Tuhan Tidak Pernah Meninggalkan Kita

Bodega Bay, CA

Bodega Bay, CA

Pada suatu masa, saya diterima bekerja di salah satu kantor akuntan publik Internasional di Jakarta, salah satu the ‘big five’ auditors firm.This is my ‘dream job’. Saya sangat menyukai pekerjaan dan tanggung jawab saya sebagai senior auditor yang bisa manage pekerjaan bahkan merekrut staf-staf baru. Saya menjadi ‘tangan kanan’ atasan.
Belum genap setahun saya bekerja di situ, terjadi pemutusan hubungan kerja antara international head office dengan para partner auditor Indonesia. 

Oleh karenanya, beberapa partner nasional (termasuk atasan saya) menggabungkan diri dengan kantor akuntan nasional lain. Namun proses penggabungan (merger) seperti itu tidak akan mengikutsertakan semua staff, dengan alasan efisiensi dan sebagainya.

Maka bagi para staf akuntan yang jumlahnya ribuan itu, sebagian bisa merasa tenang karena yakin tidak akan kehilangan pekerjaan, namun banyak juga yang cemas, terutama para staf yang masih relatif baru bergabung dalam perusahaan.

How about me? Saya merasa cukup tenang, karena sebagai asisten dan tangan kanan atasan, saya yakin chance saya lebih baik dibandingkan dengan 3 staf yang baru bergabung.

Atasan memanggil saya, dan memberitahu beliau sudah dalam proses bergabung dengan sebuah kantor akuntan nasional yg cukup bagus pula. Dijelaskannya bahwa hanya tiga orang staff saja yang secara otomatis bisa dia ‘bawa’ bergabung dengan perusahaan yang baru. Sedangkan saya, harus menunggu beberapa minggu, untuk kemudian mengikuti proses rekrutmen layaknya calon karyawan baru, dan saya akan direkomendasikan oleh beliau. Saya merasa ada sesuatu yang tidak beres.

Saya tersinggung sekali. Saya merasa semua kedekatan, dedikasi dan prestasi kerja yang telah saya tunjukkan selama itu, tidak dihargai. Saya merasa ditinggalkan sendiri. Sebagai orang muda yang punya ambisi besar dan komitmen kerja yang tinggi, saya merasa kecewa. Kehilangan pekerjaan saja sudah menimbulkan rasa stress, tetapi perasaan ditinggalkan bos yg dekat, ternyata lebih sakit lagi. Aku ingin tahu dan terus bertanya, mengapa ..dan mengapa? 

Memang benar satu minggu kemudian saya dijadwalkan untuk mengikuti tes ‘recruitment’ calon karyawan baru. Tesnya seharian, melelahkan, dan terus terang saja saya mulai setengah hati menjalaninya pada saat-saat terakhir, yakni pada session tes kepribadian. Perasaan diabaikan dan jenuh karena harus menjalani tes-tes awal seperti itu, amat mempengaruhi saya. Saya menjalani tes dengan perasaan yang tidak damai. Dua minggu sudah berlalu sejak test itu, namun tidak ada kabar dari mereka.

Sementara itu, saya sudah mengirimkan lamaran kerja ke beberapa perusahaan. Beberapa panggilan interview datang dari dua atau tiga perusahaan. Salah satunya adalah perusahaan manufaktur yang malah dekat dengan tempat tinggal saya, cuma 12 kilometer. Dan tidak kena macet.

Setelah melewati serangkaian tes dan interviews, saya diterima di perusahaan manufaktur itu sebagai Cost Accountant. Jabatan saya malah sangat bagus, dengan kemungkinan jenjang karier yang sangat bagus pula. Gaji saya dua kali lipat dari apa yang saya dapat di kantor akuntan, dan tiga bulan kemudian saya diberi berbagai fasilitas sebagai karyawan tetap. Semuanya sungguh sesuai dengan minat, tugas, dan skill. Saya bersyukur.

Ternyata semua inilah yang Tuhan rencanakan buat saya. Sungguh aku tidak perlu khawatir secara berlebihan, karena Tuhan sungguh tahu apa yang terbaik buat umat Nya. Meskipun kita ditinggalkan oleh orang-orang terdekat, tetapi Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Lalu apa sebenarnya alasan bos saya tidak mengikutkan saya? Saya butuh jawaban ini untuk kedamaian hati saya. Saya butuh kejelasan.

Dia tidak memilih saya, tentu bukan karena faktor prestasi kerja. Bukan pula karena emosi atau pertimbangan non-teknis. Bukan karena dia lebih suka teman-teman saya yang lain. Bukan karena dia tidak suka saya. Bukan karena dia tidak butuh saya. Dan bukan karena tidak menghargai saya. Tetapi justru karena dia percaya saya akan mampu melewati semua tes ‘recruitment’. Dia yakin saya lebih capable dari staf yang baru-baru itu.

Jadi ditariknya teman-teman saya yang "lemah", karena dia tidak yakin mereka akan mampu melewati tes itu. Dengan demikian, bos saya berharap akan bisa mengumpulkan semuanya kembali. Saya melihat kebijaksanaan dari seorang atasan. Terima kasih ya Tuhan, Roh KudusMu sungguh membuka pikiranku dan membawa kedamaian dalam hati.

Bagi teman-teman yang mengalami kehilangan pekerjaan, kesulitan mendapat pekerjaan, lamaran kerjanya ditolak, dan masalah-masalah sejenisnya. Tetaplah kuat dan bersabarlah. Bersabarlah, karena waktunya akan datang ketika rencana Tuhan sungguh bekerja bagi anda. Jangan marah, jangan kecewa, jangan merasa benci dan putus asa. Tetaplah kuat dan yakin di dalam Tuhan. Dia tidak pernah mengecewakan. Bawalah permohonan-permohonanmu dalam doa, dan tetaplah bermurah hati terhadap orang lain.

Terkadang kita tidak mengerti apa yang Tuhan telah siapkan bagi kita. Dan kita tidak tahu kapan saatnya itu tiba.

Satu hal yang pasti, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.

 
Previous
Previous

Adakah peran Malaikat Agung dalam Hidupku?

Next
Next

CORPUS CHRISTI