WKICU, Warga Katolik Indonesia di California Utara

View Original

Yesus Sang Cinta Sejati

Kalau mencermati berita tentang Covid-19 di U.S., ada satu hal yg menarik hatiku yaitu korban yang mati. Tiap hari ada yang mati. Sudah ribuan pasien mati. Dan aku tidak kaget dengan hal itu. Tiap beberapa jam kudengar sirene meraung-raung dari ‘highway’ dekat kamar. Bayanganku: satu jenazah yang masih hangat lewat. Hidup begitu akrab dengan kematian.

Kembali lagi kalau membedah statistik dari korban yang mati maka jelas seperti kristal fakta yang ada. Ras (race) ‘Hispanic, Blacks dan Asian’ mendominasi. Apakah virus itu ‘racist’? Sepengetahuanku tidak. Kecuali aku salah. Tapi dimana nama para Senator, bintang film, pemain NBA, NFL dalam daftar kematian? Mengapa mereka bertahan hidup? Mengapa yang lain mati? Karena mereka ‘super kaya’ yang punya ‘power’ (kuasa). Mereka mungkin sudah mati kalau ‘gembel’, ‘homeless’, ‘worker’ dan lainnya. Dan bagi para penguasa, lebih banyak pasien lebih cepat mati lebih baik. Daripada menghabiskan uang dan tenaga. Dan itu juga bukti kalau mereka kaum lemah (‘weak’). Tidak masuk seleksi "Survival of the Fittest" (hukum rimba). Yang lemah layak musnah. ‘Economy first’.

Apakah para penguasa itu begitu jahat? Tidak juga. Mereka hanya mencoba ‘survive’ dengan melibas yang lemah. Jika tidak, mereka yang tergilas. Itulah bedanya dengan Yesus. Dia begitu berkuasa tapi digunakan untuk merangkul, menyembuhkan dan mencinta tanpa pandang ras, status dan gender. Dia membuka hati dan mencintai orang kaya, penguasa, orang miskin, pendosa, gadis cantik, jelek, janda, emak-emak, pelacur, koruptor, orang kafir, orang asing, bahkan musuhnya. Semua Dia cintai, meskipun Dia tetap dibunuh oleh orang-orang yang Dia cintai.

Tubuh Yesus memang kalah, tapi CINTA nya tidak pernah kalah.
Yesus, ampunilah aku yang kurang mencintai. Tambahkan cinta-Mu setiap saat...Amin.

"ALLAH adalah KASIH" (1 Yoh 4:8)

Romo Paulus Dwintarto, CM
(pasien Covid-19 & pneumonia)
Kamar isolasi

NY April 9, 2020