Merenungkan makna Hari Raya Hati Yesus yang Maha Kudus dan Peringatan Hati Tersuci Santa Perawan Maria

Oleh Romo Stefanus Hendrianto, SJ.

Catatan dari Roma:

Mary & Jesus.jpg

Kurang lebih satu tahun yang lalu saya menulis renungan Satu Tahun Tahbisan Imamat saya untuk E-Bulletin WKICU. Dalam renungan itu saya menggunakan sudut cerita peringatan Hari Raya Hati Yesus yang Maha Kudus dan Peringatan Hati Tersuci Santa Perawan Maria untuk merenungkan peringatan tahbisan Imamat saya. Ketika peringatan Dua Tahun Tahbisan Imamat sudah mendekat, saya mendapat kabar bahwa team E-bulletin WKICU kembali meminta saya menulis tentang Hari Raya Hati Yesus yang Maha Kudus dan Peringatan Hati Tersuci Santa Perawan Maria. Terus terang saya terkejut bin kaget mendapat permintaan tersebut. Dalam hati saya berpikir apakah tulisan saya tahun kemarin kurang memadai atau mungkin tidak dibaca, sehingga orang lupa bahwa saya pernah menulis tentang kedua hari penting itu? Daripada berprasangka yang tidak-tidak, saya akhirnya memutuskan untuk kembali menulis tentang kedua hari penting itu dari sudut pandang yang berbeda. Semoga tulisan ini bisa berguna untuk umat WKICU atau siapapun yang membacanya.

Gereja Santa Brigitta

Salah satu kegiatan rutin yang biasa saya lakukan sejak pindah ke Roma empat bulan yang lalu adalah jalan-jalan sore. Pertama, karena fasilitas olah raga belum buka dan kedua sejak saya mengalami cedera kaki, berupa kerusakan tendon pada awal pandemi tahun 2020, saya belum mencoba kembali untuk jogging atau pun lari jarak jauh. Salah satu rute jalan-jalan sore yang saya tempuh adalah jalan kaki menuju Campo de Fiori, yang kalau diterjemahkan berarti “lapangan bunga.” Nama tersebut berasal dari jaman abad pertengahan ketika tempat tersebut merupakan padang rumput yang dipenuhi banyak bunga liar. Saat ini Campo de Fiori sendiri merupakan tempat berkumpul bagi para turis dan anak-anak muda dari penjuru kota Roma.

Saya sendiri pergi ke Campo de Fiori bukan karena ingin nongkrong atau menghabiskan waktu bersama orang banyak. Alasan utama saya berjalan ke sana adalah mengunjungi gereja yang di dekat Campo de Fiori, yaitu Gereja Santa Brigitta. Gereja itu sendiri merupakan bagian dari Biara Bridgettine Sisters. Singkat cerita, Brigettine Sisters atau Ordo Santa Brigitta didirikan oleh Santa Brigitta dari Swedia. Santa Brigitta yang lahir tahun 1303 adalah putri seorang bangsawan dari Swedia. Pada tahun 1316, Brigitta menikah dengan Ulf Gudmarson seorang bangsawan dari keluarga Ulvåsa, yang mana ia memiliki delapan anak, salah satu di antaranya nantinya dikenal sebagai Santa Katarina dari Swedia. Setelah suaminya meninggal pada tahun 1344, Brigitta mengabdikan diri seluruhnya kepada kehidupan spiritual dan menolong orang miskin dan sakit. Pada saat yang sama, Briggita mendapat ide untuk mendirikan Ordo Sang Penyelamat Paling Suci (Order of the Most Holy Savior) yang dikemudian hari dikenal sebagai Ordo Santa Brigitta.

Pada tahun 1350, benua Eropa sedang dilanda pandemi wabah hitam atau Black Death, Brigitta bersama putrinya Catherine dan sejumlah pengikut mereka berangkat ke Roma dengan tujuan mendapatkan pengakuan dari Paus terhadap Ordo yang baru mereka dirikan. Akan tetapi pada saat itu institusi Kepausan sendiri sedang terpecah belah dan Paus sendiri berada di Avignon, di Perancis. Jadilah Brigitta harus menunggu kepulangan Paus ke Roma dan dia pun berusaha meminta Paus kembali ke Roma, bukan semata-mata demi Ordo yang dia dirikan, tapi demi persatuan dalam Gereja Katolik. Setelah menunggu selama bertahun-tahun, baru pada tahun 1370, ketika Paus Urban V kembali ke Roma secara singkat, beliau mengesahkan Peraturan dari Ordo. Brigitta sendiri kemudian menetap di Roma sampai dia meninggal di tahun 1373.

Kompleks biara Ordo Santa Brigitta adalah tempat di mana Santa Brigitta pernah tinggal selama berada di Roma. Gedung Biara itu sendiri dulunya merupakan gedung milik Francesca Papazurri yang merupakan teman dekat Santa Brigitta. Kamar tempat tinggal Santa Brigitta masih ada dan bisa dikunjungi sampai hari ini.

Selama masa penantiannya yang panjang di Roma, Brigitta mengaku dosa setiap hari dan berusaha menolong banyak orang sakit dan miskin. Dia selalu dikenal dengan senyum dan wajahnya yang selalu berseri. Meski demikian tahun-tahun yang dihabiskan oleh Brigitta di Roma tidak jauh dari penderitaan. Masalah utama yang harus dia hadapi adalah kehidupan perekonomian yang morat-marit dan dia harus dikeliling hutang. Pada saat yang sama Brigitta sendiri banyak mendapat kecaman dan tantangan dari usaha dia untuk meminta Paus kembali ke Roma.

Santa Brigita adalah salah seorang yang memperkenalkan devosi terhadap Hati Tersuci Perawan Maria. Devosi itu sendiri sudah mulai pada abad pertengahan, tapi Santa Brigitta adalah salah seorang yang mempraktekkan dan mempopulerkan devosi tersebut. Sebagai seorang ibu, Brigitta mempunya devosi yang kuat kepada Bunda Maria. Bunda Maria telah menjadi sumber pegangan spiritual bagi Brigitta sejak kecil khususnya setelah kematian ibu kandungnya pada saat dia berumur 11 tahun. Brigitta sendiri mendirikan Ordo-nya sebagai penghargaan kepada Bunda Maria dan orang-orang yang mengikuti teladan Bunda Maria. Dedikasi Brigitta kepada Bunda Maria membawa devosi terhadap Hati Tersuci Bunda Maria yang telah berkembang pada abad pertengahan menjadi lebih popular lagi.

Ketika melakukan ziarah ke Jerusalem pada tahun 1372, Brigitta yang ketika itu sudah berumur 70 tahun mendapat pengalaman mistik melihat Bunda Maria yang melahirkan Yesus, sebagai Putra Allah. Devosi Brigitta kepada Bunda Maria selalu diiringi rasa ingin tahu bagaimana pengalaman Maria ketika melahirkan. Penglihatan Ilahi di Jerusalem tersebut menjadi puncak dari pengalaman iman Brigitta dimana misteri inkarnasi dan status Maria sebagai Bunda Allah ditunjukkan ke dia. Pengalaman mistik itu kemudian dia tulis dalam bukunya yang berjudul Revelations.

Terlepas dari pengalaman mistik tersebut, banyak orang mempertanyakan sumbangan Santa Brigitta terhadap devosi Hati Tersuci Perawan Maria. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa Santa Brigitta tidak ada hubungannya dengan devosi Hati Tersuci Perawan Maria. Pertama, pengalaman mistik beliau hanya sebatas melihat Bunda Maria yang melahirkan Yesus dan tidak ada disebut-sebut soal Hati Tersuci Perawan Maria. Kedua, ada banyak tokoh lain yang berjasa dalam mengembangkan devosi Hati Tersuci Perawan Maria.

Santa Brigitta memang bukan orang yang paling berjasa besar atau tokoh utama dalam mempopulerkan devosi Hati Tersuci Bunda Maria. Akan tetapi menurut saya pengalaman iman dan hidup beliau justru menunjukkan makna akan hakiki dari Hati Tersuci Perawan Maria. Makna dari devosi Hati Tersuci Perawan Maria adalah menyatukan diri kita terhadap Bunda Maria dengan mengikuti teladan kehidupan Bunda Maria, termasuk suka dan duka, kebijakan dan kesempurnaan hidup, terlebih lagi kasih dan cintanya kepada Allah Bapa dan Allah Putra dan semua umat manusia.

Selama 20 tahun lebih Santa Brigitta hidup di Roma, dia telah menunjukkan devosi terhadap Hari Tersuci Perawan Maria. Brigitta bertahan di tengah kesulitan dan ketidakpastian hidup di Roma seperti Bunda Maria yang mengikuti putranya ke Golgota dan berdiri di bawah kayu Salib. Di tengah kesulitan hidup, Brigitta tetap menunjukkan kasih nya kepada orang-orang yang miskin dan menderita di Roma. Pada saat yang sama dia tetap menunjukkan kasih yang besar kepada Allah Bapa dan putranya Yesus Kristus.

Pengalaman Santa Brigitta menguatkan saya untuk bertahan dalam menghadapi kesulitan hidup di Roma. Sama seperti Santa Brigitta, saya tiba di Roma ketika pandemic Covid 19 sedang melanda dunia. Saya juga tiba di Roma ketika situasi Gereja sedang menghadapi banyak masalah, mulai dari skandal pelecehan seksual sampai dengan usaha-usaha untuk mengubah ajaran moral gereja, dan juga pertentangan tentang liturgi di gereja. Akan tetapi, Santa Brigitta mengajak kepada saya bahwa devosi Hati Tersuci Perawan Maria akan menguatkan saya dalam masa-masa sulit dan Bunda Maria akan selalu bersama dalam perjalanan saya.

Jalan-Jalan Sore Berlanjut

Setelah selesai mengunjungi Gereja Santa Brigitta, biasanya saya melanjutkan jalan-jalan sore. Rute yang saya tempuh adalah jalan menuju Castel Sant’Angelo. Setelah menyeberangi Sungai Tiber melalui jembatan Ponte San’Angelo yang penuh dengan patung – patung para malaikat, saya dihadapkan pada dua pilihan, belok ke kiri saya bisa pergi Basilika Santo Petrus atau belok ke kanan menuju sebuah Gereja yang dikenal dengan nama Chiesa Sacro Cuore del Suffragio atau the Church of Sacred Heart of the Suffrage.

Kata suffrage kalau diterjemahkan secara harfiah berarti a vote (hak pilih). Kata “hak pilih” disini berarti adalah permintaan kepada Tuhan; jikalau dalam Pemilihan Umum kita menggunakan hak pilih untuk mendukung seorang calon, dalam konteks kehidupan beriman, kita saling membantu dan mendukung satu sama lain, khususnya bagi para jiwa-jiwa di purgatory. Jadi kita menggunakan “hak pilih” kita dengan mendoakan para jiwa-jiwa di purgatory.

Jikalau kita masuk ke dalam gereja, altar kedua di sebelah kanan di dekasikan Santa Margaret Mary Alacoque. Di atas altar tersebut ada lukisan yang menggambarkan Penampakan Hati Kudus Yesus kepada Santa Margaret Mary Alacoque. Sementara di sebelah kiri, ada lukisan Santa Margaret Mary Alacoque di kelilingi oleh jiwa-jiwa di purgatory. Dan terakhir ada lukisan Santa Margaret Maria Alacoque yang menunjukkan kepada para novice-novice suster cara untuk memuja Hati Kudus Yesus.

Santa Margaret Maria Alacoque adalah seorang Biarawati Katolik asal Perancis anggota Ordo Kunjungan Santa Maria dan dia adalah tokoh utama yang mempromosikan devosi terhadap Hati Kudus Yesus dalam konteks modern. Pada tanggal 27 Desember 1673, Santa Margaret Mary menerima wahyu dari Hati Kudus Yesus. Pada hari tersebut Margaret Mary mengatakan bahwa Jesus memberi kesempatan kepada dia untuk merebahkan kepalanya di Hati Kudus Yesus dan Yesus mengatakan ke dia bahwa tentang keinginan Yesus untuk membuat semua umat manusia tahu tentang cinta Yesus kepada manusia dan Yesus telah memilih Margaret Mary untuk melakukan misi tersebut. Perwahyuan tersebut berlangsung beberapa kali selama 18 bulan. Dalam wahyu yang diberikan secara pribadi itu, Santa Margaret Mary menerima arahan untuk menerima komuni pada setiap hari Jumat pertama setiap bulan, adorasi Sakramen Maha Kudus pada “jam suci”pada hari Kamis dan terakhir adalah Peringatan Hati Kudus Yesus. Margaret Mary kemudian menjadi Direktur Novis dan dia mulai mempopulerkan perayaan Hati Kudus Yesus secara pribadi kepada suster-suster Novis, mulai tahun 1686. Margaret Mary meninggal pada tanggal 17 Oktober 1690.

Setelah Margaret Mary meninggal, devosi terhadap Hati Kudus Yesus mulai dikembangkan oleh para Romo Romo Yesuit dan hal ini sudah saya tuliskan dalam tulisan refleksi satu tahun imamat saya tahun kemarin. Akan tetapi devosi ini sendiri baru secara resmi diakui oleh Gereja pada tahun 1856 ketika Paus Pius IX memasukkan Perayaan Hati Kudus Yesus di dalam calendar Gereja Katolik.

Devosi terhadap Hati Kudus Yesus selalu disandingkan dengan Devosi terhadap Hati Tersuci Perawan Maria. Meski demikian ada perbedaan mendasar dari kedua devosi itu. Devosi terhadap Hati Kudus Yesus ditujukan kepada Hati Yesus yang ingin mencintai semua umat manusia dengan segenap hatiNya. Sementara devosi kepada Hati Tersuci Perawan Maria, ditujukan kepada Hati Bunda Maria yang mencintai Allah Bapa dan Allah Putra. Perbedaan lain yang mendasar adalah devosi kepada Hati Kudus Yesus adalah respon kita terhadap cinta Yesus kepada manusia. Sementara devosi terhadap Hati Tersuci Perawan Maria adalah kita ingin mengikuti teladan Bunda Maria. Tujuan devosi ini adalah menyatukan umat manusia kepada Tuhan melalui Hati Tersuci Bunda Maria. Jadi cinta kita kepada Allah Bapa dan Yesus bisa kita lakukan melalui penyatuan kita kepada Bunda Maria dengan meneladani kebijakan dan kehidupan Bunda Maria.

Setelah mengunjungi Gereja Hati Kudus Yesus, biasanya saya memutuskan berjalan pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang, saya sering merenungkan hari-hari ke depan yang akan saya lalui di Roma. Saya tidak tahu akan sampai kapan berada di sini menjalankan tugas saya. Tapi yang pasti adalah saya tahu bahwa Hati Kudus Yesus dan Hati Tersuci Perawan Maria akan menguatkan perjalanan saya.

Previous
Previous

Sang Legenda Telah Pergi

Next
Next

Hari Raya Kelahiran Yohanes Pembaptis