WKICU, Warga Katolik Indonesia di California Utara

View Original

Five Reasons That Jesus Speaking Literally About His Real Flesh And Blood

Five reasons that Jesus speaking literally about his real flesh and blood:

1. The discourse takes place just after the famous miracle of the multiplications of the loaves. Jesus turned five loaves and a couple of fish into a seemingly inexhaustible food supply: enough to feed thousands of people and still 12 baskets of leftovers. This miracle prefigures the inexhaustible gift of Christ’s own flesh and blood.

2. Jesus claims the superiority of his bread over the manna given to the Israelites. “I am the bread of life. Your fathers ate the manna in the wilderness, and they died. This is the bread which comes down from Heaven that a man eats of it and does not die (John 6: 48 - 50).

3. Everyone who heard Jesus understood him to be speaking literally of his body and blood.      ”How can this man give us his flesh to eat?”. “This is a hard saying; who can listen to it?”.

Many of Jesus' disciples -  who were with him for many years - quit following Jesus, never even asking Jesus to explain himself. They understood perfectly that Jesus meant precisely what he said.

4. Jesus repeats six times in six verses (verses 53 - 58) ”Truly, truly, I say to you, unless you eat the flesh of the son of man and drink his blood, you have no life in you”.
“For my flesh is food indeed and my blood is drink indeed”.

5. Many of Jesus’ own disciples can’t accept the literalness of his teaching and leave him. Notice that Jesus did not call them back and explain that he is only speaking figuratively.
Jesus didn't call the unbelieving disciples back and offered to explain for an obvious reason: they understood exactly what he meant. They just couldn’t accept it. Even the twelve apostles were shaken. But Jesus doesn’t compromise a bit. Instead, he challenges His own hand picked Apostles: “will you also go away?.  In faith Peter answers: “Lord, to whom shall we go ?. You have the words of eternal life”.

Lima Dasar Bahwa Yesus Berbicara Secara Harafiah Tentang Tubuh Dan DarahNya:

1. Khotbah terjadi tepat setelah keajaiban penggandaan roti. Yesus mengubah lima roti dan beberapa ikan menjadi persediaan makanan yang tampaknya tidak pernah habis: cukup untuk memberi makan ribuan orang dan masih tersisa 12 keranjang makanan. Mukjizat ini menggambarkan pemberian darah dan daging Kristus sendiri yang tidak ada habisnya.

2. Yesus mengklaim keunggulan/keutamaan rotiNya atas manna yang diberikan kepada orang Israel. “Aku adalah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Akulah roti hidup yang turun dari Surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya (Yohanes 6: 48 - 50).

3. Setiap orang yang mendengar Yesus mengerti bahwa Yesus berbicara secara harafiah tentang tubuh dan darahNya. "Bagaimana orang ini bisa memberi kita dagingnya untuk dimakan?". “Ini adalah perkataan yang sulit; siapa yang bisa mendengarkannya?”.
Banyak murid Yesus - yang telah bersamanya selama bertahun-tahun - kemudian berhenti mengikuti Yesus, bahkan tidak pernah meminta Yesus untuk menjelaskan Dirinya sendiri. Mereka memahami sepenuhnya bahwa bahwa Yesus benar-benar bersungguh-sungguh dengan apa yang Dia katakan.

4. Yesus mengulangi enam kali dalam enam ayat (Yoh 6: 53 - 58) "Sungguh, sungguh, Aku berkata kepadamu, kecuali kamu makan daging Anak Manusia dan minum darahNya, kamu tidak memiliki kehidupan di dalam kamu". "Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman”.

5. Banyak dari murid Yesus sendiri tidak dapat menerima ajaranNya secara literal dan meninggalkanNya.
Perhatikan bahwa Yesus tidak memanggil mereka kembali dan menjelaskan bahwa Dia hanya berbicara kiasan. Yesus tidak memanggil kembali murid-murid yang tidak percaya dan menawarkan untuk menjelaskan, karena alasan yang sudah jelas: mereka mengerti persis apa yang Dia maksud. Mereka tidak bisa menerimanya.
Bahkan kedua belas rasul terguncang. Tetapi Yesus tidak berkompromi sedikit pun. Sebaliknya, Dia menantang para Rasul yang dipilihNya sendiri dari awal mula: “Apakah kamu akan pergi juga ?.” Dengan beriman Petrus menjawab: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?. Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal”.