"Terganggu"

Tidak dapat disangkal bahwa kita hidup di dunia yang sibuk. Tuntutan hidup yang tiada henti – keluarga, pekerjaan, perawatan diri, dan banyak lagi – seolah berlomba untuk mendapatkan perhatian kita, sedemikian rupa sehingga kita selalu terburu-buru dan hampir tidak punya waktu untuk sekedar bernafas dan memperhatikan arah hidup kita. Waktu berlalu, kalender berlari menuju akhir tahun, dan kita kemudian bertanya-tanya ke mana perginya hari-hari itu. Kita – para Martha yang khawatir dan terganggu – disibukkan dengan obrolan, gangguan, dan kesenangan dunia, semua hal yang kita pikir kita tidak akan bisa hidup tanpanya.

Kemudian tragedi demi tragedi terjadi: meninggalnya orang yang dicintai, penyakit kritis, pemutusan hubungan kerja, atau perselisihan besar dengan pasangan atau teman - memaksa kita untuk melepaskan keasyikan dan komitmen penting kita. Tiba-tiba hidup kita berubah, dan kita dikejutkan dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan eksistensial, “Mengapa ini terjadi pada saya? Mengapa saya? Bagaimana sekarang? Apa arti dan tujuan hidup saya? Apakah ada kehidupan yang lebih dari semuanya ini?”

Ini adalah pertanyaan yang biasanya tidak kita tanyakan ketika semuanya berjalan dengan baik. Namun, masa-masa perjuangan dan keputusasaan sesungguhnya sering menandai awal dari babak baru dalam hidup kita. Ini adalah undangan untuk meninjau kembali hidup kita, ketika kita mulai mempertanyakan keberadaan kita dan mencari sesuatu yang berarti.


St. Ignatius dari Loyola adalah contoh klasik. Dalam peperangan, dia terkena bola meriam, melukai satu kaki dan mematahkan yang lain. Bola meriam itu sungguh telah mengganggu kehidupannya yang penuh warna di istana dengan permainan pedang dan para dayang istana. Dalam masa pemulihan, ia menghabiskan berbulan-bulan menganggur, sebagian besar dalam rasa sakit dan kebosanan, yang memberinya waktu yang signifikan dalam keheningan dan kesendirian untuk membaca dan merenungkan tentang hidupnya, kehidupan Kristus, dan orang-orang kudus. Dia mulai memperhatikan gerakan batinnya – sesuatu yang tidak akan bisa dia lakukan jika dia tetap sibuk dengan urusan duniawinya. Dia mulai menyaring bahwa pikiran dan keinginan ini membawa penghiburan atau kesedihan. Cederanya memungkinkan dia untuk melihat Tuhan bekerja dalam dirinya dan hidupnya. Akhirnya, dia memutuskan untuk memilih Kristus daripada kehidupan yang dia jalani sebelumnya.

Dalam masa pemulihan, ia menghabiskan berbulan-bulan menganggur, sebagian besar dalam rasa sakit dan kebosanan, yang memberinya waktu yang signifikan dalam keheningan dan kesendirian untuk membaca dan merenungkan tentang hidupnya, kehidupan Kristus, dan orang-orang kudus.


Kisah kita mungkin tidak sedramatis pertobatan St Ignatius, tetapi kita dapat yakin bahwa Tuhan selalu menjangkau kita setiap saat. Tuhan menyela hidup kita karena suatu alasan, dan kita perlu memperhatikannya. Interupsinya menunjukkan kepada kita apa yang membuat kita tertawan. Hanya kemanusiaan kitalah yang membuat kita lumpuh. Namun, kerentanan kita memungkinkan Dia untuk melakukan terobosan. Ini membuka kita pada kemungkinan yang belum pernah kita pertimbangkan sebelumnya dan potensi yang ditawarkan masa depan kita.

Ketika sebuah bola meriam mengenai St Ignatius, hal terakhir yang bisa dia bayangkan adalah jalan yang pada akhirnya akan menuntunnya untuk menulis Latihan Rohani Ignatius dan mendirikan Serikat Yesus. Tanpa bola meriam, dunia akan kehilangan satu orang suci lagi untuk membimbing kita, kita juga tidak akan memiliki Gereja St Ignatius atau Jesuit. Bola meriam itu merupakan gangguan, dan bagaimana St. Ignatius menghadapinya mengubah hidupnya dan jutaan orang lainnya.


Apa bola meriam kita? Dan bagaimana kita menanggapinya? Jika kita benar-benar percaya bahwa Tuhan akan menjaga kita, bukankah masuk akal jika kita akan melihat dan mengikuti bisikan Roh dengan setia, meskipun kita tidak tahu apa yang ada di depan? Mari kita berdoa kepada Tuhan agar Dia mengungkapkan kepada kita apa yang telah menawan kita begitu lama. Dan agar Dia memberi kita penglihatan untuk mengenali gangguan-Nya dan keberanian untuk keluar dari kurungan kita dan menuju kebebasan.
(RS)

— Peringatan Santo Ignatius jatuh pada tanggal 31 Juli —

Sumber: Terjemahan dari tulisan Rosina Simon berjudul “Interrupted”

Previous
Previous

Pelayan Penabur Kasih (Bagian 1)

Next
Next

Romo Kodok melawan Romo Rajawali