Santa Monika (Teladan Para Ibu)
Sungguh teladan hidup St. Monika menyatakan bahwa doa dan tangisan yang tidak kunjung putus akan didengarkan oleh Tuhan. Ia menjadi teladan istimewa para ibu dalam membesarkan anak-anaknya dan sebagai istri yang setia kepada sang suami.
Monika, juga dikenal sebagai Monika of Hippo, adalah ibu Santo Augustine of Hippo.
Dia lahir pada tahun 331 M di Tagaste, Afrika Utara.
Ketika dia masih sangat muda, Monika menikah dengan seorang bernama Patrisius, kafir yang tidak percaya kepada Tuhan, dan juga seorang yang sering marah, tidak setia, dan peminum. Monika yang saleh terus berdoa dan memohon Tuhan memberikan rahmat pertobatan kepada Patrisius.
Kehidupan Monika dan suaminya jauh dari kebahagiaan. Monika adalah seorang yang lemah lembut dan penuh ketabahan menghadapi sifat dan tingkah laku suaminya. Monika selalu mengatakan bahwa seorang suami yang sedang marah, sebaiknya jangan dilawan, baik dengan kata-kata maupun perbuatan. Bila suami sudah tenang, itulah waktu yang tepat untuk diajak berbicara dengan baik-baik. Monika menasihati para ibu agar mengingat selalu untuk taat pada suami dan tidak bersikap angkuh. Banyak ibu yang menjalankan nasihat itu dan mereka berhasil. Monika juga seorang ibu yang menjadi penegak yang bijak dan pendamai dalam setiap perselisihan dengan orang lain. Berkat doa Monika yang tidak putus, akhirnya Patrisius dibaptis sesaat sebelum ia meninggal pada tahun 370.
Tiga anak lahir dari Monica dan Patricius: Agustinus, Navigius, dan Perpetua. Agustinus lahir pada tanggal 13 November 354. Ia seorang anak yang nakal, malas dan sering berbohong. Tetapi Agustinus adalah seorang anak yang pandai dan selalu berdoa. Monika mendidik anaknya dengan rasa keibuan, kasih sayang dan kesabaran. Monika adalah seorang ibu yang senantiasa mengikutin perjalanan hidup anaknya dan tidak pernah meninggalkannya. Sesuatu saat Agustinus menjauh dari Gereja dan dikemudian hari dia mengatakan, “Karena kebaikan ibuku, aku bisa mendapatkan segala yang terbaik yang telah kuperoleh.”
Pada masa remajanya, Agustinus sering melakukan kejahatan dan percabulan. Tidak ada yang mengingatkan Agustinus akan dosa. Bahkan, ayahnya sendiri bangga akan hal itu. Sebaliknya Monika terus berdoa dan menasihatinya.
Suatu ketika Agustinus membaca buku yang berjudul “Hortensius” dengan tujuan agar dia bisa pandai berbicara. Ternyata dia tersentuh bahwa bukan hawa napsu yang dicari, tetapi kehidupan rohanilah yang memberikan ketenangan. Akan tetapi, dia tidak puas dengan ajaran Kitab Suci, maka dia berkenalan dengan sebuah aliran, Manikheisme. Manikheisme adalah merupakan agama besar yang melihat dunia sebagai terang dan gelap, dan ketika seseorang meninggal, mereka dikeluarkan dari dunia materi dan kembali ke dunia terang, dari mana kehidupan berasal.
Monica menemui seorang uskup dan meminta untuk membantu Agustinus melepaskan dirinya dari aliran Manikheisme. Selama sembilan tahun Agustinus mengikuti aliran itu. Disertai deraian air mata, Monika tidak berhenti berdoa dengan tekun dan setia untuk pertobatan anaknya.
Selama mengikuti aliran itu, Agustinus tidak mendapatkan kepuasan. Kemudian dia berencana untuk ke Roma.
Agustinus juga tidak betah dan merasakan seperti orang asing di Roma. Pada tahun 384 Agustinus pergi ke Milan. Disana dia bertemu dengan uskup Ambrosius, seorang ahli pidato yang terkenal.
Uskup Amborius menyambut Agustinus dengan baik dan penuh perhatiaan. Agustinus menjadi rajin dan setia ke gereja untuk mendengarkan khotbah dari Uskup Ambroius.
Monika menyusuri jejak Agustinus dari Roma hingga ke Milano. Ketika Agustinus bertemu dengan ibunya, dia menceritakan bahwa dia telah lepas dari aliran Manikheisme. Monika berkata bahwa ia percaya demi Kristus bahwa sebelum ia meninggal ia akan melihat puteranya bertobat dan menjadi Katolik. Itu keyakinan dari Monika, seorang ibu yang penuh kepercayaan.
Pergulatan terjadi pada Agustinus setelah dia bertemu dengan uskup Ambrosius. Uskup mengatakan bahwa jalan keselamatan manusia terdapat dalam Tuhan Yesus Kristus dan dalam Kitab Suci. Kata-kata inilah yang mengusik hati Agustinus.
Setelah jangka waktu enam bulan, Agustinus dibaptis oleh Uskup Ambrosius pada tanggal 25 April 387. Monika meneteskan airmata kebahagiaan. Setelah itu mereka kembali ke Afrika.
Monika merasakan bahwa ia telah menyelesaikan pekerjaan yang Allah berikan kepadanya, yaitu mempertobatkan Agustinus. Pada usia 56 tahun, Monika meninggal dunia karena serangan demam yang hebat. Hati Agustinus sedih luar biasa. Dalam kesendiriannya Agustinus mengenang kembali kebaikan dan kesetiaan ibunya yang sangat suci.
Sungguh teladan hidup St. Monika menyatakan bahwa doa dan tangisan yang tidak kunjung putus akan didengarkan oleh Tuhan. Ia menjadi teladan istimewa para ibu dalam membesarkan anak-anaknya dan sebagai istri yang setia kepada sang suami.
Pada setiap tanggal 27 Agustus menjadi hari penghormatan Santa Monika.
Doa untuk anak-anak kita
Santa Monika yang kami hormati, pelindung bagi semua ibu dan ayah, tolong peliharalah anak-anak kami, terutama mereka yang telah menjauhi jalan Allah dan gereja-Nya. Naungilah mereka, lindungilah mereka. Buatlah agar mereka tetap setia dalam janji baptis mereka.
Berilah kekuatan kepada mereka agar selalu menjalani jalan-jalan Tuhan, sekalipun mereka harus mengalami godaan nilai-nilai kehidupan yang palsu yang memenuhi dunia kami sekarang ini. Biarlah mereka ikut menikmati segala sukacita kehidupan abadi. Amin.
Doa untuk ketenangan dalam keadaan Malang
O Santa Monika yang luhur, engkau telah menerima kebahagiaan karena setelah kehidupan yang penuh kesedihan serta doa-doa yang penuh air mata; akhirnya engkau mengalami pertobatan dari suami dan putera engkau.
setelah puteramu, Agustinus, kembali kepada imannya, engkau berkata : Allah telah mengabulkan ini kepadaku dengan kelimpahan. Apalagi yang harus kukerjakan disini! Beberapa hari kemudian engkau meninggal dunia dengan bahagia, damai dengan Allah dan dunia-Nya.
Berilah kami damai yang sama serta kepasrahan dalam kehendak Allah. Supaya kita hidup dalam ketenangan dan sukacita. Kembali kepada rumah surgawi kita, sadar dan yakin akan keselamatan abadi. Amin.
Doa ucapan syukur
Santa Monika yang baik dan lembut hati, kami berpaling kepadamu dengan rasa berterimakasih untuk pengantaraanmu yang ampuh. Kami yakin, bahwa dengan bantuan engkau itu, Tuhan yang terkasih akan mengabulkan permohonan kami dengan yang terbaik bagi kami dan anak-anak kami.
Sambil kami berterima kasih dengan hati yang tulus, dengan rendah hati kami mohon agar engkau melanjutkan bantuanmu sebagai pengantar keluarga kami dengan Tuhan, dalam kebutuhan kami yang spiritual maupun yang duniawi. Ilhamilah kami selalu supaya kami menerima kehendak Allah di dalam segala hal. Amin.
————— 000 —————
Sumber: https://www.catholic.org/
http://www.hkytegal.org/2011/10/santa-monica-teladan-para-ibu.html
https://kumpulandoakatolik.wordpress.com/
Peringatan Diangkatnya Santa Perawan Maria ke Surga
Tanggal 15 Agustus ini, umat Katolik dan banyak umat Kristen lainnya merayakan pesta Diangkatnya Santa Perawan Maria ke Surga. Hari raya yang penting ini mengingatkan kepergian rohani dan fisik ibu Yesus Kristus dari bumi, ketika jiwa dan tubuhnya dibawa ke hadirat Allah.
Pada tanggal 1 November 1950, Paus Pius XII mendefinisikan secara formal Pengangkatan Maria ke Surga menjadi sebuah dogma iman: “Kami menyatakan, mendeklarasikan dan mendefinisikannya sebagai dogma yang diwahyukan secara ilahi bahwa Bunda Allah yang tak bernoda, Perawan Maria yang kekal, telah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, dan terangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surgawi.” Paus memproklamirkan dogma ini setelah melalui konsultasi luas dengan para uskup, teolog, dan awam. Apa yang dinyatakan dengan sungguh-sungguh oleh paus sudah menjadi kepercayaan umum di Gereja Katolik, meski waktu itu ada beberapa suara yang tidak setuju.
Homili tentang Terangkatnya Maria ke Surga bisa kita telusuri kembali ke abad keenam. Pada abad-abad berikutnya, Gereja-Gereja Timur berpegang teguh pada doktrin tersebut, walaupun beberapa penulis di Barat ragu-ragu. Namun pada abad ke-13 ada kesepakatan universal. Pesta itu dirayakan dengan berbagai nama yang berbeda-beda: Peringatan, Tertidur Nya, Berpulang, Diangkat ke Surga - setidaknya dari abad kelima atau keenam. Sekarang dirayakan sebagai kekhidmatan.
Meskipun pengangkatan tubuh Maria tidak secara eksplisit dicatat dalam Kitab Suci, namun dalam Wahyu 12 ada tertulis tentang seorang wanita yang terjebak dalam pertempuran antara yang baik dan yang jahat. Tradisi Katolik mengidentifikasi Dia dengan "wanita berselubung matahari". Perikop itu menyebut penampakan wanita itu sebagai “suatu tanda besar” yang “muncul di surga,” menunjukkan bahwa dia adalah ibu dari Mesias Yahudi dan memiliki “bulan di bawah kakinya, dan di atas kepalanya sebuah mahkota dari dua belas bintang.” Dengan demikian, ikonografi Katolik tradisi Barat sering menggambarkan pengangkatan Perawan Maria ke surga dengan cara ini.
Selanjutnya, dalam 1 Korintus 15:20, Paulus berbicara tentang kebangkitan Kristus sebagai buah sulung dari mereka yang telah tertidur.
Karena Maria terkait erat dengan semua misteri kehidupan Yesus, tidak mengherankan bahwa Roh Kudus telah memimpin Gereja untuk percaya akan bagian Maria dalam pemuliaan-Nya. Begitu dekat dia dengan Yesus di bumi, dia pasti bersamanya dengan tubuh dan jiwanya di surga.
Orang Kristen Timur juga secara tradisional menganggap pengangkatan Maria ke surga sebagai komponen penting dari iman mereka. Pius XII mengutip beberapa teks liturgi Bizantium awal, serta teolog Kristen Arab abad kedelapan St. John dari Damaskus, dalam definisi otoritatifnya sendiri tentang asumsinya.
“Itu adalah sebuah kepantasan,” tulis St. Yohanes dari Damaskus dalam sebuah khotbah dengan asumsi, “bahwa Dia, yang telah menjaga keperawanannya tetap utuh saat melahirkan, harus menjaga tubuhnya sendiri bebas dari semua kerusakan bahkan setelah kematian,” dan “bahwa dia, yang telah menggendong Sang Pencipta sebagai seorang anak di dadanya, harus berdiam di dalam tabernakel Ilahi.”
Dalam tradisi Kristen Timur, pesta yang sama dirayakan pada tanggal kalender yang sama, meskipun biasanya dikenal sebagai Tertidurnya Maria (tertidur). Perayaan Dormition Katolik Timur didahului dengan periode puasa dua minggu yang mirip dengan Prapaskah. Pius XII, dalam “Munificentissimus Deus,” menyebutkan periode puasa yang sama ini sebagai milik warisan tradisional Kristen Barat juga.
Hari Raya Diangkatnya Maria ke Surga selalu merupakan Hari Suci Kewajiban bagi umat Katolik Roma dan ritus Timur, di mana mereka diwajibkan untuk menghadiri Misa atau Liturgi Ilahi.
Sumber :
https://www.catholicnewsagency.com/saint/the-assumption-561
https://www.franciscanmedia.org/saint-of-the-day/assumption-of-the-blessed-virgin-mary