari 2019).  Lahir dari keluarga diplomat beragama Katolik yang selalu berpindah dari satu negara ke negara lain, dan melihat bagaimana sang Ayah,  Among Soekarno, melayani masyarakat Indonesia yang berada di luar negeri dengan semangat dan bekerja sepenuh hati memuluskan hubungan diplomatik antar Indonesia dengan negara tempat beliau bertugas telah membekaskan kenangan yang membulatkan tekad Simon Soekarno kecil untuk mengikuti jejak sang Ayah, meskipun sang Ayah sendiri tidak menghendaki dirinya menjadi seorang diplomat oleh karena kakak laki-lakinya yang tertua dan yang ketiga sudah lebih dulu menjadi diplomat.

Sang Ibu, Sri Hartati Soekarno selalu setia mendampingi suami dan keluarga. Beliau adalah sosok Ibu yang sangat penting dalam memberikan teladan kepada anak-anaknya. Terutama tentang nilai-nilai hidup. Simon Soekarno, anak ke enam dari tujuh bersaudara ini menjadi lebih paham arti kata “melayani” dari sang Ibu.

Konjenfamily.jpg

Ebulletin: Sebagai seorang Katolik, Bagaimana Pak Simon melihat peran bapak sebagai abdi Negara?

“Kalau boleh dibilang, saya mendapat banyak pengaruh dari kedua orangtua saya terutama dari Ibu saya. Beliau selalu mengatakan, jika memberikan pelayanan dan membantu kepada seseorang tidak boleh melihat pamrih. Jangan karena mengharapkan sesuatu. Melayani dan membantu orang itu harus rela sepenuh hati. Tuhan Yesus datang ke dunia ini adalah sebagai pelayan, bukan untuk dilayani. Dan sesungguhnya tugas seorang diplomat dan perwakilannya seperti saya ini adalah pelayan masyarakat yang harus mau melayani,” jelasnya dengan mantab.

Ebulletin: Bagaimana keyakinan itu juga menumbuhkan rasa cinta terhadap Negara?

“Seperti apa yang Ibu saya pesankan kepada saya, jika melayani sesama harus dengan sepenuh hati, tanpa pamrih. Menurut saya, kita tidak akan mampu melayani dengan sepenuh hati tanpa mencintai. Sebagai abdi negara sudah seharusnya saya mencintai bangsa kita. Begitu juga seharusnya dengan orang Indonesia yang berada di sini. Cintailah bangsa kita dengan sepenuh hati, yang berarti mencintai tanpa pamrih juga tentunya” jelasnya dengan wajah berbinar.

Ebulletin: Apa pendapat Bapak mengenai orang Indonesia yang saat ini berada di Amerika, yang barangkali keberadaan mereka di sini karena mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan yang pernah terjadi di Indonesia?

  “Kita tidak bisa merubah atau melupakan apa yang terjadi, namun kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut dan melangkah kedepan untuk membuat perbaikan-perbaikan. Namun saya melihat juga bahwa banyak sekali yang datang ke Amerika ini untuk sekolah dan untuk bekerja, yang intinya untuk membantu keluarga mereka di Indonesia dan juga untuk mendapatkan kesempatan hidup lebih baik, bekerja lebih baik, dan lain-lain. Saya tidak pernah meragukan rasa cinta tanah air kepada teman-teman orang Indonesia di sini, sekalipun mereka sudah menjadi warga negara Amerika. Darah daging mereka masih kental sekali merah putihnya. Kenyataannya bahwa Indonesia memang adalah tempat lahir mereka, negara mereka dan sanak keluarga mereka masih ada di Indonesia,” jawab beliau yakin.

“Kejadian atau peristiwa yang tidak menyenangkan seperti katakanlah peristiwa tahun 1998, yang banyak dialami oleh teman-teman di sini, telah menimbulkan semacam perasaan yang susah mereka lupakan. Kita semua bertanya mengapa kok bisa begitu? Peristiwa dan kejadian itu membuat kita semua susah dan mengalami ketakutan. Pada saat kejadian itu saya berada di Indonesia, dan istri saya sedang melahirkan anak pertama saya di sebuah rumah sakit di Jakarta. Saya mendengar kabar bahwa ada serombongan orang datang ke arah rumah sakit dan mereka merusak segala sesuatu yang dilewati. Saya sangat khawatir sekali dan memutuskan untuk membawa pulang istri dan anak saya meskipun dokter menyarankan anak saya untuk tinggal karena keadaannya yang masih kuning (trombosit tinggi), perlu perawatan. Saya memaksa dan akhirnya harus menandatangani beberapa perjanjian dimana rumah sakit dan dokter menyatakan tidak akan bertanggung jawab jika terjadi apa-apa karena saya bersikeras membawa pulang anak saya. Waktu itu saya harus mengambil keputusan dan harus menanggung sendiri akibat jika terjadi apa-apa terhadap anak saya. Di situlah saya mengerti sekali bagaimana perasaan mereka, karena saya juga mengalaminya” kenang Pak Simon.

***

Konsul Jenderal yang selain menguasai bahasa Inggris juga fasih berbahasa Jerman dan Spanyol ini kemudian menjelaskan panjang lebar mengenai tugas dan wewenang diplomat serta perwakilannya di luar negri. Tugas utamanya itu adalah membina hubungan baik antar negara. Oleh karena pengembangan hubungan dagang yang perlu mendapat banyak perhatian maka dibutuhkan satu perwakilan Konsulat Jenderal di luar Kedutaan Besar yang ada di Ibu Kota. Alasan lain adalah karena banyaknya warga negara yang perlu dijaga, yang perlu diperhatikan dan layani. Beliau juga menekankan tentang salah satu pasal penting politik luar negri Indonesia yang isinya; Perlindungan terhadap warga negara, yang dalam undang-undang dinyatakan bahwa negara wajib melakukan perlindungan dan pelayanan kepada warga negara Indonesia yang berada di luar negri.

“Terlepas mereka itu sudah menjadi warga negara asing, sudah punya ijin tinggal (green card) atau bahkan yang berada di suatu negara tanpa surat-surat resmi. Kita wajib melindungi mereka semua tanpa terkecuali. Kita tidak melihat status keberadaan mereka di sini. Itu bukan urusan kita. Tugas kita hanya melindungi dan melayani. Banyak warga dan orang Indonesia yang kurang mengerti. Mereka takut berhubungan dengan KJRI karena status mereka, misalnya.”

  “Saya ingin semua warga di sini mengerti dan tidak ingin KJRI itu kelihatan angker. Orang-orang tidak mau datang atau enggan berhubungan dengan KJRI. Saya ingin meyakinkan kepada warga bahwa KJRI itu rumah masyarakat Indonesia di sini. Itu rumah mereka, pintu selalu terbuka. Saya juga menghimbau kepada rekan-rekan kerja di KJRI untuk selalu membantu memberikan pelayanan terbaik kepada mereka. Jika permintaan bantuan itu diluar kemampuan tugas kami, kita akan mencoba mencarikan jalan,” lanjut Pak Simon.

Ebulletin: Sehubungan dengan menanamkan rasa cinta dan akar kebangsaan kepada warga Indonesia di Amerika ini apa yang telah dilakukan KJRI?

“Kepada teman-teman yang mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dan membuat mereka takut atas kejadian-kejadian di Indonesia. Kita memang tidak bisa melupakan atau merubah apa yang pernah terjadi. Marilah kita bersama-sama melihat kedepan dan mendukung apa yang sudah dilakukan pemerintah, dalam hal ini adalah langkah-langkah perbaikan menata masa depan bangsa. Pemerintah kita berjuang keras untuk membuat keadaan menjadi lebih baik, dan kita perlu mendukung usaha baik itu. Pelayanan akan kami maksimalkan dengan merangkul dan mendukung sebanyak mungkin segala kegiatan, baik itu kelompok agama maupun kelompok masyarakat. Kami juga telah membangun Ikatan Diaspora Indonesia yang diharapkan mampu menyambung ikatan kebangsaan itu,” ujarnya.

***

Lahir di Jakarta pada tanggal 28 Oktober, 1966 dan sejak kecil sudah mengikuti orangtuanya bertugas di luar negri. Simon Soekarno memiliki kedekatan tersendiri dengan sang Ibu, Sri Hartati Soekarno. Beliau adalah orang yang selalu hadir merawat dan membimbing anak-anaknya di saat sang ayah bertugas. Nasihat dan petuah-petuah tentang hidup yang diajarkan beliau tertanam kuat di hati Simon Soekarno hingga saat ini. Suami dari Anastasia Eveline Anggraini ini juga begitu yakin bahwa sang Ibu sangat mendukung jalan hidupnya menjadi seorang diplomat.

“Penugasan awal sangat berat bagi saya, itu sekitar tahun 1997. Waktu itu bulan Desember. Saya ditugaskan ke Chile, Santiago. Sebelum saya berangkat, Ibu saya masuk rumah sakit dan dalam keadaan koma karena cancer. Bingung dan berat sekali rasanya meninggalkan beliau. Saya pasrah dan berdoa kepada Tuhan untuk memberikan yang terbaik….entah bagaimana Ibu saya kemudian sadar dan sehat kembali. Seperti tidak terjadi apa-apa, beliau kemudian memanggil saya dan mengatakan; Kamu berangkat. Jangan menunda….melihat Ibu sudah sehat, yah saya berangkat. Baru dua hari sampai di Chile saya mendapat telpon yang mengabarkan Ibu saya koma lagi dan saya disarankan untuk segera pulang. Belum ada seminggu saya di Chile dan waktu itu menjelang Natal,” kisah Pak Simon.

Ayah dari Jason Alexander Pratama Soekarno dan Diego Dwiputranto Soekarno kemudian menarik nafas sejenak sebelum melanjutkan kisahnya.

“Tuhan itu baik sekali …dari Santiago, Chile yang sangat jauh perjalanannya, kira-kira sekitar dua hari tempuh, dan saat itu juga menjelang Natal, saya dikasih jalan dengan gampang sekali mendapat tiket pesawat dan saya mendapatkan upgrade. Saya segera pulang ke Jakarta dan langsung menuju rumah sakit. Begitu sampai ruang perawatan Ibu saya yang sedang terbaring koma, saya pegang kaki Ibu dan bilang; saya sudah datang…,”suara pak Simon tiba-tiba bergetar. Kenangan terakhirnya bersama sang Ibu di ruang ICU rumah sakit itu tak urung membuat obrolan kami terhenti sejenak.

“Saya pegang kaki Ibu sambil mengatakan; Ibu, saya sudah datang... selesai saya mengatakan itu… denyut jantung pada alat perekam detak jantung Ibu langsung garis lurus… Rupanya, Ibu menunggu saya datang sebelum beliau pergi untuk selamanya,” lanjut Pak Simon sambil tak kuasa menahan air matanya.

“Itulah mengapa penugasan pertama saya menjadi sangat berat. Tetapi sekaligus juga saya merasakan sekali penyertaan Tuhan di dalam hidup saya,” katanya dengan suara masih bergetar haru.

 

***

Sebelum mengakhiri wawancara, Pak Konjen Simon menyampaikan bahwa mengingat KJRI tidak mungkin bisa menjangkau seluruh masyarakat atau diaspora Indonesia yang berada di delapan (8) negara bagian yang dilayani KJRI San Francisco diantaranya, Alaska, Northern California, Northen Nevada, Idaho, Montana, Oregon, Washington, dan Wyoming. Maka dengan sangat Pak Simon mengharapkan agar masyarakat Indonesia bisa mem-follow media sosial KJRI San Francisco ( Facebook, Instagram dan Twitter), karena melalui sarana media sosial tersebut, KJRI menyebarkan imbauan-imbauan dan penjelasan berita terkini, dimana saat ini keadaan di Amerika dan khususnya di Indonesia sedang menghadapi pandemi covid-19 serta juga meningkatnya Asian Hate Crime yang terjadi di Amerika Serikat.

** Photo: kumpulan photo pribadi Simon Soekarno.

 

Read More
Senyum itu Sehat Eliza Kertayasa Senyum itu Sehat Eliza Kertayasa

Pak JAYA dan Pak AGUS

manwflag.jpg

Pak Jaya adalah tetangga Pak Agus...

tapi mereka tak pernah rukun.

Pak Agus merasa, Pak Jaya adalah saingannya.

Jika Pak Jaya beli sepeda baru, Pak Agus tidak mau kalah.

Dia beli sepeda baru juga.

Menjelang lebaran kemarin, rumah Pak Jaya dicat merah. Besoknya, Pak Agus mengecat rumahnya dengan warna merah juga.

Dalam rangka merayakan HUT RI ke 76, Pak Jaya memasang spanduk di depan rumah bertulisan, "INDONESIA TETAP JAYA"

Hati Pak Agus langsung panas.

Dia memasang spanduk juga dengan tulisan, "INDONESIA TETAP AGUS"

MERDEKA...!!!

Read More
Video WKICU Admin Video WKICU Admin

In Remembrance of Dr. Hok Kan Lim

The legend has left all of us! Om Hok Kan’s passing has brought not only sadness, but also has touched our conscience for us to continue his legacy. The biggest question is “Can we spare a little bit of time to nurture and build his dream?” If WKICU is an organization of people who believe in Jesus, it should be clear that the duty to nurture and expand his legacy is all of our calling. Sacrificing a little time, creativity, and energy in the name of our Lord, Jesus Christ is a real act in carrying the cross. It is exactly like what Om Hok Kan wished for after his passing, along with what Lord Jesus wanted from his death.

Read More
Artikel & Renungan Redaksi E-Bulletin Artikel & Renungan Redaksi E-Bulletin

Maria Magdalena

Santa Maria Magdalena adalah salah satu santa terbesar dalam Alkitab dan menjadi contoh legendaris akan belas kasihan dan kasih karunia Allah.

Siapakah Santa Maria Magdalena? Ada banyak pernyataan yang kontroversial tentang sosok ‘Maria Magdalena’. Mari kita melihat bagaimana pandangan Gereja Katolik tentang ini, dan membandingkannya dengan pandangan lain dari luar Gereja Katolik.

MM.jpeg

Gereja Katolik

Hari Raya: 22 Juli

Pelindung: Santa untuk kehidupan kontemplatif, mualaf, penata rambut, pendosa yang bertobat, orang-orang yang diejek karena kesalehan mereka, apoteker, godaan seksual, wanita pada umumnya.

Santa Maria Magdalena adalah salah satu santa terbesar dalam Alkitab dan menjadi contoh legendaris akan belas kasihan dan kasih karunia Allah. Tanggal pasti kelahiran dan kematiannya tidak diketahui, tetapi kita tahu bahwa dia hadir bersama Kristus selama pelayanan publik, di saat kematian Kristus dan kebangkitan-Nya. Namanya disebut sedikitnya 12 kali dalam Injil.

Maria Magdalena telah lama dianggap sebagai pelacur atau tidak bermoral dalam kehidupannya, tetapi paham ini tidak didukung dalam kitab suci. Dia diyakini sebagai seorang seorang wanita Yahudi yang hidup di antara orang-orang bukan Yahudi, hidup layaknya seperti mereka.

Injil setuju bahwa Maria pada mulanya adalah seorang pendosa besar. Ketika Yesus bertemu dengannya, Yesus mengusir tujuh setan keluar darinya. Setelah peritiwa itu, Maria memberi tahu teman-teman wanitanya, dan wanita-wanita ini kemudian juga menjadi pengikut Yesus.

Ada perdebatan apakah Maria Magdalena yang itu adalah sosok yang sama dengan seorang wanita pendosa yang namanya tidak disebutkan, yang menangis dan membasuh kaki Yesus dengan rambutnya seperti yang ditulis dalam Injil Yohanes. Para ahli Alkitab skeptis bahwa ini adalah orang yang sama.

Namun terlepas dari perdebatan tentang latar belakangnya, perubahan apa yang terjadi dalam kehidupannya setelah bertemu Yesus, adalah jauh lebih penting. Dia adalah seorang berdosa yang diselamatkan oleh Yesus, dan ini menjadi bukti bahwa tidak seorangpun luput dari rahmat dan belas kasih Allah.

Selama kehidupan pelayanan Yesus, diyakini bahwa Maria Magdalena (Maria) mengikuti Yesus, dan menjadi bagian dari rombongan yang melayani Yesus dan murid-muridnya.

Maria kemungkinan besar menyaksikan penyaliban dari kejauhan bersama dengan para wanita lain yang mengikuti Kristus selama pelayanan-Nya. Maria hadir ketika Kristus bangkit dari kematian, mengunjungi makam-Nya untuk mengurapi tubuh-Nya namun ternyata menemukan batu makam yang sudah terguling dan melihat Yesus yang hidup. Dia adalah saksi pertama akan kebangkitan Yesus.

Setelah kematian Kristus, sebuah legenda menyatakan bahwa Maria Magdalena tetap berada di antara orang-orang Kristen awal. Setelah empat belas tahun, dia diduga diseberangkan dalam sebuah perahu oleh orang-orang Yahudi, bersama dengan beberapa orang suci lainnya dari Gereja mula-mula, dan terombang-ambing tanpa layar atau dayung. Perahu itu mendarat di Prancis selatan, di mana dia menghabiskan tahun-tahun sisa hidupnya hidup dalam kesendirian, di sebuah gua.


Menurut Injil

Maria Magdalena, kadang-kadang disebut Maria Magdala, atau hanya Magdalena atau Madeleine, adalah seorang wanita yang, menurut empat Injil, bepergian dengan Yesus sebagai salah satu pengikutnya dan menjadi saksi penyaliban-Nya dan sesudahnya. Dia disebutkan namanya dua belas kali dalam Injil, lebih dari kebanyakan rasul dan lebih dari wanita lain dalam Injil, selain keluarga Yesus sendiri. Julukan Maria Magdalena mungkin berarti bahwa dia berasal dari kota Magdala, sebuah kota nelayan di pantai barat Laut Galilea di Yudea Romawi.

Injil Lukas 8:2–3 mencantumkan Maria Magdalena sebagai salah satu wanita yang bepergian bersama Yesus dan membantu mendukung pelayanannya "di luar sumber daya mereka", menunjukkan bahwa dia mungkin relatif kaya. Bagian yang sama juga menyatakan bahwa tujuh setan telah diusir keluar darinya, sebuah pernyataan yang diulangi dalam Markus 16. Dalam keempat Injil kanonik, Maria Magdalena adalah saksi penyaliban Yesus dan, dalam Injil Sinoptik, dia juga hadir di pemakamannya. Keempat Injil mengidentifikasi dia, baik sendiri atau sebagai anggota dari kelompok wanita yang lebih besar yang mencakup ibu Yesus, sebagai yang pertama menyaksikan kubur yang kosong, dan yang pertama menyaksikan kebangkitan Yesus.

Karena alasan ini, Maria Magdalena dikenal dalam beberapa tradisi Kristiani sebagai "Rasul bagi para rasul".

Penafsiran Lainnya

Maria Magdalena menjadi tokoh sentral dalam tulisan-tulisan Kristen Gnostik termasuk Dialog Juru Selamat, Pistis Sophia, Injil Thomas, Injil Filipus, dan Injil Maria. Teks-teks ini menggambarkan Maria Magdalena sebagai rasul, sebagai murid Yesus yang paling dekat dan paling dikasihi dan satu-satunya yang benar-benar memahami ajarannya. Dalam teks-teks Gnostik, atau Injil Gnostik, kedekatan Maria Magdalena dengan Yesus mengakibatkan ketegangan dengan Petrus, karena kecemburuan Petrus terhadap ajaran-ajaran khusus yang diberikan kepadanya. Beberapa fiksi menggambarkannya sebagai istri Yesus.

Penggambaran Maria Magdalena sebagai pelacur dimulai setelah serangkaian khotbah Paskah yang disampaikan pada tahun 591 ketika Paus Gregorius I menggabungkan Maria Magdalena, yang diperkenalkan dalam Lukas 8:2, dengan Maria dari Betania (Lukas 10:39) dan "pendosa" yang tidak disebutkan namanya. “Perempuan" yang mengurapi kaki Yesus dalam Lukas 7:36-50. Hal ini mengakibatkan kepercayaan luas bahwa dia adalah seorang pelacur yang bertobat atau wanita bebas. Legenda abad pertengahan yang rumit dari Eropa Barat menceritakan kisah berlebihan tentang kekayaan dan kecantikan Maria Magdalena, serta dugaan perjalanannya ke Prancis selatan. Identifikasi Maria Magdalena dengan Maria dari Betania dan "wanita berdosa" yang tidak disebutkan namanya adalah kontroversi besar pada tahun-tahun menjelang Reformasi dan beberapa pemimpin Protestan menolaknya. Selama Kontra-Reformasi, Gereja Katolik menekankan Maria Magdalena sebagai simbol penebusan dosa.

Penetapan

Pada tahun 1969, identifikasi Maria Magdalena dengan Maria dari Betania dan "wanita berdosa" telah dihapus dari Kalender Umum Romawi oleh Paus Paulus VI, tetapi pandangannya sebagai mantan pelacur telah bertahan dalam budaya populer.

Maria Magdalena dianggap sebagai orang suci oleh gereja Katolik, Ortodoks Timur, Anglikan, dan Lutheran. Pada tahun 2016 Paus Fransiskus menaikkan tingkat kalendar liturgis pada tanggal 22 Juli dari hari ‘peringatan’ ke ‘pesta’, dan Maria Magdalena disebut sebagai "Rasul para rasul". Gereja-gereja Protestan lainnya menghormatinya sebagai pahlawan iman. Gereja-gereja Ortodoks Timur juga memperingatinya pada hari ‘Minggu Pembawa Mur’, peringatan yang setara dengan dengan salah satu tradisi dunia Barat sebagai hari ‘Tiga Maria’.


Terjemahan dan saduran bebas dari Catholic Online : https://www.catholic.org/saints/saint.php?saint_id=83

Read More
Apa dan Siapa WKICU Admin Apa dan Siapa WKICU Admin

Sang Legenda Telah Pergi

Selamat jalan kepada sang legenda…

sanglegenda.jpg

Ditulis oleh Agem

Penggagas dan pendiri komunitas kita tercinta telah pergi. Tak sempat meninggalkan pesan apapun. Seperti juga sinar mentari yang muncul di pagi pertama. Seperti hujan yang tercurah membasahi tanah penuh bunga dan pohon-pohon…..semua dapat seketika saja berlalu, pergi terganti gelapnya malam atau terbawa oleh angin tanpa kita sadari.


Dr. Hok Kan Lim, penggagas dan pendiri WKICU yang ramah, baik hati dan murah senyum telah pergi meninggalkan kita semua. Sosok yang akrab kita panggil Om Hok Kan ini adalah orang yang akan selalu menjadi buah bibir. Keberhasilannya menyatukan umat Katolik Indonesia di Bay Area telah menggoreskan sesuatu yang sangat menyentuh hati, sesuatu yang memiliki kesan mendalam. Waktu memang dapat berlalu begitu saja dengan cepat tetapi sesuatu yang memiliki kesan mendalam selalu menimbulkan kenangan tak terlupa sepanjang masa. Om Hok Kan telah meninggalkan harta waris paling berharga, sebuah legacy bersejarah….. Ini sekaligus adalah sebuah monument jati diri beliau yang akan selalu hidup dalam komunitas WKICU, dan juga di hati setiap umat yang bernaung di dalamnya.

hokkan_1corinthians2-9.jpg


Dr. Hok Kan Lim telah berpulang ke rumah Bapa di Surga pada hari Minggu tanggal 20 Juni 2021. Pukul 11:15 malam beliau menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang dan damai di rumah sakit. Tak ada kata duka cita yang mampu meng-ekspresikan perasaan kita semua….hanya doa dan permohonan kepada Allah maha pengampun agar jiwa beliau diterima dan ditempatkan dalam kerajaanNya.

Mengenal Om Hok Kan adalah berkat bagi kita semua. Tanpa beliau mungkin kita semua tidak dapat berkumpul menghadiri misa Indonesia yang dipimpin romo Indonesia, dan belum tentu juga bisa menikmati makanan Indonesia sambil bercengkerama setiap selesai misa. Sebagai pendiri dan pelopor terbentuknya Warga Katolik Indonesia, WKICU, kita juga mendengar tentang peran serta beliau dan istrinya, tante Grace yang dengan perjuangan keras membangun dan menumbuhkan organisasi ini (tante Grace sempat turun tangan sebagai ketua WKICU selama 2 periode, 1997-2001) . Juga karena keseriusan dan kecintaan terhadap WKICU, setelah kematian tante Grace istri tercintanya itu beliau memberikan sejumlah dana tunai ke dalam kas WKICU sebagai pendorong kegiatan. Dengan kata lain, Om Hok Kan ini benar-benar seorang pendiri yang sangat perduli dan memahami betul bahwa untuk menjaga komunitas dapat terus tumbuh besar selain melalui persaudaraan, kita juga perlu dukungan dana sebagai pemantik yang jitu untuk menyalakan api.

Dr. Hok Kan Lim adalah sosok panutan yang tidak bisa diabaikan dalam setiap langkah dan pengambilan keputusan oleh para pengurus WKICU. Sosoknya sederhana, ramah dan selalu perhatian terhadap perkembangan dan kegiatan komunitas. Bersemangat sekali jika diajak membicarakan masa depan WKICU. Pandangan dan pendapat beliau dalam mengarahkan penyelesaian selalu bijaksana….juga sangat generous jika menyangkut soal keuangan. Dan satu hal lagi yang kita semua tahu bahwa di masa tuanya pun beliau masih menyempatkan diri menjadi photographer dan pengumpul dokumentasi yang handal. Banyak dari kita yang selalu diberikan cuma-cuma cetakan photo lengkap dengan kartu ucapan dan buku kalender….photo-photo yang penuh kenangan!


Itulah Om Hok Kan yang kita kenal, yang juga adalah seorang dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Meraih Master of Science dan pernah mengajar sebagai asisten dosen di fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Lahir di Banjarmasin, 23 November, 1934 dan besar di Samarinda, Kalimantan.

family.jpg


Beliau pindah ke Amerika tahun 1966 dan melanjutkan sekolah kedokterannya di UC Berkeley dengan meraih gelar PhD (1967-1970). Kemudian lanjut mengambil gelar MD dari University Of California San Francisco (UCSF) untuk bidang Comparative Pathology. Pathology/Parasitology (1974-1976). Selama tiga belas tahun bekerja di tempatnya bersekolah, UCSF sebagai Associate Research Parasitologist (1966 - 1979), dan enam belas tahun bekerja di rumah sakit sebagai Chief, Pathology Service (1982 - 1998).
Dr. Hok Kan Lim adalah seorang tokoh besar tidak hanya bagi kita umat WKICU. Profesinya sebagai dokter dan aktifnya dalam setiap acara kumpul-kumpul orang Indonesia menjadikan dirinya juga tokoh panutan bagi masyarakat Indonesia di California, khususnya Bay area.

Sang legenda itu telah pergi meninggalkan kita semua….kepergian yang membawa duka sekaligus juga menyentak kesadaran kita, menantang diri kita untuk terus melanjutkan karya dan impian para pendiri WKICU. Pertanyaan besarnya adalah, maukah kita merelakan sedikit waktu dan tenaga kita untuk ikut menjaga dan membangun mimpi beliau? jika WKICU adalah kumpulan orang-orang beriman dalam Yesus, seharusnya menjadi jelas bahwa tugas menjaga dan menumbuhkan itu merupakan panggilan bagi kita semua. Rela mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus adalah sebuah tindakan nyata ikut memanggul salib….seperti apa yang Om Hok Kan harapkan setelah kepergiannya, begitu juga yang Tuhan Yesus inginkan dari kematianNya.

**Photo-photo: kumpulan photo pribadi Hok Kan Lim.


beautifuljourney.jpg
Read More
Tulisan Romo WKICU admin Tulisan Romo WKICU admin

Merenungkan makna Hari Raya Hati Yesus yang Maha Kudus dan Peringatan Hati Tersuci Santa Perawan Maria

Oleh Romo Stefanus Hendrianto, SJ.

Catatan dari Roma:

Mary & Jesus.jpg

Kurang lebih satu tahun yang lalu saya menulis renungan Satu Tahun Tahbisan Imamat saya untuk E-Bulletin WKICU. Dalam renungan itu saya menggunakan sudut cerita peringatan Hari Raya Hati Yesus yang Maha Kudus dan Peringatan Hati Tersuci Santa Perawan Maria untuk merenungkan peringatan tahbisan Imamat saya. Ketika peringatan Dua Tahun Tahbisan Imamat sudah mendekat, saya mendapat kabar bahwa team E-bulletin WKICU kembali meminta saya menulis tentang Hari Raya Hati Yesus yang Maha Kudus dan Peringatan Hati Tersuci Santa Perawan Maria. Terus terang saya terkejut bin kaget mendapat permintaan tersebut. Dalam hati saya berpikir apakah tulisan saya tahun kemarin kurang memadai atau mungkin tidak dibaca, sehingga orang lupa bahwa saya pernah menulis tentang kedua hari penting itu? Daripada berprasangka yang tidak-tidak, saya akhirnya memutuskan untuk kembali menulis tentang kedua hari penting itu dari sudut pandang yang berbeda. Semoga tulisan ini bisa berguna untuk umat WKICU atau siapapun yang membacanya.

Gereja Santa Brigitta

Salah satu kegiatan rutin yang biasa saya lakukan sejak pindah ke Roma empat bulan yang lalu adalah jalan-jalan sore. Pertama, karena fasilitas olah raga belum buka dan kedua sejak saya mengalami cedera kaki, berupa kerusakan tendon pada awal pandemi tahun 2020, saya belum mencoba kembali untuk jogging atau pun lari jarak jauh. Salah satu rute jalan-jalan sore yang saya tempuh adalah jalan kaki menuju Campo de Fiori, yang kalau diterjemahkan berarti “lapangan bunga.” Nama tersebut berasal dari jaman abad pertengahan ketika tempat tersebut merupakan padang rumput yang dipenuhi banyak bunga liar. Saat ini Campo de Fiori sendiri merupakan tempat berkumpul bagi para turis dan anak-anak muda dari penjuru kota Roma.

Saya sendiri pergi ke Campo de Fiori bukan karena ingin nongkrong atau menghabiskan waktu bersama orang banyak. Alasan utama saya berjalan ke sana adalah mengunjungi gereja yang di dekat Campo de Fiori, yaitu Gereja Santa Brigitta. Gereja itu sendiri merupakan bagian dari Biara Bridgettine Sisters. Singkat cerita, Brigettine Sisters atau Ordo Santa Brigitta didirikan oleh Santa Brigitta dari Swedia. Santa Brigitta yang lahir tahun 1303 adalah putri seorang bangsawan dari Swedia. Pada tahun 1316, Brigitta menikah dengan Ulf Gudmarson seorang bangsawan dari keluarga Ulvåsa, yang mana ia memiliki delapan anak, salah satu di antaranya nantinya dikenal sebagai Santa Katarina dari Swedia. Setelah suaminya meninggal pada tahun 1344, Brigitta mengabdikan diri seluruhnya kepada kehidupan spiritual dan menolong orang miskin dan sakit. Pada saat yang sama, Briggita mendapat ide untuk mendirikan Ordo Sang Penyelamat Paling Suci (Order of the Most Holy Savior) yang dikemudian hari dikenal sebagai Ordo Santa Brigitta.

Pada tahun 1350, benua Eropa sedang dilanda pandemi wabah hitam atau Black Death, Brigitta bersama putrinya Catherine dan sejumlah pengikut mereka berangkat ke Roma dengan tujuan mendapatkan pengakuan dari Paus terhadap Ordo yang baru mereka dirikan. Akan tetapi pada saat itu institusi Kepausan sendiri sedang terpecah belah dan Paus sendiri berada di Avignon, di Perancis. Jadilah Brigitta harus menunggu kepulangan Paus ke Roma dan dia pun berusaha meminta Paus kembali ke Roma, bukan semata-mata demi Ordo yang dia dirikan, tapi demi persatuan dalam Gereja Katolik. Setelah menunggu selama bertahun-tahun, baru pada tahun 1370, ketika Paus Urban V kembali ke Roma secara singkat, beliau mengesahkan Peraturan dari Ordo. Brigitta sendiri kemudian menetap di Roma sampai dia meninggal di tahun 1373.

Kompleks biara Ordo Santa Brigitta adalah tempat di mana Santa Brigitta pernah tinggal selama berada di Roma. Gedung Biara itu sendiri dulunya merupakan gedung milik Francesca Papazurri yang merupakan teman dekat Santa Brigitta. Kamar tempat tinggal Santa Brigitta masih ada dan bisa dikunjungi sampai hari ini.

Selama masa penantiannya yang panjang di Roma, Brigitta mengaku dosa setiap hari dan berusaha menolong banyak orang sakit dan miskin. Dia selalu dikenal dengan senyum dan wajahnya yang selalu berseri. Meski demikian tahun-tahun yang dihabiskan oleh Brigitta di Roma tidak jauh dari penderitaan. Masalah utama yang harus dia hadapi adalah kehidupan perekonomian yang morat-marit dan dia harus dikeliling hutang. Pada saat yang sama Brigitta sendiri banyak mendapat kecaman dan tantangan dari usaha dia untuk meminta Paus kembali ke Roma.

Santa Brigita adalah salah seorang yang memperkenalkan devosi terhadap Hati Tersuci Perawan Maria. Devosi itu sendiri sudah mulai pada abad pertengahan, tapi Santa Brigitta adalah salah seorang yang mempraktekkan dan mempopulerkan devosi tersebut. Sebagai seorang ibu, Brigitta mempunya devosi yang kuat kepada Bunda Maria. Bunda Maria telah menjadi sumber pegangan spiritual bagi Brigitta sejak kecil khususnya setelah kematian ibu kandungnya pada saat dia berumur 11 tahun. Brigitta sendiri mendirikan Ordo-nya sebagai penghargaan kepada Bunda Maria dan orang-orang yang mengikuti teladan Bunda Maria. Dedikasi Brigitta kepada Bunda Maria membawa devosi terhadap Hati Tersuci Bunda Maria yang telah berkembang pada abad pertengahan menjadi lebih popular lagi.

Ketika melakukan ziarah ke Jerusalem pada tahun 1372, Brigitta yang ketika itu sudah berumur 70 tahun mendapat pengalaman mistik melihat Bunda Maria yang melahirkan Yesus, sebagai Putra Allah. Devosi Brigitta kepada Bunda Maria selalu diiringi rasa ingin tahu bagaimana pengalaman Maria ketika melahirkan. Penglihatan Ilahi di Jerusalem tersebut menjadi puncak dari pengalaman iman Brigitta dimana misteri inkarnasi dan status Maria sebagai Bunda Allah ditunjukkan ke dia. Pengalaman mistik itu kemudian dia tulis dalam bukunya yang berjudul Revelations.

Terlepas dari pengalaman mistik tersebut, banyak orang mempertanyakan sumbangan Santa Brigitta terhadap devosi Hati Tersuci Perawan Maria. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa Santa Brigitta tidak ada hubungannya dengan devosi Hati Tersuci Perawan Maria. Pertama, pengalaman mistik beliau hanya sebatas melihat Bunda Maria yang melahirkan Yesus dan tidak ada disebut-sebut soal Hati Tersuci Perawan Maria. Kedua, ada banyak tokoh lain yang berjasa dalam mengembangkan devosi Hati Tersuci Perawan Maria.

Santa Brigitta memang bukan orang yang paling berjasa besar atau tokoh utama dalam mempopulerkan devosi Hati Tersuci Bunda Maria. Akan tetapi menurut saya pengalaman iman dan hidup beliau justru menunjukkan makna akan hakiki dari Hati Tersuci Perawan Maria. Makna dari devosi Hati Tersuci Perawan Maria adalah menyatukan diri kita terhadap Bunda Maria dengan mengikuti teladan kehidupan Bunda Maria, termasuk suka dan duka, kebijakan dan kesempurnaan hidup, terlebih lagi kasih dan cintanya kepada Allah Bapa dan Allah Putra dan semua umat manusia.

Selama 20 tahun lebih Santa Brigitta hidup di Roma, dia telah menunjukkan devosi terhadap Hari Tersuci Perawan Maria. Brigitta bertahan di tengah kesulitan dan ketidakpastian hidup di Roma seperti Bunda Maria yang mengikuti putranya ke Golgota dan berdiri di bawah kayu Salib. Di tengah kesulitan hidup, Brigitta tetap menunjukkan kasih nya kepada orang-orang yang miskin dan menderita di Roma. Pada saat yang sama dia tetap menunjukkan kasih yang besar kepada Allah Bapa dan putranya Yesus Kristus.

Pengalaman Santa Brigitta menguatkan saya untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan hidup di Roma. Sama seperti Santa Brigitta, saya tiba di Roma ketika pandemic Covid 19 sedang melanda dunia. Saya juga tiba di Roma ketika situasi Gereja sedang menghadapi banyak masalah, mulai dari skandal pelecehan seksual sampai dengan usaha-usaha untuk mengubah ajaran moral gereja, dan juga pertentangan tentang liturgi di gereja. Akan tetapi, Santa Brigitta mengajak kepada saya bahwa devosi Hati Tersuci Perawan Maria akan menguatkan saya dalam masa-masa sulit dan Bunda Maria akan selalu bersama dalam perjalanan saya.

Jalan-Jalan Sore Berlanjut

Setelah selesai mengunjungi Gereja Santa Brigitta, biasanya saya melanjutkan jalan-jalan sore. Rute yang saya tempuh adalah jalan menuju Castel Sant’Angelo. Setelah menyeberangi Sungai Tiber melalui jembatan Ponte San’Angelo yang penuh dengan patung – patung para malaikat, saya dihadapkan pada dua pilihan, belok ke kiri saya bisa pergi Basilika Santo Petrus atau belok ke kanan menuju sebuah Gereja yang dikenal dengan nama Chiesa Sacro Cuore del Suffragio atau the Church of Sacred Heart of the Suffrage.

Kata suffrage kalau diterjemahkan secara harfiah berarti a vote (hak pilih). Kata “hak pilih” disini berarti adalah permintaan kepada Tuhan; jikalau dalam Pemilihan Umum kita menggunakan hak pilih untuk mendukung seorang calon, dalam konteks kehidupan beriman, kita saling membantu dan mendukung satu sama lain, khususnya bagi para jiwa-jiwa di purgatory. Jadi kita menggunakan “hak pilih” kita dengan mendoakan para jiwa-jiwa di purgatory.

Jikalau kita masuk ke dalam gereja, altar kedua di sebelah kanan di dekasikan Santa Margaret Mary Alacoque. Di atas altar tersebut ada lukisan yang menggambarkan Penampakan Hati Kudus Yesus kepada Santa Margaret Mary Alacoque. Sementara di sebelah kiri, ada lukisan Santa Margaret Mary Alacoque di kelilingi oleh jiwa-jiwa di purgatory. Dan terakhir ada lukisan Santa Margaret Maria Alacoque yang menunjukkan kepada para novice-novice suster cara untuk memuja Hati Kudus Yesus.

Santa Margaret Maria Alacoque adalah seorang Biarawati Katolik asal Perancis anggota Ordo Kunjungan Santa Maria dan dia adalah tokoh utama yang mempromosikan devosi terhadap Hati Kudus Yesus dalam konteks modern. Pada tanggal 27 Desember 1673, Santa Margaret Mary menerima wahyu dari Hati Kudus Yesus. Pada hari tersebut Margaret Mary mengatakan bahwa Jesus memberi kesempatan kepada dia untuk merebahkan kepalanya di Hati Kudus Yesus dan Yesus mengatakan ke dia bahwa tentang keinginan Yesus untuk membuat semua umat manusia tahu tentang cinta Yesus kepada manusia dan Yesus telah memilih Margaret Mary untuk melakukan misi tersebut. Perwahyuan tersebut berlangsung beberapa kali selama 18 bulan. Dalam wahyu yang diberikan secara pribadi itu, Santa Margaret Mary menerima arahan untuk menerima komuni pada setiap hari Jumat pertama setiap bulan, adorasi Sakramen Maha Kudus pada “jam suci”pada hari Kamis dan terakhir adalah Peringatan Hati Kudus Yesus. Margaret Mary kemudian menjadi Direktur Novis dan dia mulai mempopulerkan perayaan Hati Kudus Yesus secara pribadi kepada suster-suster Novis, mulai tahun 1686. Margaret Mary meninggal pada tanggal 17 Oktober 1690.

Setelah Margaret Mary meninggal, devosi terhadap Hati Kudus Yesus mulai dikembangkan oleh para Romo Romo Yesuit dan hal ini sudah saya tuliskan dalam tulisan refleksi satu tahun imamat saya tahun kemarin. Akan tetapi devosi ini sendiri baru secara resmi diakui oleh Gereja pada tahun 1856 ketika Paus Pius IX memasukkan Perayaan Hati Kudus Yesus di dalam calendar Gereja Katolik.

Devosi terhadap Hati Kudus Yesus selalu disandingkan dengan Devosi terhadap Hati Tersuci Perawan Maria. Meski demikian ada perbedaan mendasar dari kedua devosi itu. Devosi terhadap Hati Kudus Yesus ditujukan kepada Hati Yesus yang ingin mencintai semua umat manusia dengan segenap hatiNya. Sementara devosi kepada Hati Tersuci Perawan Maria, ditujukan kepada Hati Bunda Maria yang mencintai Allah Bapa dan Allah Putra. Perbedaan lain yang mendasar adalah devosi kepada Hati Kudus Yesus adalah respon kita terhadap cinta Yesus kepada manusia. Sementara devosi terhadap Hati Tersuci Perawan Maria adalah kita ingin mengikuti teladan Bunda Maria. Tujuan devosi ini adalah menyatukan umat manusia kepada Tuhan melalui Hati Tersuci Bunda Maria. Jadi cinta kita kepada Allah Bapa dan Yesus bisa kita lakukan melalui penyatuan kita kepada Bunda Maria dengan meneladani kebijakan dan kehidupan Bunda Maria.

Setelah mengunjungi Gereja Hati Kudus Yesus, biasanya saya memutuskan berjalan pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang, saya sering merenungkan hari-hari ke depan yang akan saya lalui di Roma. Saya tidak tahu akan sampai kapan berada di sini menjalankan tugas saya. Tapi yang pasti adalah saya tahu bahwa Hati Kudus Yesus dan Hati Tersuci Perawan Maria akan menguatkan perjalanan saya.

Read More
Artikel & Renungan Redaksi E-Bulletin Artikel & Renungan Redaksi E-Bulletin

Hari Raya Kelahiran Yohanes Pembaptis

Dia melonjak di dalam kandungan ketika Bunda Maria mengunjungi ibunya.
Dia membaptis banyak orang, dan dia jugalah yang membaptis Yesus
Kata Yesus tentang sepupunya: “Di antara mereka yang lahir dari perempuan, tidak ada yang lebih besar dari Yohanes”

"Akulah suara yang berseru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! Aku membaptis kamu dengan air. Tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal. Dia yang datang kemudian daripadaku. Membuka tali kasutNya pun aku tak pantas".

"Akulah suara yang berseru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! Aku membaptis kamu dengan air. Tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal. Dia yang datang kemudian daripadaku. Membuka tali kasutNya pun aku tak pantas".


Setiap tahun pada tanggal 24 Juni gereja Katolik merayakan Hari Kelahiran Yohanes Pembaptis. Sungguh menakjubkan bahwa selama berabad-abad, gereja Katolik selalu merayakan hari ulang tahun Santo Yohanes Pembaptis. Apa sebetulnya yang begitu penting tentang Yohanes Pembaptis sehingga gereja Katolik menghormati peristiwa kelahirannya? Kita menghormati kelahiran Yesus pada hari Natal dan kita menghormati kelahiran Maria pada Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria, tetapi mengapa Yohanes Pembaptis?
Kita ingat, Yesus pernah berkata: "Aku berkata kepadamu, di antara mereka yang lahir dari perempuan tidak ada yang lebih besar dari Yohanes" (Luk 7:28). Yesus menghormati Yohanes di atas semua orang lain dan oleh karena itu sudah sepatutnya kita menghormati dia juga.

Dalam kisah Injil Lukas, Maria, yang mengandung Yesus, pergi mengunjungi saudaranya Elisabet, yang sedang mengandung Yohanes selama enam bulan. Saat Maria menyapa, Elisabet "dipenuhi dengan Roh Kudus" (Luk 1:41) dan putranya yang belum lahir "melompat kegirangan" di dalam rahimnya. Baik Elizabeth dan anaknya sedang menanggapi kenyataan yang luar biasa dari kehadiran Tuhan dalam daging.

Peristiwa ini merupakan penggenapan nubuat yang sebelumnya diucapkan oleh malaikat Gabriel kepada Zakharia (ayah Yohanes) bahwa anak itu akan "dipenuhi dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya" (Luk 1:15). Oleh karena itu, dianutlah kepercayaan yang sudah umum sejak zaman dahulu, bahwa sejak saat itu Yohanes telah disucikan - yaitu, dia dibersihkan dari dosa asal, seolah-olah dia "dibaptis" di dalam rahim ibunya.

Perlu kita perhatikan bahwa ini berarti Yohanes dibebaskan dari dosa asal di dalam rahim, dan kemudian dilahirkan tanpa dosa, tetapi bukan berarti ia dikandung tanpa dosa. Dikandung Tanpa Noda adalah hak teristimewa bagi Bunda Maria di antara orang-orang kudus; dia dilindungi dari dosa asal sejak saat pertama keberadaannya.

Perbedaan besar lainnya antara Bunda Maria dan Yohanes Pembaptis adalah bahwa Maria dilindungi dari semua dosa di sepanjang hidupnya, sedangkan Yohanes tidak.

Maka, pada tanggal kelahirannya, kita menghormati Yohanes Pembaptis, yang dipenuhi dengan Roh Kudus ketika di dalam rahim ibunya, dipilih oleh Allah untuk mewartakan Putra-Nya, menjalani kehidupan teladan kekudusan dan menjadi martir karena imannya.

Mengapa Ditetapkan Tanggal 24 Juni?
Tanggal 24 Juni dipilih sebagai tanggal hari raya karena Kitab Suci memberitahu kita bahwa Yohanes dikandung enam bulan sebelum Yesus (lihat Luk 1:36). Agaknya, kemudian, Yohanes lahir sekitar enam bulan sebelum Kristus, dan kelahiran Kristus dirayakan pada Malam Natal, 24 Desember.

Sebuah Model Kekudusan
Yohanes adalah pewarta Kristus, "suara seseorang yang berseru di padang gurun, 'Persiapkan jalan Tuhan'" (Mat 3:3). Tapi tidak hanya sesederhana itu.

Yohanes memberikan model kekudusan heroik. Dia secara terbuka mengutuk kemunafikan dan amoralitas, menyerukan pesan pertobatan kepada semua orang, dan membaptis mereka. Dia menantang keserakahan dan materialisme pada zamannya, mengikuti jalan kemiskinan dan kesederhanaan, dan tidak mementingkan diri sendiri. Hal inilah yang mengilhami tidak saja orang-orang pada jamannya, tetapi juga pelopor monastisisme Kristen kemudian.

Ke mana pun Yohanes pergi, dia dikelilingi oleh banyak orang dan pengikut, sehingga ada beberapa orang yang mengira dia adalah Mesias. Namun dia tidak memanfaatkan orang-orang ini. Sebaliknya, dia memberi tahu mereka dengan jelas bahwa dia tidak seperti yang mereka kira, dan bahwa mereka harus mengalami pertobatan hati sebagai persiapan untuk Mesias (lihat Yoh 1:19-27).

John3-30.jpeg

Ketika Yesus memulai pelayanan-Nya, Yohanes mengutus murid-muridnya kepada Yesus dan kemudian dia sendiri menghilang ke latar belakang, dengan rendah hati menerima perannya yang semakin berkurang dengan kata-kata: “Ia [Kristus] harus bertambah; Aku harus mengecil” (Yoh 3:30). Dia melupakan dirinya sendiri dan hidup untuk Yesus.

Yohanes Pembaptis dipuji sebagai contoh yang layak tentang arti menjadi seorang pribadi pengikut Kristus. Pesan Yohanes kepada semua orang adalah bahwa kerajaan Sorga sudah dekat, jadi kita harus bersiap. Pada hari raya kelahirannya, Gereja memperbarui pesan pertobatan yang sangat penting ini.


Sources:

https://simplycatholic.com/st-john-the-baptists-birthday/
https://fatimachurchabq.org/news/the-nativity-of-saint-john-the-baptist-2018



Read More
Artikel & Renungan Redaksi E-Bulletin Artikel & Renungan Redaksi E-Bulletin

The Feast of Our Lady of Fatima

Tiba-tiba mereka melihat kilat. Karena takut, anak-anak itu pun mulai berlari mencari perlindungan. Tepat di atas pohon ek, mereka melihat lagi perempuan yang sedang berkilauan cahaya. Perempuan yang adalah Bunda Maria itu mengatakan kepada mereka agar tidak takut. Kata perempuan itu, “Aku datang dari Surga''.

Our Lady of Fátima (secara resmi dikenal sebagai Our Lady of the Holy Rosary of Fátima), adalah a Gelar Katolik Bunda Maria, berdasarkan penampakan Maria pada tahun 1917 kepada tiga anak gembala di Cova da Iria, di Fátima, Portugal. Ketiga anak itu adalah Lúcia dos Santos dan sepupunya Francisco dan Jacinta Marto.

penampakan-di-fatima-5cda93e16db8434d59329691.jpg

Menggembalakan kawanan ternak sambil bermain telah menjadi kebiasaan ketiga anak itu. Mereka membawa ternak ke rumput yang hijau dan memberi minum ternak dari sumur di rumah Lucia. Di situlah, ketika mereka hendak memberi ternak minum, seorang malaikat menampakkan dirinya sebagai Malaikat Pelindung Portugal. Itu terjadi pada tanggal 13 Mei 1917, sekitar tengah hari. Setelah itu, Lucia, Fransisco dan Jacinta melihat penampakan seorang wanita cantik sedang bercahaya, memegang rosario di tangannya.

Lucia, Fransisco dan Jacinta.

Lucia, Fransisco dan Jacinta.

Tiba-tiba mereka melihat kilat. Karena takut, anak-anak itu pun mulai berlari mencari perlindungan. Tepat di atas pohon ek, mereka melihat lagi perempuan yang sedang berkilauan cahaya. Perempuan yang adalah Bunda Maria itu mengatakan kepada mereka agar tidak takut. Kata perempuan itu, “Aku datang dari Surga''.

Di kemudian hari, Lucia mendeskripsikan penampakan pertama di tanggal 13 Mei 1917 itu demikian: “Seorang wanita berpakaian serba putih, lebih cemerlang dari matahari. Dia memancarkan cahaya dalam kemilaunya yang sangat jernih. Cahaya itu lebih kuat dari piala kristal yang diisi dengan air kristal dan disambar oleh sinar matahari. Cahaya yang kami lihat di hari itu adalah matahari yang paling cemerlang.”

Lúcia sendiri tidak pernah bisa menggambarkan seperti apa keadaan pada waktu itu, karena amatlah mustahil baginya untuk menatap dengan mata terpaku pada wajah surgawi yang sedang mempesona itu. Yang Lucia tahu adalah bahwa dirinya bersama Fransisco dan Jacinta berada begitu dekat dengan Bunda Maria, sekitar satu setengah meter jauhnya. Itu artinya mereka berdiri dalam jangkauan cahaya yang memancar dan menyelimuti.

Dalam penampakan itu, terjadi percakapan mereka dengan Bunda Maria demikian:

Bunda Maria: Jangan takut; Aku tidak akan melukaimu.

Lúcia: Dari manakah Yang Mulia dan penuh rahmat?

Bunda Maria: Aku dari surga (Pada waktu itu Bunda Maria mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah langit.)

Lúcia: Dan apa yang Mulia inginkan dari saya?

Bunda Maria: Aku datang untuk meminta Kalian supaya datang ke tempat ini selama enam bulan berturut-turut pada hari ketiga belas di setiap bulannya, pada jam yang sama. Nanti aku akan memberitahu kalian siapakah diriku dan apa yang aku inginkan. Setelah itu, aku akan kembali ke tempat ini untuk kali ketujuh.

Lúcia: Apakah aku akan pergi ke surga juga?

Bunda Maria: Ya, tentu saja.

Lúcia: Dan Jacinta?

Bunda Maria: Dia juga.

Lúcia: Dan Francisco?

Bunda Maria: Dia juga, tetapi dia harus banyak berdoa Rosario.

Lúcia: Apakah Maria das Neves sudah ada di surga?

Bunda Maria: Ya, benar.

Lúcia: Dan Amélia?

Bunda Maria: Dia akan berada di api penyucian sampai akhir dunia. Apakah kamu ingin mempersembahkan dirimu kepada Allah untuk menanggung semua penderitaan yang Ia kehendaki dan yang dikirimkan-Nya kepada kamu, baik sebagai tindakan perbaikan atas dosa-dosa yang telah menimbulkan murka-Nya maupun sebagai tindakan permohonan bagi pertobatan orang berdosa?

Lúcia: Ya, kami siap.

Bunda Maria: Kalau begitu, kamu akan banyak menderita. Namun Rahmat Allah akan menjadi penghiburan bagi kamu.

Setelah mengucapkan kata-kata terakhir ini, yakni “Rahmat Allah….”, untuk pertama kalinya Bunda Maria membuka tangannya. Segeralah terpancar cahaya yang sangat terang dan menembus dada kami. Cahaya itu mencapai bagian terdalam dari jiwa kami dan memampukan kami melihat diri kami sendiri dalam dalam Tuhan.

Dialah cahaya itu, yang memampukan kami melihat diri kami lebih jelas daripada yang bisa kita lihat di hadapan sebuah cermin terbaik sekalipun. Tiba-tiba ada dorongan kuat dari dalam diri kami untuk berlutut. Sambil berlutut, kami mengulang seruan ini dalam hati: “O Tritunggal Mahakudus, aku memujamu! Tuhanku, Tuhanku, aku mencintai-Mu dalam Sakramen Mahakudus.”

Beberapa saat kemudian, Bunda Maria menambahkan, “Berdoalah Rosario setiap hari untuk mendapatkan kedamaian bagi dunia dan untuk mengakhiri perang.”

Bunda Maria tiba-tiba mulai terangkat dengan tenang ke arah timur sampai dia menghilang di kejauhan. Cahaya yang mengelilinginya, bisa dikatakan, membuka jalan melalui cakrawala berbintang.


Pesan Penampakan Bunda Maria di Fatima 1917

Pesan pertama
:

“Bunda Maria menunjukkan kepada kami sebuah lautan api yang besar yang sepertinya berada di bawah bumi. Yang terbenam di dalam api adalah setan-setan dan jiwa-jiwa di dalam rupa manusia, seperti bara api yang transparan, semua kehitaman atau gosong seperti tembaga, mengambang di atas lautan api, sekarang naik ke udara dengan lidah-lidah api yang keluar dari dalam diri mereka sendiri bersama dengan awan-awan api yang besar, sekarang jatuh kembali pada setiap sisi seperti percikan di dalam api yang besar sekali, tanpa berat atau keseimbangan, di tengah-tengah tawa dan erangan kesakitan dan keputusasaan, yang menakutkan kami dan membuat kami gemetar ketakutan. Setan-setan dapat dibedakan dengan kemiripan mereka yang menakutkan dan menjijikkan dengan binatang-binatang yang menakutkan dan tidak dikenal, semua hitam dan transparan. Penglihatan ini berakhir dalam sekejap. Bagaimana kami dapat bersyukur kepada Bunda Surgawi yang baik, yang telah mempersiapkan kami dengan menjanjikan di dalam Penampakan yang pertama, untuk membawa kami ke surga. Jika tidak, saya rasa kami akan sudah mati ketakutan….”

Pesan kedua:

Kami lalu melihat kepada Bunda Maria yang berkata:

“Kamu telah melihat kemana jiwa-jiwa yang berdosa pergi. Untuk menyelamatkan mereka Tuhan berkehendak untuk mengadakan di dunia devosi kepada Hatiku yang tidak bernoda (Immaculate Heart). Jika apa yang aku katakan kepadamu dilakukan, banyak jiwa akan diselamatkan dan akan ada damai. Perang [Perang Dunia I] akan berakhir, tetapi kalau orang-orang tidak berhenti menentang Allah, sebuah perang yang lebih parah akan pecah pada saat pontifikat Paus Pius XI. Ketika kamu melihat malam yang diterangi oleh sebuah terang yang tak dikenal, ketahuilah bahwa ini adalah tanda yang besar yang diberikan kepadamu dari Tuhan bahwa Ia akan menghukum dunia karena kejahatannya, dengan cara perang, kelaparan, penganiayaan terhadap Gereja dan terhadap Bapa Suci. Untuk menghindari ini, saya datang untuk memohon konsekrasi Rusia kepada hatiku yang tidak bernoda, dan Komuni untuk silih dosa pada setiap Sabtu pertama. Jika permohonanku dipenuhi, Rusia akan bertobat dan akan ada damai, jika tidak, ia akan menyebarkan kesesatannya kepada seluruh dunia, menyebabkan perang dan penganiayaan terhadap Gereja. Orang-orang baik akan dibunuh; dan Bapa Suci akan mengalami penderitaan berat, bangsa- bangsa akan dilenyapkan. Pada akhirnya Hatiku yang tak bernoda akan menang. Bapa Suci akan meng-kosekrasikan Rusia kepadaku dan Rusia akan bertobat, dan sebuah periode damai akan diberikan kepada dunia.”

 

Pesan ketiga:

Saya [Sr. Lucia] menulis dalam ketaatan kepada Engkau, Tuhanku, yang memerintahkan kepadaku melalui Uskup Leiria dan melalui Bunda-Mu yang tersuci dan Bundaku.

Setelah dua bagian yang telah kujelaskan, di sebelah kiri Bunda Maria dan sedikit ke atas, kami melihat seorang Malaikat dengan sebuah pedang yang berapi di tangan kirinya, mengkilat, mengeluarkan lidah-lidah api yang terlihat seperti seolah-olah akan menyalakan dunia dengan api, tetapi lidah-lidah api itu mati bersentuhan dengan kemuliaan yang Bunda Maria pancarkan kepadanya [malaikat itu], dari tangan kanannya. Menunjuk ke bumi dengan tangan kanannya, Malaikat itu berteriak dengan suara keras: ‘Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah!” Dan kami melihat di dalam sebuah terang yang besar yang adalah Tuhan: ‘sesuatu yang mirip dengan bagaimana orang orang muncul di cermin ketika mereka melewatinya’, seorang Uskup berpakaian putih ‘kami mempunyai kesan bahwa itu adalah Bapa suci’. Uskup-uskup yang lain, para imam, kaum religius laki-laki dan perempuan menanjak sebuah gunung yang terjal, pada puncaknya terdapat sebuah Salib yang besar dari batang pohon yang secara kasar ditebang seperti dari pohon perop ..; sebelum sampai ke sana Bapa suci melewati sebuah kota yang besar yang separuhnya hancur dan separuhnya gemetar, dengan langkah terhenti, terpukul dengan kesakitan dan penderitaan, ia berdoa bagi para jiwa dan jenazah yang ditemuinya di jalan; setelah sampai di puncak bukit, dengan berlutut pada kaki Salib yang besar, ia dibunuh oleh sebuah kelompok parjurit yang menghujaninya dengan peluru- peluru dan panah terarah kepadanya, dan dengan cara yang sama di sana satu persatu wafatlah para Uskup, imam dan kaum religius laki-laki dan perempuan dan bermacam orang awam dari berbagai tingkatan dan posisi. Di bawah kedua lengan Salib, terdapat dua Malaikat, masing-masing dengan wadah kristal di tangannya, yang dipakai untuk mengumpulkan darah para martir dan dengan itu memerciki para jiwa yang sedang mengambil jalan menuju Allah.”

 

Tahun ini, the Feast of Our Lady of Fatima diperingati tanggal 13 mei 2021.

Bahan dikutip dari : pewartasabda.wordpress.com, katolisitas.org



Read More
Artikel & Renungan Redaksi E-Bulletin Artikel & Renungan Redaksi E-Bulletin

Fatima - Relevansinya setelah 104 tahun -

Fatima, sebuah kota kecil di Portugis yang tidak dikenal, 70 mil di utara Lisbon. Saat itu, tanggal 13 Mei 1917, dekat tengah hari di sebuah dataran bernama "Cova da Iria," tiga anak menggembalakan kawanan domba kecil mereka, awal kisah surga mengguncang dunia.


Anak-anak gembala ini melihat sosok bercahaya muncul, "lebih terang dari matahari, memancarkan sinar terang benderang, seperti piala kristal yang dipenuhi bintik air saat matahari yang membara menyinarinya." Sosok itu, seorang wanita, dan berkata, "Saya berasal dari Surga."


Tahun 1940, Pacelli sebagai Yang Mulia Paus Pius XII memberikan persetujuan Gereja atas penampakan Bunda Maria di Fatima. Tahun 2017, 100 tahun kemudian, Bapa Suci kita Paus Fransiskus, seperti para pendahulunya, menyerukan dunia untuk memperhatikan permohonan Bunda Maria di Fatima.



"Bunda meminta kita untuk tidak pernah menyakiti hati Tuhan lagi," katanya. "Dia memperingatkan semua umat manusia sebelumnya tentang perlunya menyerahkan diri kepada Tuhan, sebagai sumber cinta dan belas kasih."

Penampakan Bunda Maria di Fatima tetap relevan saat ini seperti 10 dekade yang lalu. Relevansi ini tidak boleh diabaikan karena sangat penting bagi setiap orang yang hidup saat ini.



Fatima tetap bergema dengan pesan penting dari Surga melalui "seorang wanita yang lebih cemerlang dari matahari" yang menampakan dirinya di hadapan Lucia dos Santos, 10 tahun, dan sepupunya Francisco dan Jacinta Marto, masing-masing, 8 dan 7 tahun.



Pesannya: Doa dan Bertobat

Apa yang terjadi pada tanggal 13 Mei 1917 dan selama lima bulan berikutnya, menitis peristiwa mempesona yang berpuncak pada tanggal 13 Oktober 1917. 


Selama lima bulan itu, ketiga anak gembala  mengalami penampakan ‘wanita dari Surga’ setiap tanggal 13 di waktu yang hampir bersamaan. Wanita itu mengungkapkan dirinya sebagai Maria, Bunda Allah.


Penampakan tanggal 13 Mei itu terjadi sekitar seminggu setelah Paus Benediktus XV memohon bantuan Bunda Maria saat Eropa lumpuh karena perang, kekacauan anarki dan ateisme, terutama di Rusia, di mana kaum Bolshevik akan menguasai pemerintahan.


Saat Maria menampakkan diri kepada anak-anaknya, dia membuka tangannya, mencurahkan mereka dengan cahaya yang masuk ke dalam hati mereka. Lucia, Francisco, dan Jacinta melaporkan efek yang sama dari fenomena Cahaya, yang menurut Fr. Robert J. Fox, seorang ahli penampakan Fatima, mengizinkan mereka untuk "melihat diri mereka sendiri di dalam Tuhan, yang adalah terang". Dengan "dorongan batin", anak-anak berlutut, mengulangi dalam hati mereka: 'O Tritunggal Mahakudus, aku memujaMu! Ya Tuhan, Tuhanku, aku mencintaimu dalam Sakramen Mahakudus!


Bunda Maria menjawab, "Ucapkan Rosario setiap hari untuk mendapatkan kedamaian bagi dunia dan akhir perang."

Dalam penampakan 13 Juli, Bunda Maria membawa pesan: pertobatan, reparasi, dan pertobatan Rusia. Dia juga meramalkan akhir Perang Dunia I, tetapi memberi tahu anak-anak bahwa jika dunia tidak berhenti menyakiti Tuhan, perang lain yang lebih buruk, akan pecah.

"Untuk mencegah hal ini," Bunda Yang Terberkati berkata, "Aku minta agar Rusia di konsekrasi terhadap Hatiku yang Tak Bernoda, dan mengadakan sakramen pertobatan pada hari Sabtu pertama." Bunda Mari berjanji untuk memberikan mujizat pada 13 Oktober, agar semua orang percaya pada kata-katanya.

Keajaiban Matahari - Mujizat yang Diabaikan

Peristiwa “Matahari menari” /  The miracle of the sun - 13 Oktober 1917

Peristiwa “Matahari menari” / The miracle of the sun - 13 Oktober 1917

Pada tanggal 13 Oktober 1917, ada sekitar 70,000 orang berkumpul di Fatima untuk menunggu janji Bunda Maria. 

Siang hari itu, seperti yang dijanjikan oleh Bunda Maria, meskipun diguyur hujan, mereka yang berkumpul melihat matahari "menari" dan "berputar" di langit. Bagai piringan yang berputar cepat, memancarkan warna merah tua, kuning, dan ungu tua. Putaran terjadi tiga kali, lebih cepat setiap kali, sebelum akhirnya terlihat menjauhi langit dan dengan gerak berliku-liku menuju bumi, lalu kembali ke posisi semula.

Syangnya, walau telah ada mujizat yang sangat mempesona ini, dunia tetap mengabaikan peringatan Bunda Maria.


Dua puluh dua tahun kemudian, Perang Dunia II terjadi dan memakan 60 juta jiwa. Pesan Bunda Maria menjadi kenyataan. Pesan tentang kelaparan, penganiayaan terhadap Gereja, kehancuran bangsa-bangsa, dan penderitaan besar Bapa Suci.

Percobaan pembunuhan terhadap Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1981 terjadi pada tanggal 13 Mei, merupakan peringatan 64 tahun penampakan Bunda Maria di Fatima. Paus Yohanes Paulus dinyatakan sebagai Paus yang "sangat menderita". Juga, perkataan Bunda Maria tentang Rusia dan pertobatannya mulai terpenuhi ketika pada tahun 1989, Uni Soviet mulai runtuh.


Suster Lucia: 'Saksi Penampakan Bunda Maria'

Lucia dos Santos hidup sampai 97 tahun, meninggal pada tanggal 13 Februari (tanggal penampakan), 2005, dua bulan sebelum kematian Paus Yohanes Paulus II. Francisco dan Jacinta telah mendahului Lucia, meninggal sebagai korban wabah flu besar tahun 1919. Paus menyatakan Francisco dan Jacinta ‘diberkati’ pada 13 Mei 2000, menjadikan Jacinta orang biasa termuda yang pernah dibeatifikasi.

Harapan untuk menyebarkan pesan doa, penebusan dosa, dan pertobatan Fatima ada pada Lucia - seorang biarawati Karmel yang hidup selama 87 tahun setelah Fatima, dan untuk mempromosikan devosi kepada Hati Bunda Tak Bernoda.


Ibu Celina, kepala biara di Coimbra, Portugal, memanggil dr. Branca Paul, MD, dokter pribadi Sr. Lucia, ketika beliau telah kehilangan keinginannya untuk hidup.

Sr. Lucia mengalami koma. Tapi kemudian mengejutkan semua orang, beliau mengangkat kepalanya dan mulai menggerakkannya, untuk melihat sekitarnya.


"Untuk Bapa Suci!" Kata Sr. Lucia. "Bunda Maria, Bunda Maria, Malaikat Suci, Hati Yesus, Hati Yesus! Kita pergi, kita pergi."

"Kemana?" Ibu Celina bertanya.

"Ke Surga," jawab Sr. Lucia.

"Dengan siapa?" Ibu bertanya.

"Dengan Tuhan kita, Bunda Maria, dan para gembala kecil," jawab Sr. Lucia. Itu adalah kata-kata terakhirnya. Francisco dan Jacinta telah datang untuk membawanya ke Surga.


Sebagai dokter pribadi Sr. Lucia, Dr. Paul menghabiskan banyak bersama St. Lucia selama 15 tahun terakhir hidupnya. 

"Dia cerdas, teguh, lucu, namun praktis," kata Dr. Paul. "Dia menyukai lelucon dan permainan kata-kata. Dia juga, sangat rendah hati.

"Kami sangat dekat," lanjut Dr. Paul. "Sungguh menakjubkan bahwa dia seperti orang biasa, sederhana, dan rendah hati. Penuh kegembiraan dan tawa, selalu bercanda dan banyak tersenyum. Misalnya, ketika saya datang dengan gaya rambut baru atau pakaian baru, Sr. Lucia akan mengolok-olok saya. Orang merasa gembira bersama Sr. Lucia. Kegembiraannya menular membuat semua orang lebih bahagia. "


Sukacita seperti itu adalah hasil dari konsekrasi kepada Hati Maria Tak Bernoda, mempercayakan dengan sepenuhnya kepada Yesus melalui Maria, melayani misinya dengan setia. Seperti halnya Sr. Lucia, semoga hal ini juga berlaku untuk kita semua, melalui perantaraan para visionaries Fatima dan Bunda Maria.

Fatima setelah 104 tahun

Apakah Fatima memiliki relevansi hari ini? Ya, tapi kita harus fokus pada hal yang benar.

Sampai tahun 2005, Sr. Lucia mengungkapkan rasa frustrasinya karena orang-orang masih ingin memikirkan mukjizat dan rahasia. Dia berkata kepada Dr. Paul, "Saya tidak berfokus pada mukjizat. Saya lebih fokus pada 10 Perintah. Kita akan dihakimi berdasarkan 10 Perintah saat kita mati. Kita harus berhenti menyakiti Tuhan, tapi kita harus mengenal Tuhan."

Dia menyimpulkan hal ini dengan yang disebutnya Perintah ke-11: "Lakukan apapun yang Tuhan perintahkan kepadamu. Itulah yang diinginkan Bunda Maria."

Pada tahun 1982, satu tahun setelah upaya pembunuhannya, Paus Yohanes Paulus II melakukan perjalanan ke Fatima untuk berterima kasih kepada Bunda Maria karena telah menyelamatkan hidupnya. Di sana, dia menyebut "pesan di Fatima ... lebih relevan daripada 65 tahun yang lalu”. Saat ini menjadi sangat mendesak. Tidak hanya relevan, tetapi kritis daripada 104 tahun lalu.

Pesan di Fatima datang bersamaan peringatan konsekuensi yang mengerikan jika dunia terus menjauhi Tuhan. Kenyataannya, dunia terus menjauhi Tuhan, dapat kita lihat dari perang, aksi terorisme yang tidak pernah berakhir, aborsi, mengejar kesenangan yang berlebihan ... dan seterusnya.


Kita juga melihat dari hal lainnya yang tidak menyenangkan; dari suhu dunia yang meningkat, sampai budaya kematian, dari mengabaikan yang muda dan tua, hingga penganiayaan Gereja, dan berbagai konflik di seluruh dunia. Patut dipertanyakan: Sampai dimanakah kesabaran Tuhan?

Bunda Maria mengajak kita untuk berdoa Rosario setiap hari, dan juga berkorban agar orang-orang bertobat dan untuk menebus dosa manusia terhadap Hati Bunda Tak Bernoda.

Pesan Bunda Maria: Masih ada waktu. Tidak ada kata terlambat - sampai terlambat itu terjadi.



Read More
Artikel & Renungan Redaksi E-Bulletin Artikel & Renungan Redaksi E-Bulletin

Kenaikan Yesus ke Sorga (Ascension of the Lord)

Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita.

Kenaikan Yesus ke Sorga (Ascension of the Lord)

Ascension.jpg

Kenaikan Yesus Kristus (Ascension of The Lord) adalah peristiwa yang terjadi 40 hari setelah Kebangkitan Yesus, di mana disaksikan oleh murid-murid-Nya, Yesus Kristus terangkat naik ke langit dan kemudian hilang dari pandangan setelah tertutup awan, seperti yang dicatat dalam Alkitab Perjanjian Baru.

Dalam kitab Kisah Para Rasul, para murid Yesus digambarkan belum memahami benar arti seluruh peristiwa yang mereka alami. Banyak dari mereka yang masih berharap bahwa Yesus akan memulihkan kerajaan Daud yang runtuh sejak dikalahkan oleh Kerajaan Babel. Tetapi Yesus mempunyai misi lain yang bukan dari dunia. Ia berpesan kepada murid-muridnya: "... kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Dan sesudah meninggalkan pesan itu, Yesus terangkat ke sorga, sambil disaksikan oleh murid-muridnya. Peristiwa itu membuat mereka tercengang. Namun dua malaikat Tuhan menampakkan diri dan mengingatkan mereka akan pesan yang telah diberikan Yesus kepada mereka.

Latar Belakang

Selama 40 hari setelah kebangkitan-Nya pada hari Minggu (yaitu 3 hari sesudah kematian-Nya di atas kayu salib), Yesus menunjukkan diri-Nya kepada para murid, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup.
Yesus berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.


Peristiwa Kenaikan

Injil Markus, Injil Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul mencatat peristiwa kenaikan ini secara eksplisit.

Markus mencatat bahwa sesudah Tuhan Yesus menyampaikan pesan-pesan terakhir kepada murid-murid-Nya, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. (Markus 16:19).  Kata kerja "terangkat" sama dengan yang digunakan dalam Kisah Para Rasul 1:2.

Lukas mencatat: Yesus membawa mereka ke luar kota Yerusalem sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. (Lukas 24:50-52)

Kisah Para Rasul mencatat: Sesudah Yesus mengatakan kata-kata terakhirnya, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." (Kisah Para Rasul 1:9-11)


Lokasi Kenaikan

Chapel of Ascension / "Kapel Kenaikan", Yerusalem

Chapel of Ascension / "Kapel Kenaikan", Yerusalem

  • Di luar kota Yerusalem, dekat Betania, di bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya "seperjalanan Sabat" jauhnya dari Yerusalem. "Seperjalanan Sabat" itu berjarak kira-kira 2000 langkah atau sekitar 1,5 km (1 mil).

  • Jelas kenaikan ini bukan di dalam kota Betania, yang terletak di sebelah timur Bukit Zaitun, kira-kira 3 kilometer (2 mil) di timur Yerusalem.

  • Gereja "Church of the Holy Ascension" pernah didirikan di Bukit Zaitun, sebelum direbut oleh Saladin tahun 1187 dan diubah menjadi masjid "Kapel Kenaikan" (Chapel of Ascension) sampai sekarang. Menurut tradisi, ini adalah tempat kenaikan Yesus.

Kelanjutan bagi murid-murid Yesus

Ascension Rock Diiyakini sebagai batu pijakan Yesus ketika naik ke sorga.

Ascension Rock
Diiyakini sebagai batu pijakan Yesus ketika naik ke sorga.

  • Injil Markus mencatat secara garis besar bahwa sesudah itu pergilah murid-murid Yesus memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.

  • Injil Lukas mencatat bahwa segera setelah pulang ke Yerusalem dengan sukacita, para murid senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah. Catatan kecil ini menjadi penghubung ke Kisah Para Rasul yang juga ditulis oleh Lukas.

    • Kisah Para Rasul mencatat bahwa rasul-rasul itu kembali ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. Setelah menunggu 10 hari di Yerusalem, para murid mengalami pencurahan Roh Kudus pada hari raya Shavuot atau Pentakosta, dan kemudian mereka mulai memberitakan Injil ke seluruh dunia. Jadi pada akhirnya sama dengan catatan dalam Injil Markus.

Mengapa Yesus naik ke Surga?

Kenaikan Yesus ke Surga (Ascension) adalah naiknya Yesus ke Surga dengan kekuatan-Nya sendiri di hadapan para muridnya, empat puluh hari setelah kebangkitan-Nya. Hal ini diceritakan di Mk 16:19, Lk 24:51, dan Kis 1.
Ada dua alasan mengapa Yesus naik ke Surga:

1. Untuk mengirimkan Roh Kudus yang dijanjikan-Nya. Di dalam Yoh 16:7 dikatakan “Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.” Pertanyaannya, mengapa Yesus harus naik ke Surga terlebih dahulu sebelum mengirimkan Roh Kudus?
1). Kalau kita mau melihat keseluruhan Alkitab, maka kita juga melihat Perjanjian Lama dalam terang Perjanjian Baru.
Dalam studi “typology“, kita melihat sesuatu yang ada di dalam Perjanjian Lama dan kemudian dikaitkan dengan
Perjanjian Baru untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap. Dalam hal ini ada kaitan antara Musa dan Yesus.
Yesus disebut Musa yang Baru

2). Sebelum Musa mendapatkan Sepuluh Perintah Allah (decalogue), Musa harus naik terlebih dahulu ke gunung Sinai, dan tinggal bersama dengan Allah selama empat puluh hari. (Lih. Kel 34). Dan oleh karena itu, Yesus, Musa yang Baru, naik – bukan ke gunung yang bersifat fisik, namun naik ke Surga. Rasul Paulus mengatakan “Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.“(Ef 4:10). Dan pada waktu Dia telah duduk di sisi kanan Allah Bapa, maka Dia dapat menuliskan hukum Allah di dalam hati manusia, bukan di dalam dua loh batu seperti di dalam Perjanjian Lama. Penulisan hukum Allah ini dimanifestasikan dengan turunnya Roh Kudus kepada para rasul dan kemudian kepada umat Allah, sehingga Tubuh Kristus (Gereja) dapat dibangun.

2. Untuk membawa jiwa-jiwa yang berada di limbo of the just atau bosom of Abraham atau tempat penantian, ke Surga. Rasul Paulus mengatakan bahwa “8 Itulah sebabnya kata nas: “Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawananIa memberikan pemberian-pemberian kepada manusia.” 9 Bukankah “Ia telah naik” berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? 10 Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. 11 Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, 12 untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, 13 sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,” (Ef 4:8-13)

1) Dari ayat-ayat tersebut di atas, maka sebenarnya cukup jelas bahwa ketika Yesus naik ke tempat tinggi (Surga), maka Yesus membawa jiwa-jiwa yang berada di bosom of Abraham dengan cara Yesus turun sendiri ke tempat penantian selama tiga hari (dari wafat sampai kebangkitan).

2) “Pemenuhan segala sesuatu” yang disebutkan di ayat 10 adalah pemenuhan dari janji Yesus, yaitu untuk mengutus Roh Kudus, Roh Penghibur (Yoh 14:26, 15:26, dan 16:7) yang akan memenuhkan segala sesuatu, yang memperlengkapi umat Allah dalam membangun Tubuh Kristus, yaitu Gereja. Rasul Paulus menegaskan bahwa Roh Kudus inilah yang akan memberikan kedewasaan penuh dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus. Jadi dapat dikatakan bahwa Roh Kudus membantu umat Allah untuk menjadi mirip seperti Kristus.

Hari Raya Kenaikan Yesus Kristus

Hari raya Kenaikan Yesus Kristus atau Kenaikan Isa Almasih (Mikraj Isa Almasih) adalah nama hari raya umat Kristen untuk memperingati kenaikan Yesus ke sorga. Perayaan ini selalu jatuh pada hari Kamis, 40 hari setelah hari raya Paskah, 10 hari sebelum hari raya Pentakosta.

Tahun ini, Hari Kenaikan Yesus ke Sorga dirayakan pada tanggal 13 Mei 2021.

artikel disunting dari katolisitas.org

Read More
Apa dan Siapa Redaksi E-Bulletin Apa dan Siapa Redaksi E-Bulletin

Hanafi Daud - Pewarta Tangguh Yang Penuh Kasih

Selamat jalan Om Hanafi……doakan kami dari rumah Allah untuk kami yang masih mengembara di dunia ini.

PHOTO-2021-04-24-10-15-31.jpg

Ditulis oleh Agem Rahardjo

Tanah Amerika sudah tak asing lagi bagi Hanafi Daud sejak tahun 1981, tahun saat beliau mulai mempercayakan pendidikan kedua anak lelakinya, Andika dan Nafira di San Francisco State University (SFSU). Keberadaan kedua buah hatinya yang bersekolah inilah yang membuat Hanafi Daud, yang akrab dengan panggilan Om Hanafi sering berkunjung sebelum akhirnya pada tahun 1993 beliau dan istrinya, Bertha Wulandari memutuskan untuk benar-benar hijrah dan menetap di San Francisco, Bay Area.

Lahir dengan nama asli Liem Swan Han pada tanggal 14 Desember 1933 di Cirebon, Jawa Barat. Masa itu Belanda masih menguasai Indonesia, dan tentu saja beliau juga merasakan masa remaja peralihan penjajah dari bangsa Belanda ke bangsa Jepang di tahun 1942-1945. Hanafi Daud adalah saksi sejarah Perang Dunia ke dua (WWII) dan saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Beliau memiliki sejarahnya sendiri di masa itu. Dengan semangat tinggi, kecintaan dan keyakinan luar biasa hidupnya terisi dengan bakti dan perjuangan gigih membantu tanah air melalui gerakan “bawah tanah” bersama teman-teman pewarta. Bermodalkan pena dan mesin ketik beliau menyemangati rakyat dan pejuang kemerdekaan dengan tulisan serta berita melalui koran dan pemberitaan yang dibentuk bersama teman seperjuangan….dan inilah yang mengawali karirnya sebagai wartawan Indonesia hingga hijrahnya ke Amerika.


Saya termasuk salah satu orang yang beruntung telah mengenal Om Hanafi Daud. Pertemuan pertama yang membuat saya merasa benar-benar mengenal Om Hanafi terjadi ketika menghadiri pertemuan sebuah kelompok kecil yang semua anggotanya para orang-orang tua (senior), Persatuan Senior Indonesia (PSI). Saya memang sebelumnya telah mengenal beliau di setiap misa minggu ke tiga, Union City. Pembawaannya kalem, pandangannya tajam dan wajahnya selalu terlihat serius. Sungguh kaku bagi orang seperti saya yang memang tidak pernah serius. Tetapi, di acara itu Om Hanafi yang saya kenal menjadi sosok lain. Pembawaanya yang kalem seketika berubah menjadi periang dan sangat bersahabat, penuh canda dan tawa. Pandangannya yang tajam menyelidik berubah menjadi tatapan teduh penuh perhatian, dan keseriusannya tenggelam bersama celetukan canda dan lelucon yang keluar dari mulutnya…….membuat saya tertawa terbahak-bahak.


Dalam pertemuan itu beliau memandu acara dengan saling berbagi pengetahuan mengenai segala sesuatu, termasuk kisah sejarah Indonesia. Dari pemaparannya itu saya mendapat banyak sekali pengetahuan sejarah yang tidak pernah saya dapat dari pelajaran sekolah. Di acara itu beliau bersama Pak Rawi (almarhum), salah satu pendiri yang saat itu juga merangkap ketua PSI tampil bergantian. Kedua orang itu bagi saya adalah pelopor yang memberi “nilai dan jiwa” ke dalam perkumpulan para senior itu. Saya seperti mendapat pencerahan ketika mendengarkan sejarah yang sebenarnya dari sang pelaku sejarah itu sendiri. Mendengarkan cerita dan kisah yang lengkap dengan data, photo dan bukti-bukti asli mengenai apa yang terjadi dan bagaimana sepak terjang beliau pada masa itu menimbulkan kedekatan tersendiri bagi saya, seperti menghubungi kisah-kisah sejarah sesungguhnya yang sering ayah saya ceritakan. Ayah saya lahir tahun 1929 di Surabaya dan memutuskan bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di usianya yang sangat muda (10 tahun), dan lama setelah itu TKR diubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Mendapat pelajaran sejarah perjuangan kemerdekaan dari ayah saya seolah mendapat lentera pengusir kegelapan dan kesesatan sejarah yang saya dapat dari sekolah melalui buku pelajaran Sejarah Nasional Indonesia keluaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Seperti juga kisah sejarah yang diceritakan Om Hanafi saat itu. Kisah sejarah dan perjuangan mereka memiliki ruangnya sendiri, amat nyata dan menuju pada satu pintu keluar yang mengarah ke tujuan yang sama. Perjuangan yang berawal dari rasa cinta kepada tanah air dan semangat merebut kemerdekaan mengusir penjajah.


Sejak pertemuan itu saya merasa sangat dekat dengan Om Hanafi. Beliau selalu menyapa saya dengan ramah dan sesekali melontarkan canda khasnya ketika bertemu. Dari para sesepuh WKICU saya mendengar kabar bahwa Om Hanafi ini pendukung yang setia. Pernah menjadi ketua WKICU yang ke-empat untuk periode 2001-2003 dan beliau selalu terlibat dalam mengasuh, membesarkan dan memberi arahan setelah itu. Banyak pemikirannya yang melengkapi landasan dasar dan panduan pembentukan aturan bagi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) WKICU. Kemampuan dan pengalamannya sebagai wartawan disalurkan lewat pembuatan bulletin, menjadi photographer dadakan, juga sekaligus pengumpul arsip dan peristiwa penting perjalanan WKICU. Begitu rapih dan teliti…..tak heran ketika WKICU merayakan perayaan 25 tahun berdirinya, Om Hanafi adalah satu-satunya orang yang tepat untuk merangkai perjalanan itu menjadi sebuah buku. Tanpa kerja keras, kemampuan dan kesetiaan Om Hanafi, sejarah perjalanan komunitas kita tidak akan terbukukan dengan baik.


Kecintaannya pada dunia kewartawanan dan tulis-menulis telah berakar. Tak heran jika beliau mampu menyelesaikan buku memoar yang ditulis dalam bahasa Inggris setebal 132 halaman, Hanafi Daud, My Mosaic: Indonesia 1933-1993 and USA 1993-today……. Sebuah buku perjalanan hidup lengkap yang ditulis dengan kesadaran dan rasa syukur akan berkat rahmat Tuhan dalam hidupnya yang membentuk kematangan pribadi dan ke-taatannya sebagai seorang Katolik yang ingat akan asal-usulnya.

I feel lucky to live in Indonesia for some sixty years. It had given me a wealth of life experiences. I feel lucky to have been a part of the Indonesian Revolution and experienced the fervor of a nation fighting to free itself from Dutch colonization. I feel lucky to live in a transition period in the history of human life, moving from an older era before WWII to fast growing technology era that is changing the world and the way we live in.”


Tahun 2020 di bulan Mei, Om Hanafi mengundang saya bergabung lewat Aneka Ria, group whatsapp yang dibentuk olehnya. Saya adalah anggota termuda di sana dan saya sangat senang Om Hanafi mengundang bergabung dan membolehkan saya untuk nimbrung bercanda bersama. Obrolan kelompok itu dipenuhi kiriman video, saling mengirim kartu bergambar dengan ucapan selamat pagi atau malam yang indah…tak ketinggalan satu yang saya tunggu-tunggu dan selalu menghibur hari-hari saya, yaitu cerita-cerita humor segar yang beliau kirim. Group ini amat unik dan berbeda dari group lain yang saya miliki.

Rabu jam 8 pagi, tanggal 21 April 2021 handphone saya berdenyut tanda sebuah pesan masuk. Saya melihat Om Hanafi Daud mengirim berita ke dalam group. Saya melirik sepintas sebelum melihat isi pesan itu. Pesan pagi itu bukan berisi photo dan bukan humor segar yang biasa beliau kirimkan……di pesan itu tertulis, “This is Nafira, Bertha and Hanafi’s Daud son. Dad just passed away about a couple hours ago….”

Isi kepala saya yang dipenuhi oleh rencana-rencana untuk hari itu lenyap seketika. Suasana tiba-tiba menjadi sunyi dan kosong. Tertegun membaca berulang-ulang pesan itu sebelum akhirnya membalas dan meminta jawaban yang meyakinkan atas berita itu. Beliau meninggal dan kembali ke rumah Allah Bapa di surga dengan tenang dalam tidurnya, begitu keterangan lanjutan yang saya dapat. Masih tidak percaya, kabar duka itu pun segera saya teruskan kepada umat lain dengan iringan doa yang tak putus, dan di setiap kirimannya juga saya sertakan permohonan agar penerima pesan berdoa bersama mengiringi kepergian Om Hanafi yang kita semua cintai.


Bagi saya, Om Hanafi Daud adalah seorang sahabat, seorang guru, seorang panutan dan seperti juga ayah saya, Om Hanafi adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berjasa. Beliau juga telah berbuat banyak untuk komunitas kita WKICU selama keberadaannya di Bay Area. Dan bagi kami team ebulletin, beliau adalah pengawas, penasihat dan pendukung tulisan yang sangat baik…..

Selamat jalan Om Hanafi……doakan kami dari rumah Allah untuk kami yang masih mengembara di dunia ini.

PHOTO-2021-04-24-10-26-21.jpg


In Memoriam

Hanafi Daud

December 14, 1933 – April 21, 2021





Read More
Tulisan Romo Redaksi E-Bulletin Tulisan Romo Redaksi E-Bulletin

KONTEMPLASI TENTANG KEBANGKITAN (Lukas 24)

Dengan pengalaman pertobatan pribadi dan pengampunan dosa, mereka menerima anugerah baru: mengenal kehidupan baru Yesus dalam kepenuhan keabadian Bapa.

Hartono Budi SJ (Melayani WKICU 1994-2000)

“Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam” (Lukas 24:29).

Dengan kalimat ini, Kleopas dan sahabatnya meminta Yesus untuk sejenak lagi menyertai mereka. Yesus setuju dan duduk makan bersama mereka. Rupanya mereka membawa bekal cukup saat meninggalkan Yerusalem, tempat terakhir mereka berkumpul dengan Yesus. Bisa jadi setelah perjamuan malam terakhir, beberapa murid perempuan memberikan beberapa roti yang masih utuh tidak tersentuh karena perhatian mereka terpusat pada pesan terakhir guru mereka: “Inilah TubuhKu yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Lukas 22:19).

emmaus.jpeg

Sore itu di suatu tempat perhentian di kampung Emmaus, Yesus mengulanginya. Ketika itu terbukalahmata mereka dan merekapun mengenal Dia. Kleopas dan sahabatnya meninggalkan Yerusalem menuju Emmaus diliputi duka bercampur kekecewaan mendalam. Mereka menaruh pengharapan besar kepada Yesus.

Mereka sudah menyaksikan kehebatan Yesus yang nyata dalam kata dan tindakannya. Aman sudah mengikuti Yesus dan memilih jalannya, juga jika mesti meninggalkan segalanya. Namun semua hancur berantakan di bawah salib. Dapat dilihatnya tangan dan kaki Yesus yang dipaku dan lambungnya yang ditikam. Bagaimana mungkin? Mereka mengalami sendiri bahwa Yesus penuh kuasa, selayaknya seorang utusan Allah yang Mahakuasa dan mereka bahkan bisa ikut merasakan kedekatan relasi Yesus dengan Allah seperti seorang anak dengan orangtuanya yang sungguh menerima dan mengasihi. Di atas salib, Yesus masih dihujat: Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami? (Lukas 23:39).

Sesudah menjawab sedikit, Yesus berkata: “Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu” (Lukas 23:46), dan ia wafat. Habis sudah segalanya. Segala harapan menjadi hampa, tidak berdaya, tinggal kenangan kosong.

Breaking-Bread-at-Emmaus-001.jpeg

Sore itu saat duduk makan, dihadapan mereka Yesus mengambil roti dan mengucap berkat seperti yang dilakukannya pada perjamuan terakhir. Kleopas dan sahabatnya rupanya mulai merasakan sesuatu. Hati dan pikirannya menjadi terang kembali. Mungkin sinar bulan juga jatuh tepat di meja mereka. Saat itu Yesus menyambung doanya dengan pemecahan roti. Saat Yesus memberikan cuilan roti kepada mereka rupanya mereka bisa melihat tangan Yesus seperti yang terakhir mereka lihat. Dengan bulat hati mereka mengenalinya kembali. “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati” (Lukas 24:5). Mereka pernah menganggap kesaksian para murid perempuan Yesus sebagai omong kosong. Itu pula yang dikatakannya kepada Yesus sementara mereka berjalan bersamanya menuju Emmaus. Yesus saat itu juga menjawab sedikit: Betapa lambannya hatimu. Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemulianNya? Ingatan mereka menjadi terang lagi. Karena pengalaman pribadi itu, Kleopas dan sahabatnya diubah menjadi saksi kebangkitan seperti para murid perempuan itu.

Kendati di Emmaus Yesus tidak lama menampakkan diri. Yesus menampakkan diri lagi kepada mereka dan para murid lain, kali ini dengan lebih dahulu memberi salam: “Damai sejahtera bagi kamu” (Lukas 24:36). Kleopas dan murid-murid lain masih juga terkejut dan takut, dikatakan seperti melihat hantu, dengan kata lain, masih tidak mengenalnya dengan jelas. Yesus memperlihatkan tangan dan kakinya,seperti yang terakhir mereka lihat di kayu salib.

Para murid tetap diliputi perasaan terkejut dan takut yang menghalangi mereka untuk percaya betul. Memang saat itu Yesus sudah hidup dalam keabadian Allah. Namun demikian, Yesus yang bangkit tetap ingin dikenal dekat oleh para muridnya, maka dengan penuh kesabaran Yesus mengundang mereka dalam perjamuan baru: “Adakah padamu makanan di sini?” Kali ini Yesuslah yang mendahului makan didepan mata mereka. Dengan demikian Kleopas dan para murid lain bisa melihat kembali gurunya saat makan bersama mereka, juga saat perjamuan terakhir yang sedemikian istimewa itu.

Lalu Yesus membuka pikiran mereka sehingga mereka mengerti Kitab Suci (Lukas 24:45) dan menambahkan: Dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kleopas dan para murid Yesus sejak itu menjadi saksi kebangkitan dalam sukacita (Lukas 24:52). Mereka sudah menerima anugerah boleh mengenal Yesus dalam kehidupan mereka dan diikutsertakan dalam pelayanan Yesus di Galilea dan Yerusalem. Dengan pengalaman pertobatan pribadi dan pengampunan dosa, mereka menerima anugerah baru: mengenal kehidupan baru Yesus dalam kepenuhan keabadian Bapa.

Catatan untuk doa kita. Santo Ignatius Loyola mengingatkan bahwa dalam kontemplasi: melihat pribadi-pribadi itu, mendengarkan apa yang mereka katakan, mengamat-amati apa yang mereka kerjakan…lalu melakukan refleksi atas diriku sendiri dan mengambil buah dari itu (Latihan Rohani 194).

Read More
Apa dan Siapa Redaksi E-Bulletin Apa dan Siapa Redaksi E-Bulletin

Mengenal Lebih Dekat St Bernadette dari Lourdes

Santa Bernadette dari Lourdes, c. 1858
Perawan, Bakti Religius

220px-Bernadette_soubirous_1_publicdomain.jpg

Terlahir : Bernadette Soubirous

Lahir
7 January 1844, Lourdes, Hautes-Pyrénées, Prancis

Meninggal
16 April 1879 (usia 35), Nevers, Nièvre, Prancis

Beatifikasi
14 June 1925, Rome, oleh Pope Pius XI

Kanonisasi
8 December 1933, Rome, oleh Paus Pius XI

Hari Raya / Pesta:
16 April

Patron
Berbagai Penyakit, Lourdes, Prancis, para gembala dan penggembala, melawan kemiskinan, orang-orang diejek karena iman mereka.


st-bernadette1.jpg


Bernadette Soubirous (7 Januari 1844 - 16 April 1879), (juga dikenal sebagai Santa Bernadette dari Lourdes, putri sulung Lourdes) terkenal karena mengalami penampakan dari seorang "wanita muda" yang meminta sebuah kapel untuk dibangun di dekat gua di Massabielle. Penampakan tersebut dikatakan telah terjadi antara 11 Februari dan 16 Juli 1858, dan wanita yang muncul di hadapannya mengidentifikasi dirinya sebagai "Dikandung Tanpa Noda".

Setelah penyelidikan kanonik, laporan Soubirous akhirnya dinyatakan "dapat dipercaya" pada tanggal 18 Februari 1862, dan penampakan Maria dikenal sebagai Our Lady of Lourdes. Sejak kematiannya, tubuh Soubirous tampaknya tetap tidak rusak secara internal. Kuil Maria di Lourdes kemudian menjadi situs ziarah utama, menarik lebih dari lima juta peziarah dari semua denominasi setiap tahun.

Pada 8 Desember 1933, Paus Pius XI, memproklamasikan Soubirous sebagai santa Gereja Katolik. Hari pestanya, yang awalnya ditetapkan 18 Februari (hari Maria berjanji untuk membuatnya bahagia, bukan dalam kehidupan ini, tetapi di masa depan) - sekarang dirayakan di sebagian besar tempat pada tanggal kematiannya, 16 April.


Tahap awal hidupnya
Marie Bernarde Soubirous adalah putri dari François Soubirous (1807–1871), seorang tukang giling, dan Louise (née Casteròt; 1825–1866), seorang binatu. Dia adalah anak tertua dari sembilan bersaudara — Bernadette, Jean (lahir dan meninggal tahun 1845), Toinette (1846–1892), Jean-Marie (1848–1851), Jean-Marie (1851–1919), Justin (1855–1865), Pierre (1859–1931), Jean (lahir dan meninggal tahun 1864), dan bayi bernama Louise yang meninggal segera setelah kelahirannya (1866).

Soubirous lahir pada 7 Januari 1844 dan dibaptis di gereja paroki setempat, St. Pierre's, pada 9 Januari, pada hari ulang tahun pernikahan orang tuanya. Ibu baptisnya adalah Bernarde Casterot, saudara perempuan ibunya, seorang janda cukup kaya yang memiliki kedai minuman. Masa-masa sulit menimpa Prancis dan keluarga itu hidup dalam kemiskinan ekstrem. Soubirous adalah anak yang sakit-sakitan dan mungkin karena ini tingginya hanya 1,4 m (4 ft. 7in.). Dia terjangkit kolera saat masih balita dan menderita asma parah selama sisa hidupnya. Soubirous menghadiri sekolah hari yang dipimpin oleh para Suster Cinta Kasih dan Instruksi Kristen dari Nevers. Berlawanan dengan kepercayaan yang dipopulerkan oleh film-film Hollywood, Soubirous sangat sedikit belajar bahasa Prancis, hanya belajar bahasa Prancis di sekolah setelah usia 13 tahun. Pada saat itu dia hanya dapat membaca dan menulis sangat sedikit karena dia sering sakit. Dia berbicara dalam bahasa Occitan, yang digunakan oleh penduduk lokal di wilayah Pyrenees pada waktu itu dan sampai tingkat yang tersisa sekarang (yang mirip dengan bahasa Catalan yang digunakan di Spanyol timur).

Pada saat kejadian di gua, status keuangan dan sosial keluarga Soubirous telah menurun ke titik di mana mereka tinggal di ruang bawah tanah satu kamar, yang sebelumnya digunakan sebagai penjara, yang disebut le cachot, "penjara bawah tanah", tempat mereka berada. ditampung secara gratis oleh sepupu ibunya, André Sajoux.

Pada 11 Februari 1858, Soubirous, yang saat itu berusia 14 tahun, sedang keluar untuk mengumpulkan kayu bakar bersama saudara perempuannya Toinette dan seorang teman di dekat gua Massabielle (Tuta de Massavielha) ketika dia mengalami penglihatan pertamanya. Sementara gadis-gadis lain menyeberangi sungai kecil di depan gua dan terus berjalan, Soubirous tetap di belakang, mencari tempat untuk menyeberang agar stokingnya tidak basah. Dia akhirnya duduk untuk melepas sepatunya untuk menyeberangi air dan menurunkan stockingnya ketika dia mendengar suara angin kencang, tetapi tidak ada yang bergerak. Namun, sekuntum mawar liar di ceruk alami di dalam gua benar-benar bergerak. Dari ceruk, atau lebih tepatnya ceruk gelap di belakangnya, "muncullah cahaya yang menyilaukan, dan sosok putih". Ini adalah yang pertama dari 18 penglihatan dari apa yang dia sebut sebagai aquero (diucapkan [aˈk (e) ɾɔ], Gascon Occitan) untuk "itu". Dalam kesaksian selanjutnya, dia menyebutnya "wanita muda kecil" (uo petito damizelo). Kakak perempuannya dan temannya menyatakan bahwa mereka tidak melihat apa-apa.

Pada tanggal 14 Februari, setelah Misa Minggu, Soubirous, bersama saudara perempuannya Marie dan beberapa gadis lainnya, kembali ke gua. Soubirous segera berlutut, mengatakan dia melihat penampakan itu lagi dan jatuh ke trans. Ketika salah satu gadis melemparkan air suci ke ceruk dan yang lain melemparkan batu dari atas yang pecah di tanah, penampakan itu menghilang. Pada kunjungan berikutnya, 18 Februari, Soubirous mengatakan bahwa "penglihatan" memintanya untuk kembali ke gua setiap hari selama dua minggu.

Periode penglihatan yang hampir setiap hari ini kemudian dikenal sebagai la Quinzaine sacrée, "dua minggu suci". Awalnya, orang tua Soubirous, terutama ibunya, merasa malu dan berusaha melarangnya pergi. Penampakan yang seharusnya tidak mengidentifikasi dirinya sampai penglihatan ketujuh belas. Meskipun penduduk kota yang percaya bahwa dia mengatakan yang sebenarnya mengira dia melihat Perawan Maria, Soubirous tidak pernah mengklaimnya sebagai Maria, secara konsisten menggunakan kata aquero. Dia menggambarkan wanita itu mengenakan kerudung putih, ikat pinggang biru dan dengan mawar kuning di setiap kakinya - cocok dengan "deskripsi patung Perawan di gereja desa".

Kisah Soubirous menimbulkan sensasi dengan penduduk kota, yang terbagi dalam pendapat mereka tentang apakah dia mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Beberapa percaya dia memiliki penyakit mental dan menuntut dia ditempatkan di rumah sakit jiwa.

Isi lain dari penglihatan yang dilaporkan Soubirous sederhana dan terfokus pada perlunya doa dan penebusan dosa. Pada tanggal 25 Februari dia menjelaskan bahwa penglihatan itu menyuruhnya "untuk meminum air dari mata air itu, untuk membasuhnya dan memakan ramuan yang tumbuh di sana," sebagai tindakan penebusan dosa. Yang mengejutkan semua orang, keesokan harinya gua tidak lagi berlumpur tetapi air jernih mengalir. Pada tanggal 2 Maret, pada tanggal tiga belas dari dugaan penampakan, Soubirous memberi tahu keluarganya bahwa wanita itu berkata bahwa "sebuah kapel harus dibangun dan prosesi dibentuk".

Penglihatan ke-16 Soubirous yang diklaim, yang dia nyatakan berlangsung selama lebih dari satu jam, adalah pada 25 Maret. Menurut keterangannya, selama kunjungan itu, dia kembali menanyakan nama wanita itu tetapi wanita itu hanya balas tersenyum. Dia mengulangi pertanyaan itu tiga kali lagi dan akhirnya mendengar wanita itu berkata, dalam Gascon Occitan, "Aku adalah Pembuahan Tak Bernoda" (Qué soï era immaculado councepcioũ, transkripsi fonetik dari konsepsi immaculada era Que soi).

Beberapa orang yang mewawancarai Soubirous setelah wahyu penglihatannya menganggapnya berpikiran sederhana. Namun, meskipun diwawancarai secara ketat oleh pejabat Gereja Katolik dan pemerintah Prancis, dia tetap konsisten pada ceritanya.

Setelah penyelidikan, otoritas Gereja Katolik mengkonfirmasi keaslian penampakan tersebut pada tahun 1862. Dalam 150 tahun sejak Soubirous menggali musim semi, 69 obat telah diverifikasi oleh Biro Medis Lourdes sebagai "tidak dapat dijelaskan" - setelah apa yang diklaim Gereja Katolik sebagai "pemeriksaan ilmiah dan medis yang sangat ketat" yang gagal menemukan penjelasan yang lain. Komisi Lourdes yang memeriksa Bernadette setelah penglihatan melakukan analisis intensif pada air dan menemukan bahwa, meskipun memiliki kandungan mineral yang tinggi, tidak ada yang luar biasa yang dapat menjelaskan pengobatan yang dikaitkan dengannya. Bernadette berkata bahwa iman dan doalah yang menyembuhkan orang sakit: "Seseorang harus memiliki iman dan berdoa; air tidak akan memiliki kebajikan tanpa iman".

Permintaan Soubirous kepada pendeta setempat untuk membangun kapel di lokasi penglihatannya akhirnya memunculkan sejumlah kapel dan gereja di Lourdes. The Sanctuary of Our Lady of Lourdes sekarang menjadi salah satu situs ziarah Katolik utama di dunia. Salah satu gereja yang dibangun di situs tersebut, Basilika St. Pius X, dapat menampung 25.000 orang dan didedikasikan oleh calon Paus Yohanes XXIII ketika ia menjadi Paus Nuncio di Prancis. Hampir 5 juta peziarah dari seluruh dunia mengunjungi Lourdes (populasi sekitar 15.000) setiap tahun untuk berdoa dan minum air ajaib, percaya bahwa mereka memperoleh kesembuhan tubuh dan roh dari Tuhan.

Tanpa memperdulikan perhatian yang dia terima, Bernadette pergi ke rumah sakit sekolah yang dikelola oleh Sisters of Charity of Nevers tempat dia belajar membaca dan menulis. Meskipun dia mempertimbangkan untuk bergabung dengan Karmelit, kesehatannya yang menghalangi dia untuk memasuki salah satu perintah kontemplatif yang ketat. Pada tanggal 29 Juli 1866, bersama 42 calon lainnya, ia mengambil kebiasaan religius sebagai seorang postulan dan bergabung dengan Suster-suster Charity di rumah induk mereka di Nevers. Nyonya Para Muridnya adalah Suster Marie Therese Vauzou. Ibu Superior pada saat itu mengurus nama Marie-Bernarde untuk menghormati ibu baptisnya yang bernama "Bernarde". Seperti yang diamati Patricia A. McEachern, "Bernadette berbakti kepada Saint Bernard, santo pelindungnya; dia menyalin teks yang berkaitan dengannya di buku catatan dan secarik kertas. Pengalaman menjadi 'Suster Marie-Bernard' menandai titik balik bagi Bernadette dia karena menyadari lebih dari sebelumnya bahwa rahmat besar yang dia terima dari Ratu Surga membawa serta tanggung jawab yang besar. "

Soubirous menghabiskan sisa hidupnya yang singkat di rumah induk, bekerja sebagai asisten di rumah sakit dan kemudian sebagai sakristan, membuat sulaman yang indah untuk kain altar dan jubah. Orang-orang sezamannya mengagumi kerendahan hati dan semangat pengorbanannya. Suatu hari, ketika ditanya tentang penampakan itu, dia menjawab:

Perawan menggunakan saya sebagai sapu untuk menghilangkan debu. Setelah pekerjaan selesai, sapu di depan pintu lagi.

Soubirous telah mengikuti perkembangan Lourdes sebagai tempat ziarah saat dia masih tinggal di Lourdes tetapi tidak hadir untuk konsekrasi Basilika Maria Dikandung Tanpa Noda di sana pada tahun 1876.

Sayangnya, serangan kolera di masa kecil meninggalkan Bernadette dengan asma kronis yang parah, dan akhirnya dia terjangkit TBC paru-paru dan tulang". Selama beberapa bulan sebelum kematiannya, dia tidak dapat minum obat. bagian aktif dalam kehidupan biara. Dia akhirnya meninggal karena penyakit jangka panjangnya pada usia 35 pada tanggal 16 April 1879 (Rabu setelah Paskah), saat berdoa rosario suci. Di ranjang kematiannya, saat dia menderita sakit parah dan sesuai dengan petunjuk Perawan Maria tentang "Penance, Tobat, Tobat," Bernadette menyatakan bahwa "semua ini baik untuk Surga!" Kata-kata terakhirnya adalah, "Santa Maria, Bunda Allah, doakan aku, orang berdosa yang malang, orang berdosa yang malang". Tubuh Soubirous dimakamkan di Biara Saint Gildard.

 
Penggalian

Relic Santa Bernadette dan batu dari Grotto of Lourdes, tempat penampakan Bunda Maria dari Lourdes dikatakan telah muncul.

Uskup Gauthey dari Nevers dan Gereja Katolik menggali jenazah Soubirous pada tanggal 22 September 1909, di hadapan perwakilan yang ditunjuk oleh para postulator penyebabnya, dua dokter dan seorang suster dari komunitas tersebut. Mereka mengklaim bahwa meskipun salib di tangannya dan rosario telah teroksidasi, tubuhnya tampak tidak rusak - diawetkan dari pembusukan. Ini dikutip sebagai salah satu keajaiban untuk mendukung kanonisasinya. Mereka memandikan dan menyatukan kembali tubuhnya sebelum dimakamkan di peti mati ganda yang baru.

Gereja menggali jenazah untuk kedua kalinya pada 3 April 1919. Seorang dokter yang memeriksa jenazah mencatat, "Tubuh itu praktis menjadi mumi, ditutupi dengan bercak jamur dan lapisan garam yang cukup menonjol, yang tampaknya adalah garam kalsium. Kulit telah menghilang di beberapa tempat, tetapi masih ada di sebagian besar bagian tubuh. "

Peninggalan seluruh tubuh dari Bernadette Soubirous. Foto diambil pada penggalian terakhir (18 April 1925). Orang suci yang meninggal 46 tahun sebelum foto ini diambil; wajah dan tangan ditutupi dengan lapisan lilin.

Peninggalan seluruh tubuh dari Bernadette Soubirous. Foto diambil pada penggalian terakhir (18 April 1925). Orang suci yang meninggal 46 tahun sebelum foto ini diambil; wajah dan tangan ditutupi dengan lapisan lilin.

Pada tahun 1925, gereja menggali jenazah untuk ketiga kalinya. Mereka mengambil relik, yang dikirim ke Roma. Sebuah cetakan wajah yang tepat dibentuk sehingga firma Pierre Imans di Paris dapat membuat masker lilin berdasarkan cetakan tersebut dan pada beberapa foto asli untuk ditempatkan di tubuhnya. Ini adalah praktik umum untuk peninggalan di Prancis karena dikhawatirkan semburat kehitaman pada wajah dan mata serta hidung yang cekung akan dipandang sebagai korupsi oleh publik. Jejak tangan juga diambil untuk presentasi jenazah dan pembuatan cetakan lilin. Jenazahnya kemudian ditempatkan dalam relik emas dan kristal di Kapel Saint Bernadette di rumah induk di Nevers.

 

sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Bernadette_Soubirous

Read More
Kesaksian Redaksi E-Bulletin Kesaksian Redaksi E-Bulletin

Mujijat di Lourdes

Apakah hatiku percaya oleh penampakan bunda Maria dan mujizat di Lourdes?

st-bernadette1.jpg

Apakah hatiku percaya oleh penampakan bunda Maria dan mujizat di Lourdes?


‘Our Lady of Lourdes’ adalah salah satu panggilan bunda Maria yang paling populer dan dihormati di Gereja Katolik dan di seluruh dunia. Pada 11 Februari 1858, seorang gadis muda petani Prancis bernama Bernadette sedang mengumpulkan kayu bakar bersama saudara perempuannya dan seorang teman di dekat tempat pembuangan sampah di kota Lourdes tempat mereka tinggal. Tiba-tiba, Bernadette melihat seorang wanita anggun muncul dengan rosario emas. Bernadette diundang untuk mulai berdoa Rosario bersama wanita itu, tanpa mengetahui siapa dia. Wanita itu meminta Bernadette untuk kembali ke Gua, dan setelah beberapa saat, dia mengungkapkan dirinya sebagai "Dikandung Tanpa Noda", yang merupakan sebutan yang asing bagi Bernadette karena kurangnya pendidikan. Hanya mereka yang belajar teologi yang dapat memahami arti kata ini, yang dapat menafsirkan bahwa wanita ini adalah Maria, Bunda Allah.


Mengikuti instruksi Bunda Maria, Bernadette menggali tanah, di mana Bunda Maria memberitahukan bahwa mata air penyembuhan akan ditemukan. Tak lama kemudian, para peziarah melakukan perjalanan untuk menemukan kebenaran klaim ini, dan banyak yang disembuhkan dari berbagai penyakit fisik. Saat ini, Lourdes adalah salah satu situs ziarah paling populer untuk mencari kesembuhan. 

Apakah hati anda yang terdalam, percaya dengan penampakan dan mukjizat di tempat ini? 

Berikut adalah 10 kisah mukjizat yang disetujui dan didokumentasikan oleh Gereja. Mari kita simak, semoga mukjizat-mukjizat ini menginspirasi dan menguatkan iman kita untuk tumbuh lebih dekat dengan Tuhan.


Catherine Latapie

Keajaiban pertama yang didokumentasikan di Lourdes terjadi pada tahun 1858 ketika Catherine Latapie tiba-tiba merasakan dorongan untuk melakukan perjalanan ke Lourdes untuk mencari kesembuhan. Dua tahun sebelumnya, dia jatuh dari pohon dan tangan kanannya terluka parah. Kecelakaan itu menyebabkan dua jarinya lumpuh total. Latapie bertemu Bernadette di gua dan dengan sangat sederhana mencuci tangannya di mata air kecil yang telah terbentuk. Seketika, kelumpuhan jari-jarinya hilang, dan dia bisa menggerakkannya seperti sebelum kecelakaan itu terjadi.


Louis Bouriette

Mukjizat yang paling sering dikutip terkait Lourdes terjadi pada Louis Bouriette, seorang pria berusia 55 tahun pada tahun 1858. Mata kanannya menjadi buta akibat ledakan ranjau (yang menewaskan saudaranya, yang berada di sisinya), Bouriette mengklaim bahwa dia segera pergi berdoa kepada "Our Lady of the Grotto" segera setelah Bernadette menggaruk tanah di tempat pembuangan. Dia mencuci mata kanannya berulang kali dan berdoa kepada Bunda Maria dengan sungguh-sungguh untuk kesembuhan. Setelah mandi, penglihatannya pulih sepenuhnya, dan pada tahun 1862 penyembuhannya diakui "berkarakter supernatural".


Blaisette Cazenave

Obat lain yang terkait dengan pemulihan penglihatan dikaitkan dengan Blaisette Cazenave, seorang wanita yang menderita konjungtivitis kronis dan infeksi yang membuat kelopak matanya bersisik dan sakit. Kondisinya diberi label tidak dapat disembuhkan ketika dia, pada usia 51, menggunakan air di Lourdes sebagai lotion di matanya. Segera, sisik jatuh dari kelopak matanya, dan penglihatannya benar-benar pulih. Bahkan rasa sakit dan peradangan yang dideritanya hilang seluruhnya.


Henri Busquet

Benar-benar testimoni yang inspiratif dari Henri Busquet baru berusia 16 tahun pada saat penyembuhannya. Menderita selama lebih dari setahun dengan demam yang dikaitkan dengan timbulnya tuberkulosis, Busquet juga menderita abses (bisul) di leher yang menjalar ke dada kanan, yang akhirnya ditusuk oleh dokternya, tetapi kondisinya semakin memburuk. Dia memohon kepada orang tuanya untuk melakukan perjalanan ke Lourdes, tetapi mereka menolak untuk membawanya. Dengan keyakinannya, dia berpaling kepada seorang tetangga dan meminta air penyembuhan dari Lourdes untuk diberikan kepadanya. Setelah dikembalikan kepadanya dengan botol berisi air suci, keluarga Busquet berkumpul untuk berdoa bersama saat balutannya diaplikasikan, yang direndam dalam air Lourdes. Setelah tidur malam itu, dia terbangun dan menemukan bahwa bisulnya telah mengering dan infeksinya telah hilang! Keajaiban diakui pada tahun 1862.


Justin Bouhort

Justin baru berusia 2 tahun ketika dia disembuhkan di Lourdes. Sejak lahir, ia dianggap sebagai "anak yang tidak berkembang," tidak bisa ditolong menurut standar medis. Sesaat sebelum orang tuanya membawanya ke Lourdes, Justin mengidap TBC dan hampir meninggal karenanya. Menggendong Justin kecil dalam pelukan, ibunya berjalan ke Grotto setengah putus asa, mengetahui bahwa dia dapat ditangkap pada saat itu, karena pada tahun 1858 ada periode waktu di mana masyarakat dilarang mengunjungi Grotto. Meski begitu, dan terlepas dari jeritan orang-orang yang lewat, dia berdoa di dekat batu dan kemudian memandikan Justin di lubang yang baru digali oleh para buruh. Saat dia berjalan pulang, menggendong tubuh Justin yang lemas, dia menyadari bahwa Justin masih bernapas dan kemudian tidur nyenyak sepanjang malam. Justin pulih sepenuhnya dan bahkan hidup untuk menghadiri kanonisasi St. Bernadette pada tahun 1933.


Serge Perren

Pada usia 35, Serge Perren didiagnosis dengan kondisi neurologis aneh yang memengaruhi penglihatannya dan terkadang membuatnya tidak sadarkan diri. Setelah dirawat di rumah sakit saraf pada tahun 1964, ia terus mengalami kemunduran hingga kebutaan total dan episode pingsan yang berulang. Prognosisnya suram. Dengan dorongan imannya, Perren melakukan ziarah ke Lourdes pada tahun 1969, tetapi dia kembali tanpa kemajuan dalam penyembuhan apa pun. Karena putus asa, dia melanjutkan pengobatan, tetapi dianggap tidak ada harapan menurut standar medis. Namun, setelah desakan istrinya, dia kembali ke Lourdes pada tahun 1970 hanya untuk menenangkannya. Setelah menerima Sakramen Orang Sakit, dia langsung merasakan sensasi fisik di tubuhnya dan bisa melihat, walau belum sepenuhnya. Mujizat terjadi secara bertahan dan mencapai kepulihan total. Tak lama kemudian, biro medis Lourdes mengakui penyembuhan ini.


Vittorio Micheli

Vittorio Micheli adalah seorang prajurit di Korps Alpine dan menghabiskan banyak waktu di rumah sakit militer setelah dinyatakan menderita sarkoma yang tidak dapat diobati dan tidak dapat dioperasi di pinggul kirinya. Dokter dan ahli bedah mencoba secara medis yang ada selama tahun 1962, tetapi tidak berhasil. Setelah setahun penuh di rumah sakit, pinggul Micheli benar-benar memburuk. Meski begitu, ia memilih berziarah ke Lourdes bersama keuskupannya pada tahun 1963. Setelah mandi di mata air dari pinggul hingga kaki dengan gips, tidak ada perubahan sesaat pada pinggul Micheli. Namun, Micheli kembali ke rumah sakit militer setelah ziarah berakhir, di mana pada saat itu berbagai rontgen dan tes dengan jelas menunjukkan perbaikan fisik di pinggulnya! Dan medis mengklim ini adalah rekonstruksi pinggul yang luar biasa. Sebagai ucapan syukur, Micheli kembali ke Lourdes setiap tahun sejak 1963.


Jean-Pierre Bely

Dinyatakan cacat total pada usia 51, Jean-Pierre Bely melakukan ziarah ke Lourdes pada tahun 1987. Jean-Pierre lumpuh oleh ‘multiple sclerosis’ dan tidak ada kemajuan medis sejak 1972. Tanpa putus asa, dengan iman yang teguh pada Bunda Maria saat melakukan ziarah dan kemudian dikonfirmasi oleh kesembuhan ajaibnya. Banyak orang yang menemaninya ke Lourdes percaya dia akan meninggal sebelum menyelesaikan ziarahnya. Dia menerima Sakramen Orang Sakit ketika sampai di Lourdes. Dan bisa segera berjalan dan sejak itu dinyatakan sembuh total.


Anna Santaniello

Setelah mengunjungi Lourdes pada tahun 1952, Anna Santaniello melaporkan kesembuhan total dari penyakit fatal yang dideritanya sejak masa kanak-kanak, rematik jantung. Penyakit tersebut telah merenggut nyawa dua saudara kandungnya, sehingga prognosisnya sangat mengerikan. Pada saat berziarah ke Lourdes, Santaniello berusia 42 tahun. Pada tahun 1964, Gereja menyatakan kesembuhannya sebagai "penyembuhan luar biasa", dan secara resmi ditambahkan ke daftar mukjizat Lourdes pada tahun 2004.


Serge Francois

Ini adalah salh satu mukjizat di Lourdes baru-baru ini yang diakui Gereja, terjadi ketika Serge Francois, pada usia 56 tahun, berziarah ke Lourdes untuk penyembuhan. Kaki kirinya hampir tidak bisa bergerak sama sekali setelah dua operasi. Seperti kebanyakan peziarah, Francois membasuh wajahnya dan meminum air dari mata air di Lourdes pada bulan April 2002, di mana penyembuhan di kakinya mulai terjadi. Setelah sembuh total pada tahun 2003, Francois mendekati dewan medis di Lourdes untuk menyelidiki klaimnya, yang disetujui pada tahun 2011 oleh Uskup Emmanuel Delmas dari Angers, Prancis.


Read More