KONTEMPLASI TENTANG KEBANGKITAN (Lukas 24)
Hartono Budi SJ (Melayani WKICU 1994-2000)
“Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam” (Lukas 24:29).
Dengan kalimat ini, Kleopas dan sahabatnya meminta Yesus untuk sejenak lagi menyertai mereka. Yesus setuju dan duduk makan bersama mereka. Rupanya mereka membawa bekal cukup saat meninggalkan Yerusalem, tempat terakhir mereka berkumpul dengan Yesus. Bisa jadi setelah perjamuan malam terakhir, beberapa murid perempuan memberikan beberapa roti yang masih utuh tidak tersentuh karena perhatian mereka terpusat pada pesan terakhir guru mereka: “Inilah TubuhKu yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Lukas 22:19).
Sore itu di suatu tempat perhentian di kampung Emmaus, Yesus mengulanginya. Ketika itu terbukalahmata mereka dan merekapun mengenal Dia. Kleopas dan sahabatnya meninggalkan Yerusalem menuju Emmaus diliputi duka bercampur kekecewaan mendalam. Mereka menaruh pengharapan besar kepada Yesus.
Mereka sudah menyaksikan kehebatan Yesus yang nyata dalam kata dan tindakannya. Aman sudah mengikuti Yesus dan memilih jalannya, juga jika mesti meninggalkan segalanya. Namun semua hancur berantakan di bawah salib. Dapat dilihatnya tangan dan kaki Yesus yang dipaku dan lambungnya yang ditikam. Bagaimana mungkin? Mereka mengalami sendiri bahwa Yesus penuh kuasa, selayaknya seorang utusan Allah yang Mahakuasa dan mereka bahkan bisa ikut merasakan kedekatan relasi Yesus dengan Allah seperti seorang anak dengan orangtuanya yang sungguh menerima dan mengasihi. Di atas salib, Yesus masih dihujat: Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami? (Lukas 23:39).
Sesudah menjawab sedikit, Yesus berkata: “Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu” (Lukas 23:46), dan ia wafat. Habis sudah segalanya. Segala harapan menjadi hampa, tidak berdaya, tinggal kenangan kosong.
Sore itu saat duduk makan, dihadapan mereka Yesus mengambil roti dan mengucap berkat seperti yang dilakukannya pada perjamuan terakhir. Kleopas dan sahabatnya rupanya mulai merasakan sesuatu. Hati dan pikirannya menjadi terang kembali. Mungkin sinar bulan juga jatuh tepat di meja mereka. Saat itu Yesus menyambung doanya dengan pemecahan roti. Saat Yesus memberikan cuilan roti kepada mereka rupanya mereka bisa melihat tangan Yesus seperti yang terakhir mereka lihat. Dengan bulat hati mereka mengenalinya kembali. “Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati” (Lukas 24:5). Mereka pernah menganggap kesaksian para murid perempuan Yesus sebagai omong kosong. Itu pula yang dikatakannya kepada Yesus sementara mereka berjalan bersamanya menuju Emmaus. Yesus saat itu juga menjawab sedikit: Betapa lambannya hatimu. Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemulianNya? Ingatan mereka menjadi terang lagi. Karena pengalaman pribadi itu, Kleopas dan sahabatnya diubah menjadi saksi kebangkitan seperti para murid perempuan itu.
Kendati di Emmaus Yesus tidak lama menampakkan diri. Yesus menampakkan diri lagi kepada mereka dan para murid lain, kali ini dengan lebih dahulu memberi salam: “Damai sejahtera bagi kamu” (Lukas 24:36). Kleopas dan murid-murid lain masih juga terkejut dan takut, dikatakan seperti melihat hantu, dengan kata lain, masih tidak mengenalnya dengan jelas. Yesus memperlihatkan tangan dan kakinya,seperti yang terakhir mereka lihat di kayu salib.
Para murid tetap diliputi perasaan terkejut dan takut yang menghalangi mereka untuk percaya betul. Memang saat itu Yesus sudah hidup dalam keabadian Allah. Namun demikian, Yesus yang bangkit tetap ingin dikenal dekat oleh para muridnya, maka dengan penuh kesabaran Yesus mengundang mereka dalam perjamuan baru: “Adakah padamu makanan di sini?” Kali ini Yesuslah yang mendahului makan didepan mata mereka. Dengan demikian Kleopas dan para murid lain bisa melihat kembali gurunya saat makan bersama mereka, juga saat perjamuan terakhir yang sedemikian istimewa itu.
Lalu Yesus membuka pikiran mereka sehingga mereka mengerti Kitab Suci (Lukas 24:45) dan menambahkan: Dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kleopas dan para murid Yesus sejak itu menjadi saksi kebangkitan dalam sukacita (Lukas 24:52). Mereka sudah menerima anugerah boleh mengenal Yesus dalam kehidupan mereka dan diikutsertakan dalam pelayanan Yesus di Galilea dan Yerusalem. Dengan pengalaman pertobatan pribadi dan pengampunan dosa, mereka menerima anugerah baru: mengenal kehidupan baru Yesus dalam kepenuhan keabadian Bapa.
Catatan untuk doa kita. Santo Ignatius Loyola mengingatkan bahwa dalam kontemplasi: melihat pribadi-pribadi itu, mendengarkan apa yang mereka katakan, mengamat-amati apa yang mereka kerjakan…lalu melakukan refleksi atas diriku sendiri dan mengambil buah dari itu (Latihan Rohani 194).