Bis Itu Tak Bisa Jalan. DituntunNya Aku Kembali Pulang
Hari Jum’at malam saya berangkat ke Surabaya menggunakan bus malam. Tujuan saya hanya satu, menemui ‘pacar baru’ saya. Waktu mepet dan padat dalam kesibukan hari-hari tidak menjadi kendala walaupun Minggu malamnya saya sudah harus berangkat kembali ke Jakarta, agar hari Senin bisa masuk kerja lagi. Perjalanan yang melelahkan sekali tetapi saya tidak peduli. Demi bertemu sang kekasih lain……”Toh ini perjalanan pribadi, tidak ada hubungannya dengan tugas kantor”. Begitu kata hati ini meyakinkan.
Bus malam P.O “New Rejeki” berangkat dari Kelapa Gading sekitar jam 7.30 malam. Dalam bus, perasaan saya begitu tenangnya karena mengira semua akan berjalan lancar-lancar saja dan sesuai rencana. Rencanaku.
Sekitar jam 11 malam, bus berhenti di sebuah rumah makan yang amat ramai karena banyak bus malam yang berhenti di situ. Para penumpang dipersilakan turun untuk makan malam, dan bus akan kembali berangkat setengah jam kemudian.
Selesai makan ketika satu-dua penumpang mulai kembali ke dalam bus, sopir mulai menghidupkan mesin, hendak memanaskan mesinnya dan menyalakan AC. Saya berdiri menunggu di dekat pintu masuk bus waktu itu jadi saya dapat menyaksikan apa yang sedang terjadi.
Sopir mematikan kambali mesinnya, lalu menghidupkan kembali, mematikan lagi sekitar semenit, lalu menghidupkannya lagi. Keningnya berkerut-kerut, ia cemas. Dipanggilnya sopir cadangan, dan sopir-sopir dari bus lain mulai berdatangan. Mereka membuka kap mesin bus di bagian belakang, menyenter dan memeriksanya, semua tampak normal. Sopir menghidupkan mesin dan mematikannya lagi.
Something was wrong, tapi mereka tidak bisa menemukan apa yang salah. "Bagaimana bisa begini?" Sang supir berkata heran. Dia tampak panik dan semuanya tampak kebingungan tidak tahu hendak berkata apa atau berbuat apa. Ternyata temperatur mesin amat tinggi,..tidak mau turun. "Kalau bus tetap jalan, mesin akan meledak" kata sopirnya. Saya ingat betul,..pada wajah orang-orang dan para sopir, yang heran tak tahu hendak berbuat apa.
Pikiran saya mulai menduga-duga. Apa yang salah? Tadi dalam perjalanan dari Jakarta semuanya normal dan tidak ada apa-apa. Bus itu masih termasuk baru. Apalagi kata sopirnya, bus itu baru seminggu lalu diservis dan hampir tiap hari selalu dipakai untuk trip Jakarta- Surabaya, dan tidak ada apa-apa. Bus-bus malam sangatlah terpelihara mesinnya, apalagi bus-bus malam yang relatif baru seperti yang saya tumpangi itu. Bagaimana mungkin ada masalah mesin sangat panas di tengah perjalanan, padahal tadinya dalam 3 jam perjalanan semuanya baik-baik saja ?.
Para penumpang hendak ditransfer ke bus New Rejeki yang lain,..tetapi ternyata tidak bisa. Bus-bus itu sudah penuh semua. Agent bus di Jakarta dikontak, minta segera bus pengganti. Tetapi tunggu punya tunggu, datang jawaban lewat telpon pengemudi yang mengabarkan bus pengganti itu juga rusak, harus tunggu bus dari Jakarta. Dua jam lagi paling cepat katanya.
Saya mulai khawatir,..mengapa tiba-tiba semuanya jadi kacau berantakan begini?.
Para penumpang kembali putus asa, karena tidak mungkin harus tidur di tengah perjalanan seperti itu. Akhirnya ada kepastian kabar...bus pengganti baru berangkat dari Jakarta. Perlu tiga jam untuk sampai di situ. Itu artinya, Saat itu tengah malam, yang berarti jam 3 pagi baru datang bus pengganti. Nah, kapan sampai Surabaya nya?. Dengan perhitungan bus mulai jalan lagi jam 3 pagi, maka paling cepat sampai Surabaya jam 3 sore, hari Sabtu. Sedangkan hari Minggu malam saya harus sudah berangkat ke Jakarta lagi. Edan..! Nggak mungkin begitu.
Ada sebuah kekuatan yang menuntun langkah kakiku untuk menyeberangi jalan. Di sana aku ‘kan menghentikan sebuah bus umum mana saja yang bertujuan ke Jakarta. Langkah kakiku menembus malam yang remang-remang, segundah hatiku. Tubuh ini berjalan melawan dinginnya hawa persawahan di perbatasan Jawa barat - Jawa tengah itu. Angin meniup kencang, seolah hendak berkata-kata, dan memeluk aku. Terpaan angin malam itu, adalah bagai pesan kesadaran. Tamparannya, adalah pesan dari Tuhan. Pesan kesadaran bahwa Dia ....ada, dan sedang bicara. KehendakNya lah yang sedang tiba. Aku tak bisa apa-apa. Segala rencanaku, dibuatNya terhempas,..berkeping-keping.
"Bukan kehendakmu yang terjadi, melainkan kehendakKu lah"
Tak mungkin lagi aku tak sadar, betapa Tuhan sayang aku.
Tak mungkin lagi aku tak tahu, aku bukan milikku saja.
Sebab aku tak kekal, dan Dia kekal.
Dan jiwaku, adalah milik kekekalan, milik Tuhan.
Sang Pencipta penuh cinta, Sang Empunya segalanya.
DibalikNya arah perjalananku, dikirimkanNya aku kembali, ....pulang.
Airmataku mengalir, sesalku tiba, dalam sebuah bus umum yang menembus kebisuan malam, mengantarku pulang.
Tuhan, ampuni aku telah melupakanMu. Dan ampuni aku, telah bermain-main dengan hal yang tiada Engkau berkenan.
Aku kembali kepadaMu. Ampunilah aku.
Story Background
Sebagai cost controller di kantor pusat sebuah perusahaan manufaktur; secara rutin saya berkomunikasi dengan staf akunting di kantor-kantor cabang dan pabrik, sehubungan dengan laporan cost bulanan yang secara rutin mereka sampaikan kepada saya. Karena salah satu pabrik ada di Surabaya, maka dalam beberapa kesempatan, saya juga perlu kunjungan tugas ke sana.
Di cabang Surabaya ini, suatu ketika saya berkenalan dengan seorang staf bagian purchasing yang walaupun penampilannya sederhana, namun tutur katanya begitu sopan, cantik, sangat menarik. Singkat cerita, saya ingin mendekati dia, walaupun saat itu saya sudah punya tunangan.
Tuhan jelas tidak berkenan akan rencanaku menemuinya di Surabaya. Keanehan yang terjadi dalam perjalanan malam itu, adalah kuasa dan bentuk campur tangan Tuhan yang sedikitpun tidak terpikirkan olehku. Tuhan bisa bertindak, dan Dia akan.
Jakarta; 2020
nH