WKICU, Warga Katolik Indonesia di California Utara

View Original

Hidup Di Sorga itu, Bagaimana ?

Untuk dapat memahami makna kehidupan kita di Surga, pertama-tama haruslah kita menyadari betapa sungguh istimewanya kita yang tercipta sebagai manusia. Tuhan menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya. Kita bisa tahu dan mencintai. Kita dilayakkan menerima kehidupan ilahi Tuhan sendiri - rahmat - ke dalam jiwa kita. Kita dipanggil untuk menjadi (dan diubah menjadi) anak-anak Tuhan dalam hidup ini.Surga adalah tujuan terakhir hidup kita. Di sana, segala tujuan penciptaan kita mencapai pemenuhannya yang sempurna. Di Surga, kita akan menyadari sepenuhnya betapa berharganya anugerah Tuhan yang telah menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya.

Dalam hidup ini, kita dituntun oleh berbagai terang yang berbeda-beda. Terang penglihatan tubuh (mata) memungkinkan kita untuk melihat dunia di sekitar kita.Terang akal memungkinkan kita menemukan kebenaran.Terang iman memampukan kita untuk menerima misteri Kerajaan Allah bahkan ketika semua itu berada di luar akal dan indera kita.

Di Surga kita akan menerima terang terakhir, yakni terang kemuliaan (the light of glory), yang memungkinkan kita untuk melihat Tuhan secara langsung dan untuk memahami kebenaran yang sejati dengan kekuatan yang tak terbayangkan.

Dalam terang kemuliaan itu Tuhan secara langsung memancarkan kepada kita kebenaran, cinta, dan hidup-Nya. Terang kemuliaan dan transfigurasi tubuh dan jiwa kita di surga akan menyempurnakan kita dengan kegembiraan rohani yang tak pernah terbayangkan. Di surga tidak akan ada lagi kerinduan atau keinginan, karena segala tujuan penciptaan kita akan telah terpenuhi dan digenapi dengan sempurna.

Adalah penting untuk tidak memandang Surga hanya sebagai kehidupan duniawi yang disempurnakan. Banyak orang Kristen dan non-Kristen terjebak dalam kesalahpahaman seperti ini. Dalam hidup surgawi, semua keadaan, pemahaman dan cinta kasih yang ada sungguh melampaui semua pengalaman duniawi.
“Tidak ada mata yang pernah melihat, tidak ada telinga yang pernah mendengar, atau hati manusia yang mampu membayangkan, apa yang telah Tuhan persiapkan bagi dia yang mengasihiNya” (1 Korintus 2: 9)



Ditranslate dari: “Heaven” - Beginning Apologetic - terbitan San Juan Catholic Seminars