“Something Happens When You Surrender to Jesus” - part 2 of 4
Diketik tanggal April 21, 2015
“Something Happens When You Surrender to Jesus”
Saya merasa dituntun, berjalan bersebelahan dengan seseorang. Sebetulnya bukan sekedar berjalan, karena saya merasa berpindah tempat tetapi terasa ringan seolah melayang. Saya dituntun oleh seseorang di sebelah kiri saya yang seolah menyuruh saya menyaksikan. Saya melihat di sebelah kanan .... suatu tempat yang gelap dan luas, yang tidak bisa terlihat batasnya. Gelap, namun masih ada cahaya dari pantulan awan-awan yang bergerak tinggi di atasnya. Seketika terlihat bayangan banyak tangan seolah menjangkau ke atas, melambai ke atas, jiwa-jiwa yang tidak berpakaian, kurus, kotor penuh peluh dan luka. Saat bersamaan terdengar raungan-raungan yang menyayat hati...suara kesedihan dan pemberontakan, penyesalan, amarah, dan ketidakpuasan..menjerit-jerit riuh rendah antara kedengaran keras dan lemah. Wanita dan lelaki bercampur di situ, mereka tidak berperang satu melawan yang lain tetapi semuanya menyuarakan kesedihan, ketidakpuasan, dan pemberontakan. Tiap kali kulit mereka bersentuhan, mereka merasakan seperti terbakar dan kesakitan. Mereka semua ingin keluar dari tempat itu tetapi mereka mengetahui bahwa mereka akan lama berada di tempat itu. Dalam keputusasaan, yang mereka bisa lakukan adalah menjerit dan meneriakkan semuanya: kesedihan dan penyesalan yang mendalam, protes dan ketidak damaian. Mereka tidak bisa diam karena seolah tempat mereka berpijak adalah sesuatu yang panas, mereka tidak bisa berpijak dengan diam. Saya bisa menggambarkannya seperti cacing yang menggeliat geliat di tanah yang kering dan kepanasan.
Lebih dekat dengan saya, atau kami, adalah sebuah tempat yang agak gelap juga tetapi lebih terang daripada tempat yang tadi saya gambarkan. Karena posisi saya (atau kami) seolah melayang setinggi kira-kira lebih dari 10 meter....saya bisa melihat kedua tempat ini sekaligus. Tidak ada batas yang terlihat jelas memisahkan antara kedua tempat ini, tetapi ada seperti sebuah jurang panjang, dalam, dan gelap yang memisahkan keduanya.
Di tempat (area) ini ada serentetan wadah, mungkin ada 5, 6, atau 7... saya tidak memperhatikan jumlahnya. Wadah-wadah ini seperti sebuah boks kuat yang terbuat dari logam, seukuran rumah atau gedung yang besar, semuanya berisi sesuatu. Ketika saya cukup dekat dengan boks yang kedua atau ketiga,...barulah saya menyadari bahwa boks boks ini jauh lebih besar daripada yang terlihat dari jarak pertama saya melihatnya. Boks-boks ini bersebelahan, dari kanan ke kiri terletak secara diagonal, terpisahkan namun semuanya berhubungan dengan semacam terowongan yang menghubungkan antara boks yang pertama dan kedua, kedua ke ketiga, dan seterusnya. Terowongan atau lubang ini terletak di bagian sisi atas boks, tingginya sekitar seperlima bagian di bawah batas atas dindingnya. Diameter terowongan ini tidak besar, tetapi cukup kuat untuk menjadi penghubung antara boks satu dan yang lainnya. Letaknya di tengah-tengah, tidak di kiri atau di kanan sisi dinding boks. Material terisi dalam terowongan ini, berisikan material dari dua boks yang bersebelahan, bercampur sekitar di tengah-tengah terowongan antara bok satu dan bok yang berikutnya. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, semua 'boks' ini berisi material yang hampir penuh.
Ketika saya "terbawa” lebih dekat, posisiku di antara boks kedua dan ketiga, terlihat olehku seseorang yang terangkat (atau mengangkat) kedua tangannya. Dia seperti seorang laki-laki, tetapi dia tidak terangkat oleh kehendak atau kekuatannya sendiri, melainkan oleh sebuah kekuatan yang lain. Dia terangkat dari boks nomor 3, yang setelah saya lihat, berisi sesuatu yang panas, cairan yang sepertinya hampir mendidih panasnya. Warnanya kecoklatan dan kehitaman, bergerak oleh sesuatu yang membuatnya panas. Jiwa ini seolah berteriak, namun tidak ada suara yang terdengar.
Yang saya dapat rasakan adalah bahwa dia merasa bersyukur. Dia merasa senang karena meninggalkan suatu tempat yang penuh penderitaan dan hukuman menuju tempat lain yang – dia tahu – akan ada penghukuman dan penantian juga, tetapi akan lebih 'tidak menyakitkan' dari boks yang berisi minyak itu. Tubuh jiwa ini tidak berpakaian, warna kulitnya kecoklatan dan terlihat telah mengalami banyak pemurnian dan penantian yang panjang. Saat kedua kakinya meninggalkan permukaan minyak, kedua tangannya bersilang di dada.
(Pada saat yang bersamaan saya menjadi mengerti bahwa terowongan-terowongan itu adalah jalan yang hendak dilalui oleh jiwa-jiwa untuk beralih dari satu boks ke boks yang berikutnya. Akan tetapi ada jiwa-jiwa yang bisa saja tidak melalui suatu terowongan, akan tetapi jiwanya langsung terangkat dari satu boks menuju ke boks yang berikutnya. Akan tetapi tidak ada satu jiwapun yang bisa terangkat dan tidak melewati terowongan, untuk lebih dari satu kali. Itu belum pernah terjadi).
Saya menoleh agak ke kanan dan melihat sesuatu yang berasap muncul dari permukaannya. Saya bertanya kepada malaikat yang dari tadi menemani saya. Saat ini saya menjadi tahu bahwa dia adalah malaikat. Saya bertanya apa isi boks itu...dia menjawab. Saya tidak melihat malaikat ini karena posisinya agak di belakang kiri saya, jadi saya tidak melihat dia berbicara. Tetapi kudengar dia berkata, isinya adalah lumpur panas. Seketika aku melihat dari permukaan lumpur ini muncul bebatuan kecil juga, mendidih seperti lahar namun warnanya kecoklatan agak kehijauan dan kebiruan. Berasap, kental, panas, dan baunya seperti belerang dan bercampur dupa yang menyesakkan dada. Tidak ada yang bisa keluar dari material-material dalam boks ini, selain karena materialnya tidak memberikan ruang gerak yang bebas, juga karena sangat pekat. Apalagi boks-boks ini terbuat dari metal yang begitu kuat, terbuat begitu rapi dan seolah tidak ada sambungannya. Tidak ada kekuatan dari jiwa-jiwa di dalamnya yang bisa membuat mereka keluar dari dalamnya, selain kekuatan yang datang dari luar boks ini. Seketika aku mengerti bahwa jiwa yang tadi kulihat melayang dan terangkat dari minyak yang panas, telah terbantu oleh sebuah kekuatan dari luar, dari doa orang-orang yang dipanjatkan kepadanya, berdoa untuknya.
Saya bertanya kepada malaikat itu, berapa lama penghukuman di boks yang kedua ini, dan aku diberi pengertian antara 51 dan 84 tahun, menurut kalender manusia. Aku bertanya berapa lama jiwa-jiwa akan berada dalam boks yang berisi minyak itu. Jawabnya paling sedikit sekitar 3 tahun menurut kalender manusia, tetapi tidak ada batas paling lamanya.
Aku menoleh agak ke kiri, sebelah kiri boks yang berisi minyak itu. Ada beberapa boks lagi tetapi pandanganku tertuju lebih jauh sehingga melewati boks yang terakhir, yang sepertinya berisi material yang lebih ringan, seperti debu-debu panas dan awan panas luncuran dari gunung berapi. Awan dan debu-debu ini berputar-putar di dalam boks itu, tidak ada jiwa yang bisa menghindar dari betapa panas dan sakitnya terjangan bebatuan seukuran kepalan tangan yang beterbangan berputar-putar di dalamnya, berlawanan arah jarum jam. Tetapi jiwa-jiwa di tempat ini bisa bernapas lebih baik atau lebih mudah bila dibandingkan dengan boks yang di sebelah kanannya. Still, mereka tidak bisa bernapas sepenuhnya seperti orang yang hendak menarik napas panjang, karena udara dan debu itu akan menyakitkan dan menyesakkan dada mereka.
Tempat itu yang jelas lebih terang daripada boks yang kedua dan ketiga. Terangnya tidak dari lampu atau matahari, tetapi dari sesuatu yang tidak bersumber. Setelah boks yang terakhir itu, yakni boks yang berisi udara dan debu panas yang berputar-putar, adalah sebuah tempat menyerupai lingkaran. Tanah, tetapi tanah itu sendiri terlihat terang namun tidak bercahaya.
Jadi boks-boks yang terletak bersebelahan itu letaknya di atas tanah dan melayang dan bagian bawahnya setinggi kira-kira3 atau 4 meter dari permukaan tanah. Di bawah boks-boks yang kedua, ketiga, keempat dan kelima,..tidak terlihat tanah karena gelap dan tidak ada cahaya. Barulah di bawah sekitar boks yang terakhir, tanah terlihat remang-remang karena sudah ada cahaya. Cahaya yang terbagi dan sama, yang diterima oleh tanah yang agak terang itu.
Tanah itu seukuran lingkaran besar,..tetapi tidak terlalu luas, mungkin bisa memuat sekitaran seratus orang. Ada beberapa sosok di situ. Dua orang berdiri berhadapan dengan posisi saya, berpakaian putih dan tangan mereka bersila di dada. Satu lagi orang di sebelah kanan mereka, yaitu di sebelah agak ke kiri dari pandangan saya, berpakaian putih juga. Mereka berdiri di luar lingkaran, menanti jiwa-jiwa yang akan datang, satu per satu. Jiwa-jiwa ini sepertinya melayang, meloncat dari boks yang terakhir, tetapi loncatan mereka tidak oleh karena kekuatan mereka sendiri. Mereka melayang turun...dan seolah mendarat di lingkaran di tanah itu. Saya melihat satu jiwa tiba di tempat itu, turun di tanah berlingkaran itu. Ia tidak berkata-kata tetapi saya bisa merasakan bahwa dia senang dan tubuhnya terasa ringan. Saya menjadi tahu bahwa tubuh laki-laki yang tadi saya lihat keluar dari boks minyak, itu lebih berat daripada jiwa yang keluar dari boks yang terakhir ini. Tubuhnya berwarna putih dan tidak lagi gelap, dan ketika tubuhnya mendarat di tanah sebuah jubah sudah disiapkan kepadanya. Sepertinya kedua malaikat yang menunggu itu adalah mengawasi tempat itu, dan memastikan bahwa semuanya berlangsung seperti apa yang kepada mereka telah diberitahukan atau diperintahkan. Mereka seolah tahu dan mengamini siapa saja jiwa yang akan tiba di tempat itu, tetapi mereka tidak memegang buku atau daftar. Mereka menunggu dan melihat dengan hati yang damai.
Tempat ini terang, tetapi tidak bercahaya. Jadi apa yang ada di situ semuanya berwarna putih. Jubah para malaikat dan jubah orang yang tiba di situ berwarna putih tetapi saya masih bisa membedakan putihnya dengan putih tanah. Putih tanah itu tidak bercahaya, tetapi jiwa-jiwa yang memakai jubah itu seolah hidup, ada sesuatu yang hidup di balik jubah itu, dan karena saya (melayang) mendekati kedua malaikat itu, saya bisa melihat warna merah di dada mereka, ada segumpal darah segar dari jantung yang terlihat berdetak.
Saat itulah saya melihat ke atas... dari manakah asal semua terang ini. Saya mendongakkan kepala ke atas...sekitar di atas lingkaran di atas tanah itu. Saya melihat langit yang terbuka oleh sinar yang terang. Sinar-sinar itu lurus tertuju ke tanah itu, menyebar ke seluruh permukaan tanah dan membuatnya terang. Sinar itu lurus dan terang, awan-awan yang bergerak di sekelilingnya tidak bisa menghalangi terang sinar itu, karena sinar itu harus tetap ada.
Saya bertanya di manakah Sorga?