Pemilik Penginapan - Dan Perang Batinnya
“Bertahun-tahun saya bertanya-tanya apakah panggilan hidupku adalah memang untuk memiliki dan menjalankan bisnis penginapan ini. Ternyata untuk mempersembahkannya hari demi hari bagi karya kasih Allah adalah jawabannya. Itulah panggilan hidupku yang sejati “
Sudah lebih dari lima puluh tahun aku menjalankan usaha rumah penginapan ini. Rumah penginapan ini adalah warisan dari kedua orangtuaku, dan letaknya ada di antara dua kota; yaitu ibukota Y yang besar dan ramai di sebelah barat dan kota kecil J di sebelah timur. Jarak keduanya sekitar 3 jam perjalanan berjalan kaki. Tidak seperti penginapan-penginapan besar lain di kota Y, penginapan milikku ini amatlah sederhana dan tergolong berskala kecil saja, namun sangat asri dan selalu terjaga kebersihannya. Aku ingin tamu-tamuku merasa betah tinggal di sini, dan aku senang setiap kali mendengar ada tamu yang memuji atau merasa puas dengan pelayanan yang mereka terima selama menginap di sini.
Tadi sore ada seorang tamu datang ke penginapanku, ia katanya sedang dalam perjalanan dari kota Y hendak ke kota J. Dia datang menggiring seekor keledai yang di atasnya terbaring seorang laki-laki yang kondisinya sangat lemah, tubuhnya penuh balutan luka dan pakaiannya kotor berdebu. Katanya, orang yang ditolongnya itu telah dianiaya para dirampok dan hartanya dirampas.
Setelah sekitar dua jam sejak ia tiba, tamu itu pamit lagi hendak meneruskan perjalannya. Katanya ia akan kembali beberapa hari kemudian setelah urusannya selesai di kota J. Setelah membayar sewa kamar untuk satu malam, ia juga memberiku sejumlah uang sekitar sewa dua malam, katanya tolong tamu luka yang dibawanya itu agar diberi makan dan dirawat sampai sembuh.
Tentu saja saya heran dan spontan agak keberatan akan permintaannya. Ini kan sebuah rumah penginapan, bukan rumah sakit, jadi tidak ada perawat di sini. Aku sendiri tidak bisa merawat orang sakit atau menyuapinya. Ini hanyalah sebuah penginapan kecil, dan saya ini adalah seorang pengusaha, businessman, bukan seorang baby sitter atau perawat.
Saya juga keberatan kalau ’hanya’ dititipi deposit sejumlah uang sewa untuk dua hari. Bagaimana kalau orang sakit itu perlu biaya ekstra untuk perawatannya?.
Semua pertanyaan itu berkecamuk dalam pikiran saya. Herannya ketika semua keberatan ini hendak kuutarakan kepadanya, dia berkata akan membayar semua biaya yang akan aku keluarkan, seolah mengerti apa yang menjadi keberatanku.
“Wait a minute”, pikirku. Semua biaya yang akan aku keluarkan untuk merawat orang yang terluka di kamar itu?. Betulkah?. Bagaimana ia tahu aku akan jujur tentang berapa besar biaya yang terjadi?. Bukankah bisa saja nanti … misalkan saya meminta uang ganti jauh lebih besar daripada biaya yang sesungguhnya aku keluarkan ?. Mengapa tamuku ini begitu saja telah lebih dahulu percaya padaku ?. Dan bukan itu saja,..terlepas dari bagaimana ia menyuruh atau meminta tolong aku merawat orang sakit itu, mengapa ia memilih penginapan ini dan aku, bukan tempat lain seperti klinik atau rumah sakit ?.
Dan “wait a minute“ lagi,.. Mengapa pula aku harus mempercayai semua omongan dan janjinya? Bukankah ia hanya seorang tamu penginapan biasa? Aku tidak mengenalnya, ia bukan kenalan, bukan teman dan juga bukan saudara. Bagaimana kalau ternyata ia tidak kembali seperti janjinya? Bahkan sekalipun ia kembali,.. Bagaimana kalau ia ingkar dan tidak mau (atau tidak mampu) mengganti semua biaya perawatan seperti yang ia janjikan?.
Pembaca tentu merasakan semua kebimbangan yang aku rasakan. Pikiran orang bisnis tidak akan mau mudah tertipu. Terus terang saja selama lima puluh tahun aku mengelola usaha penginapan ini, di saat ini yakni saat aku sudah mulai mempertimbangkan untuk berhenti bekerja dan pensiun, baru kali ini aku begitu bingung bagaimana harus menghadapi seorang tamu dengan permintaan khusus seperti ini. Ia memang menyuruh, tetapi suruhannya tidak seperti sebuah paksaan, lebih terdengar seperti sebuah permintaan dan ajakan.
Baru kali ini aku merasa harus melakukan sesuatu di luar keinginan, zona nyaman, profesi dan pekerjaan yang sudah aku jalani bertahun-tahun, yakni harus merawat orang sakit di penginapanku sendiri, sesuatu yang tidak pernah aku lakukan atau bayangkan sekalipun.
Keputusan apa yang harus saya ambil, jawaban apa yang harus saya berikan kepada tamu saya? Keputusan dan komitmen saya untuk menjawab “ya” padanya ternyata menjadi keputusan terpenting sepanjang perjalanan hidup saya – dan seluruh pengalaman saya memiliki dan mengelola penginapanku. Semua hal sepertinya menggiring saya ke hari dan peristiwa yang sangat penting ini. Semua tergantung dari bagaimana aku menjawab permintaan tamuku ini. Saya mengundang Anda untuk membaca keseluruhan cerita saya seperti yang ditulis Lukas dalam pasal 10 ayat 30 sampai 37.
Renungan
Masalah sebenarnya bukanlah apakah kita bisa melakukannya atau tidak. Namun apakah kita mempunyai keyakinan untuk melakukannya atau tidak.
Tuhan mengutus orang-orang tertentu yang kita jumpai dalam hidup kita, setiap hari, baik mereka yang spesial maupun yang belum pernah kita kenal sebelumnya, yang bisa datang di waktu yang tidak terduga.
Cerminkan jiwa dan raga kita sebagai penginapan, dan masing-masing kita sesungguhnya adalah penjaga penginapan kita sendiri. Akankah kita bersedia menerima orang lain tanpa syarat di bawah naungan kita?. Akankah tamu Anda merasakan cinta dan perhatian selama mereka menginap dan berinteraksi dengan anda?. Jika demikian, seperti saya yang telah menggunakan segala daya upaya saya untuk menafkahi orang yang terluka - apakah Anda juga akan melakukan hal yang sama?.
Teman-teman, ini adalah pertarungan seumur hidup kita sehari-hari dan saya harap Anda memenangkannya setiap saat. Biarkan cinta dan iman menang setiap hari, atas kekhawatiran kita, atas kesombongan kita, atas ketidakpercayaan kita. Percayalah kepada Tuhan kita yang tidak pernah gagal untuk membalas apa yang anda dan saya harus “habiskan” untuk menyebarkan cinta dalam hidup ini. Percayalah kepada-Nya yang berjanji akan membayar kembali setiap sen biaya yang kita keluarkan untuk mencintai tamu kita sehari-hari.
Masing-masing dari kita adalah pemilik penginapan, karena tubuh dan jiwa kita adalah bait Allah yang adalah Kasih. Jadi ketika cinta diminta dari kita, janganlah kita gagal atau menolak untuk memberikannya.
”Demikian pula hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatan baikmu dan memuji Bapamu di surga.”
“Dan sesungguhnya Aku menyertai kamu senantiasa, sampai akhir zaman.”
(ditulis oleh AT, member of team e-bulletin WKICU)
===========================================
(Diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Inggris):
The Innkeeper - And The Battle of His Heart
“For years I wondered if my life's calling was indeed to own this inn. It turns out that to dedicate it day by day to God's work of love is the answer. That is my true calling in life"
I have been running this inn business for more than fifty years. This guest house was inherited from my parents, and is located between two cities; namely the large and bustling capital Y to the west and the small city J to the east. The distance between the two is about 3 hours on foot. Unlike other large inns in city Y, this inn is very simple and relatively small scale, but very beautiful and I always kept it clean. I want my guests to feel at home here, and I am happy every time I hear guests praise or be satisfied with the service they received while staying here.
This afternoon a guest came to my inn, said he was on his way from city Y to city J.
But he came with a donkey on which lay a man who was very weak, his body was covered in wounds and his clothes were dusty and dirty. The guest said that the person he helped had been beaten, robbed and his property confiscated.
After about two hours since he arrived, the guest told me that he was leaving due to continue his journey. He said he would come back a few days later after his business was finished in city J. After paying the room rent for one night, he also gave an amount of money around two nights' rent, and asked me to help the injured guest he brought with him to be fed and cared for until he recovered.
Of course I was surprised and immediately objected to his request. This is a guest house, not a hospital, so there are no nurses here. I myself cannot care for sick people or feed them. This is just a small inn, and I am an entrepreneur, a businessman, not a baby sitter or nurse.
I also objected to 'only' being entrusted with two night’s worth of rent deposit. What if the sick person needs extra costs for treatment? All these questions were racing through my mind. Surprisingly, when I was about to express all these objections to him, he said he would pay all the costs I would incur, as if he understood what my objections were.
“Wait a minute, I thought. All the expenses I will incur to treat the injured person in that room? Did I just hear it right?. How does he know I will be honest about how much it cost? What if... only if.. I later charge him way more than the actual cost I incur,.. will he be willing to pay full of it too? Why does this very guest just trust me?
Not only that,...apart from him ordering or (more precisely) asking for my help in looking after the injured person, why did he choose this inn and me, instead of all other places, clinic or hospital?
And "wait a minute" again... Why should I believe all his words and promises? Wasn't he just an ordinary inn guest? I don't know him, he's not an old friend, he's not a relative and not even an acquaintance. What if it turns out he doesn't come back as promised? Even if he comes back,... What if he denies all the promises doesn't want (or can't) reimburse all the treatment costs as promised?
Readers certainly feel all the worries that I feel. As a business man, I refused to be easily deceived. Frankly, during the fifty years that I have managed this accommodation business, and just when I was starting to consider quitting my business and retiring, this is the first time I am so confused about how to deal with a guest with a special request like this. He did order, but his order was not like coercion, it is more like a request and invitation.
This is the first time I feel like I have to do something outside my desires, comfort zone, vocation and job that I have done for so many years, namely caring for sick people in my own accommodation, is quite something I have never done or even imagined.
What decision should I take, what answer should I give to my guest? My decision and commitment to answer "yes" to him turned out to be the most important decision of all my life journey - and all my experiences of owning and managing my inn. All those things seemed to lead me to this very important day. The purpose of it all depends on how to answer to this quest’s request. I invite you to read my whole story as written by Luke in chapter 10 verses 30 to 37.
Reflection
The real problem is not whether we can do it or not. But whether we have faith in doing it, or not.
God sends certain people we meet in our lives, everyday, whether they are specials or those we have never known before, who can come at unexpected times.
Reflect our body and soul as the inn, and each of us is indeed an inn keeper. Will we be willing to unconditionally accept others under our roof ?. Will your guests be experiencing love and care during their stay and interaction with us?. If so, like I who has spent everything in my power to provide for the injured man - will you also?.
Friends, this is our lifetime daily battle and I hope you win it every time. Let love and faith win everyday, over our worries, over our pride, our disbelief. Trust in our Lord who never fails to repay what you and I will have to “spend” to spread love. Have faith in Him who promised to pay back every single dime of expense we incur in loving our everyday guests.
Each of us is an innkeeper, for our body and soul is the temple of God who is Love. So when love is asked out of us, let us not fail or refuse to deliver.
”In the same way, let your light shine before men, that they may see your good deeds and praise your Father in heaven.”
”And surely I am with you always, to the very end of the age."
(written by AT, member of WKICU e-bulletin team)