WKICU, Warga Katolik Indonesia di California Utara

View Original

Fatima - Relevansinya setelah 104 tahun -

Fatima, sebuah kota kecil di Portugis yang tidak dikenal, 70 mil di utara Lisbon. Saat itu, tanggal 13 Mei 1917, dekat tengah hari di sebuah dataran bernama "Cova da Iria," tiga anak menggembalakan kawanan domba kecil mereka, awal kisah surga mengguncang dunia.


Anak-anak gembala ini melihat sosok bercahaya muncul, "lebih terang dari matahari, memancarkan sinar terang benderang, seperti piala kristal yang dipenuhi bintik air saat matahari yang membara menyinarinya." Sosok itu, seorang wanita, dan berkata, "Saya berasal dari Surga."


Tahun 1940, Pacelli sebagai Yang Mulia Paus Pius XII memberikan persetujuan Gereja atas penampakan Bunda Maria di Fatima. Tahun 2017, 100 tahun kemudian, Bapa Suci kita Paus Fransiskus, seperti para pendahulunya, menyerukan dunia untuk memperhatikan permohonan Bunda Maria di Fatima.



"Bunda meminta kita untuk tidak pernah menyakiti hati Tuhan lagi," katanya. "Dia memperingatkan semua umat manusia sebelumnya tentang perlunya menyerahkan diri kepada Tuhan, sebagai sumber cinta dan belas kasih."

Penampakan Bunda Maria di Fatima tetap relevan saat ini seperti 10 dekade yang lalu. Relevansi ini tidak boleh diabaikan karena sangat penting bagi setiap orang yang hidup saat ini.



Fatima tetap bergema dengan pesan penting dari Surga melalui "seorang wanita yang lebih cemerlang dari matahari" yang menampakan dirinya di hadapan Lucia dos Santos, 10 tahun, dan sepupunya Francisco dan Jacinta Marto, masing-masing, 8 dan 7 tahun.



Pesannya: Doa dan Bertobat

Apa yang terjadi pada tanggal 13 Mei 1917 dan selama lima bulan berikutnya, menitis peristiwa mempesona yang berpuncak pada tanggal 13 Oktober 1917. 


Selama lima bulan itu, ketiga anak gembala  mengalami penampakan ‘wanita dari Surga’ setiap tanggal 13 di waktu yang hampir bersamaan. Wanita itu mengungkapkan dirinya sebagai Maria, Bunda Allah.


Penampakan tanggal 13 Mei itu terjadi sekitar seminggu setelah Paus Benediktus XV memohon bantuan Bunda Maria saat Eropa lumpuh karena perang, kekacauan anarki dan ateisme, terutama di Rusia, di mana kaum Bolshevik akan menguasai pemerintahan.


Saat Maria menampakkan diri kepada anak-anaknya, dia membuka tangannya, mencurahkan mereka dengan cahaya yang masuk ke dalam hati mereka. Lucia, Francisco, dan Jacinta melaporkan efek yang sama dari fenomena Cahaya, yang menurut Fr. Robert J. Fox, seorang ahli penampakan Fatima, mengizinkan mereka untuk "melihat diri mereka sendiri di dalam Tuhan, yang adalah terang". Dengan "dorongan batin", anak-anak berlutut, mengulangi dalam hati mereka: 'O Tritunggal Mahakudus, aku memujaMu! Ya Tuhan, Tuhanku, aku mencintaimu dalam Sakramen Mahakudus!


Bunda Maria menjawab, "Ucapkan Rosario setiap hari untuk mendapatkan kedamaian bagi dunia dan akhir perang."

Dalam penampakan 13 Juli, Bunda Maria membawa pesan: pertobatan, reparasi, dan pertobatan Rusia. Dia juga meramalkan akhir Perang Dunia I, tetapi memberi tahu anak-anak bahwa jika dunia tidak berhenti menyakiti Tuhan, perang lain yang lebih buruk, akan pecah.

"Untuk mencegah hal ini," Bunda Yang Terberkati berkata, "Aku minta agar Rusia di konsekrasi terhadap Hatiku yang Tak Bernoda, dan mengadakan sakramen pertobatan pada hari Sabtu pertama." Bunda Mari berjanji untuk memberikan mujizat pada 13 Oktober, agar semua orang percaya pada kata-katanya.

Keajaiban Matahari - Mujizat yang Diabaikan

Peristiwa “Matahari menari” / The miracle of the sun - 13 Oktober 1917

Pada tanggal 13 Oktober 1917, ada sekitar 70,000 orang berkumpul di Fatima untuk menunggu janji Bunda Maria. 

Siang hari itu, seperti yang dijanjikan oleh Bunda Maria, meskipun diguyur hujan, mereka yang berkumpul melihat matahari "menari" dan "berputar" di langit. Bagai piringan yang berputar cepat, memancarkan warna merah tua, kuning, dan ungu tua. Putaran terjadi tiga kali, lebih cepat setiap kali, sebelum akhirnya terlihat menjauhi langit dan dengan gerak berliku-liku menuju bumi, lalu kembali ke posisi semula.

Syangnya, walau telah ada mujizat yang sangat mempesona ini, dunia tetap mengabaikan peringatan Bunda Maria.


Dua puluh dua tahun kemudian, Perang Dunia II terjadi dan memakan 60 juta jiwa. Pesan Bunda Maria menjadi kenyataan. Pesan tentang kelaparan, penganiayaan terhadap Gereja, kehancuran bangsa-bangsa, dan penderitaan besar Bapa Suci.

Percobaan pembunuhan terhadap Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1981 terjadi pada tanggal 13 Mei, merupakan peringatan 64 tahun penampakan Bunda Maria di Fatima. Paus Yohanes Paulus dinyatakan sebagai Paus yang "sangat menderita". Juga, perkataan Bunda Maria tentang Rusia dan pertobatannya mulai terpenuhi ketika pada tahun 1989, Uni Soviet mulai runtuh.


Suster Lucia: 'Saksi Penampakan Bunda Maria'

Lucia dos Santos hidup sampai 97 tahun, meninggal pada tanggal 13 Februari (tanggal penampakan), 2005, dua bulan sebelum kematian Paus Yohanes Paulus II. Francisco dan Jacinta telah mendahului Lucia, meninggal sebagai korban wabah flu besar tahun 1919. Paus menyatakan Francisco dan Jacinta ‘diberkati’ pada 13 Mei 2000, menjadikan Jacinta orang biasa termuda yang pernah dibeatifikasi.

Harapan untuk menyebarkan pesan doa, penebusan dosa, dan pertobatan Fatima ada pada Lucia - seorang biarawati Karmel yang hidup selama 87 tahun setelah Fatima, dan untuk mempromosikan devosi kepada Hati Bunda Tak Bernoda.


Ibu Celina, kepala biara di Coimbra, Portugal, memanggil dr. Branca Paul, MD, dokter pribadi Sr. Lucia, ketika beliau telah kehilangan keinginannya untuk hidup.

Sr. Lucia mengalami koma. Tapi kemudian mengejutkan semua orang, beliau mengangkat kepalanya dan mulai menggerakkannya, untuk melihat sekitarnya.


"Untuk Bapa Suci!" Kata Sr. Lucia. "Bunda Maria, Bunda Maria, Malaikat Suci, Hati Yesus, Hati Yesus! Kita pergi, kita pergi."

"Kemana?" Ibu Celina bertanya.

"Ke Surga," jawab Sr. Lucia.

"Dengan siapa?" Ibu bertanya.

"Dengan Tuhan kita, Bunda Maria, dan para gembala kecil," jawab Sr. Lucia. Itu adalah kata-kata terakhirnya. Francisco dan Jacinta telah datang untuk membawanya ke Surga.


Sebagai dokter pribadi Sr. Lucia, Dr. Paul menghabiskan banyak bersama St. Lucia selama 15 tahun terakhir hidupnya. 

"Dia cerdas, teguh, lucu, namun praktis," kata Dr. Paul. "Dia menyukai lelucon dan permainan kata-kata. Dia juga, sangat rendah hati.

"Kami sangat dekat," lanjut Dr. Paul. "Sungguh menakjubkan bahwa dia seperti orang biasa, sederhana, dan rendah hati. Penuh kegembiraan dan tawa, selalu bercanda dan banyak tersenyum. Misalnya, ketika saya datang dengan gaya rambut baru atau pakaian baru, Sr. Lucia akan mengolok-olok saya. Orang merasa gembira bersama Sr. Lucia. Kegembiraannya menular membuat semua orang lebih bahagia. "


Sukacita seperti itu adalah hasil dari konsekrasi kepada Hati Maria Tak Bernoda, mempercayakan dengan sepenuhnya kepada Yesus melalui Maria, melayani misinya dengan setia. Seperti halnya Sr. Lucia, semoga hal ini juga berlaku untuk kita semua, melalui perantaraan para visionaries Fatima dan Bunda Maria.

Fatima setelah 104 tahun

Apakah Fatima memiliki relevansi hari ini? Ya, tapi kita harus fokus pada hal yang benar.

Sampai tahun 2005, Sr. Lucia mengungkapkan rasa frustrasinya karena orang-orang masih ingin memikirkan mukjizat dan rahasia. Dia berkata kepada Dr. Paul, "Saya tidak berfokus pada mukjizat. Saya lebih fokus pada 10 Perintah. Kita akan dihakimi berdasarkan 10 Perintah saat kita mati. Kita harus berhenti menyakiti Tuhan, tapi kita harus mengenal Tuhan."

Dia menyimpulkan hal ini dengan yang disebutnya Perintah ke-11: "Lakukan apapun yang Tuhan perintahkan kepadamu. Itulah yang diinginkan Bunda Maria."

Pada tahun 1982, satu tahun setelah upaya pembunuhannya, Paus Yohanes Paulus II melakukan perjalanan ke Fatima untuk berterima kasih kepada Bunda Maria karena telah menyelamatkan hidupnya. Di sana, dia menyebut "pesan di Fatima ... lebih relevan daripada 65 tahun yang lalu”. Saat ini menjadi sangat mendesak. Tidak hanya relevan, tetapi kritis daripada 104 tahun lalu.

Pesan di Fatima datang bersamaan peringatan konsekuensi yang mengerikan jika dunia terus menjauhi Tuhan. Kenyataannya, dunia terus menjauhi Tuhan, dapat kita lihat dari perang, aksi terorisme yang tidak pernah berakhir, aborsi, mengejar kesenangan yang berlebihan ... dan seterusnya.


Kita juga melihat dari hal lainnya yang tidak menyenangkan; dari suhu dunia yang meningkat, sampai budaya kematian, dari mengabaikan yang muda dan tua, hingga penganiayaan Gereja, dan berbagai konflik di seluruh dunia. Patut dipertanyakan: Sampai dimanakah kesabaran Tuhan?

Bunda Maria mengajak kita untuk berdoa Rosario setiap hari, dan juga berkorban agar orang-orang bertobat dan untuk menebus dosa manusia terhadap Hati Bunda Tak Bernoda.

Pesan Bunda Maria: Masih ada waktu. Tidak ada kata terlambat - sampai terlambat itu terjadi.