Bagaimana Melawan Musuh Yang Tidak Terlihat?

IMG_9187.JPG

"May we find within us the necessary antibodies of justice, charity and solidarity. We must not be afraid to live the alternative – the civilization of love" (Pope Francis).

Belum lama ini Paus Fransiskus menerbitkan sebuah buku: “Life after the pandemic.” Buku ini berisi delapan tulisan yang dibuat/disampaikan Paus terkait masa pandemi. Tanpa ragu, Paus Fransiskus menawarkan jalan keluar dalam menghadapi krisis iman yang terjadi karena adanya pandemi ini. Solusi untuk menanggulangi virus Covid-19 ini adalah melalui solidaritas dan doa. “Jangan takut,” tawaran alternatif ini merupakan peradaban cinta yang akan mengantar pada keselamatan.

Gerakan solidaritas adalah hal yang penting dalam melawan musuh yang tak terlihat. Dengan solidaritas, kita bahkan akan dimampukan melawan virus egoisme yang lebih mematikan dibanding Covid-19. Doa menjadi api baru yang senantiasa menyemangati kita dalam berharap dan berjuang melawan pasukan yang tidak kasat mata. Untuk itulah, persiapan diri menjadi penting. Doa menjadi senjata dan perisai kita dalam melawan dosa dan egoisme.

Kristus menjadi teladan nyata dalam cara kita berdoa; Kristus bukan saja berseru kepada Bapa, tetapi Dia juga menghidupi doa-Nya dengan tindakan nyata. Tidak hanya kasihan terhadap mereka yang kelaparan, tetapi mau memberi mereka makan; tidak hanya mendoakan yang cacat, tetapi juga memulihkan mereka dari kutuk yang melumpuhkan; terlebih tidak hanya mengeluh terhadap dosa kita, tetapi rela menebus dan menyelamatkan kita dengan wafat-Nya di salib.

Itulah sebabnya, kita diajak untuk berani berdoa secara benar sebagaimana Kristus. Melakukan/menghidupi apa yang didoakan dan mendoakan apa yang telah/sedang/akan dilakukan. Dengan berdoa, kita menunjukan kerendahan diri kita dihadapan Tuhan, sehingga tidak dipandang jahat sebagaimana raja Yoyakhin. Dalam doa, harapan kita akan terus dipupuk menjadi antibodi yang menghidupkan keadilan, amal dan solidaritas bagi dan bersama sesama dalam mewartakan kabar baik Kerajaan Allah.

Kontemplasi:

Bayangkanlah Allah yang bukan saja mendengar doa-doamu, tetapi juga mengajak anda untuk menghidupkan doa melalui tindakan nyata.

Refleksi:

Bagaimana anda berani melakukan apa yang anda doakan dan mendoakan apa yang anda lakukan?

Doa:

Ya Bapa, ajarlah kami untuk berani menghidupi doa-doa kami dengan tindakan nyata; sehingga melalui doa, solidaritas kami diperkuat dan kabar keselamatan dapat semakin dirasakan oleh banyak orang. Amin.

Perutusan:

Aku akan melakukan apa yang kudoakan dan mendoakan apa yang kulakukan.

Rm. Antonius Yakin

 
Previous
Previous

Kitab Suci

Next
Next

Sebuah Surat dari Romo Muda